8 Manfaat Asisten Rumah Tangga

Beberapa kali saya menemukan tulisan seorang ibu yang tampak bangga ketika dia bisa survive mengasuh dan mengurus semua urusan rumah tangga. Begitu juga saya pernah menemukan suami yang sangat bangga pada istri yang bisa mendidik anaknya menjadi hafizh di umur 5 tahun, memiliki anak 5 dan tidak punya pembantu!! Siapa dia? Dia adalah ibunda dari Musa, juara hafizh indonesia. Itu memang hebat sekali!!

Dua tahun yang lalu (2016-2017) saya masih bertahan dengan idealisme bahwa ibu yang terbaik adalah ibu tanpa asisten rumah tangga. Saat itu saya masih bekerja (menjadi dosen), setiap pagi memasak, menyiapkan bekal saya-suami-anak, lalu lanjut mengajar di kampus sembari anak saya titipkan di daycare/pengasuh pp, kemudian sepulangnya di rumah, berjibaku dengan kegiatan rumah tangga seperti menyetrika, mencuci baju dan cuci piring tiap malam. Alhamdulillah saya bisa survive, namun ada beberapa saat saya bisa kehilangan kewarasan dan keshabaran apalagi saat anak sakit atau rewel.

Begitu tahun 2018, saya resign. Bukan karena ingin menjadi ibu rumah tangga, tapi karena ingin mempersiapkan persalinan anak kedua dan memang ingin mencari pekerjaan di tempat lain yang tidak terlalu menuntut harus full time. Setelah anak kedua lahir, beban semakin banyak, karena ada masa-masa pemulihan pasca melahirkan, menyusui anak kedua yang menghabiskan waktu cukup lama, menggendong anak kedua, menyuapi anak pertama, ditambah harus memasak, mencuci, menyetrika dan mengepel. Alhamdulillah saat itu saya punya asisten pulang-pergi, dia mahasiswa kuliah malam yang pagi sampai sorenya membantu mengasuh anak pertama saya dan sorenya membantu sebagian pekerjaan rumah (menyetrika dan mengepel). Sebenarnya kondisi beliau cukup sulit karena beliau ngekos dan kuliah di bekasi namun bekerja di rumah saya di tangerang. Perjalanan bekasi-tangerang via KRL ditempuh dengan waktu 2 jam. Untuk sampai rumah tangerang pukul 7.30, beliau berangkat dari kosnya 5.30. Selesai bekerja pukul 15.30an, langsung pulang ke Bekasi, sampai Bekasi langsung kuliah sampai jam 22.00.

Drama dimulai saat bulan Maret 2019, asisten saya yang dari Bekasi tersebut sakit karena sehari sebelumnya kehujanan. Kemudian dia mengatakan bahwa dia sudah dapat tawaran pekerjaan lain di Bekasi. Yasudah, akhirnya sy putuskan untuk membatalkan kontrak kerja kami yang seharusnya sampai bulan Juni dan mempersilahkan dia untuk mengambil tawaran pekerjaan di Bekasi tersebut. Selama dua minggu proses mencari asisten pengganti, saya mengerjakan semua pekerjaan sendiri, ditambah ujian-ujian lainnya yaitu perkataan suami, anak sakit, sy beberapa kali marah, menangis, ngamuk sampai pada level tertinggi di mana saya tidak pernah mencapainya seumur hidup.

Pengalaman tersebut membuat saya berpikir, bahwa tidak ada yang lebih baik antara memiliki asisten atau tidak memiliki asisten. Semua tergantung niat dan caranya. Bahkan, dalam tulisan ini, saya ingin membuka paradigma baru, minimal untuk saya sendiri, bahwa memiliki asisten itu lebih baik daripada mengerjakan semuanya sendiri. Berikut ini poin-poin manfaat dan kelebihan memiliki asisten:

1. Membuka lapangan pekerjaan

Tingkat pengangguran di Indonesia cukup tinggi. Dengan memiliki asisten, kita membuka lapangan pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan untuk mensekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi, membantu biaya kuliah mereka, atau sekadar untuk makanan atau pakaian yang lebih layak.

2. Mendidik dan mengkader (Ladang da’wah)

Dengan memiliki asisten, kita memiliki ladang da’wah untuk meningkatkan derajat asisten tersebut, baik dari segi pengalaman, pendidikan, maupun spiritual. Dengan bekerja pada kita, asisten tersebut memiliki pengalaman pekerjaan. Kita juga punya kesempatan untuk mensekolahkan asisten tersebut atau mensekolahkan anak asisten tersebut. Dengan begitu, kita membantu meningkatkan derajat hidup dan kepercayaan diri mereka. Jika kita memiliki kelompok da’wah atau tarbiyah, ajaklah asisten tersebut mengikutinya juga agar mereka lebih memahami bagaimana Islam itu seharusnya. Dengan begitu, setelah bekerja dengan kita, kita tidak hanya sekadar membayar jasa, namun juga meningkatkan derajat kesejahteraan mereka dan derajat keislaman mereka. Mereka tidak hanya bekerja pada kita namun juga memperoleh pendidikan dari kita..

3. Meningkatkan produktivitas

Dengan mendelegasikan pekerjaan, kita memiliki waktu lebih luang sehingga kita bisa berkarya lebih besar dan impact yang lebih luas. Ada sebuah penelitian yang menemukan bahwa orang-orang yang memiliki produktivitas tinggi memiliki kemampuan untuk mendelegasikan pekerjaan. Bagi seorang ibu, sebagian waktu hasil dari pekerjaan yang didelegasikan dapat digunakan untuk membaca, berkarya, mengembangkan diri, atau menghasilkan pendapatan tambahan bagi keluarga.

4. Ladang amal shodaqoh

Saat kita membayar asisten tersebut, niatkanlah untuk bershodaqoh. Lebihkan gaji mereka di atas gaji standar asisten lainnya, niatkanlah untuk bershodaqoh. Berikan barang-barang milik kita yang masih bagus dan layak pakai kepada mereka, mereka akan dengan senang hati menerimanya.. Ladang ini tidak bisa dibuka jika kita bersikukuh mengerjakan semua pekerjaan sendiri.

5. Menjaga keshabaran dan keseimbangan jiwa (atau istilah di luar sana, ‘kewarasan’)

Semua ada saatnya. Bahkan dalam al Quran pun, ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk istirahat. Manusia tidak mungkin bekerja terus menerus. Jiwa manusia membutuhkan keseimbangan, jiwa manusia membutuhkan istirahat dan hiburan. Tanpa asisten rumah tangga dan kondisi pendidikan ideal (tanpa TV dan gadget), seorang ibu dengan beberapa anak kecil akan terus menerus terkuras waktunya untuk bekerja (pagi memasak, menyiapkan bekal, lalu memandikan anak, menyuapi anak, mengajari anak, siang menyuapi anak lagi, menidurkan anak sambil membacakan buku, mencuci piring, menyetrika, menyapu, mengepel, anak bangun, sore memandikan anak, menyuapi anak lagi, malam mengajari ngaji anak, membacakan anak buku, menidurkan anak, menyikatkan gigi anak, lalu tidur). Sulit mencari waktu bahkan hanya untuk mandi, sholat atau berolahraga… Dengan jadwal yang begitu padat tanpa istirahat, tentu akan menimbulkan stress dan tekanan. Jika tekanan begitu berat tanpa bantuan atau bahkan malah mendapatkan celaan, seorang ibu bisa “meledak”. Dengan adanya asisten, jiwa seorang ibu bisa diseimbangkan dengan waktu-waktu yang lebih luang.

6. Waktu lebih tenang untuk beribadah

Beribadah saat menjadi seorang ibu dengan bayi dan balita tanpa TV dan tanpa asisten itu tricky banget. Seringkali sholat harus sambil menggendong, tilawah sambil menyusui. Untuk bergerak dengan gerakan sholat yang sempurna saja sulit apalagi untuk khusyu. Terbayang bukan bagaimana repotnya. Sulit banget untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah atau nafilah seperti dhuha atau menghafal al Quran. Dengan memiliki asisten, pekerjaan lebih ringan, waktu lebih luang, ibadah lebih khusyu dan fokus.

7. Mencontoh Sunnah Rasulullah saw

Jika Nabi Muhammad saw saja memiliki asisten, mengapa kita bangga dengan tidak memiliki asisten? Dalam banyak hadits, akan banyak kita temukan bahwa Nabi Muhammad memiliki asisten yang tinggal bersamanya untuk membantu menyiapkan air wudhunya, menyiapkan makanan, membeli barang, dan lain-lain. Salah satu shahabat yang disebut dalam hadits yang menjadi asisten Rasulullah adalah Anas bin Malik. Dengan memiliki asisten, kita dapat mencontoh Rasulullah bagaimana beliau memperlakukan asisten. Yaitu makan bersama satu meja, tidak pernah memarahi, tidak merendahkan, bahkan dijadikan shahabat. Begitulah indahnya jadi asisten Rasulullah saw, tidak hanya bekerja, namun juga dijadikan shahabat, dididik dan dikader menjadi pejuang Islam. Mantap kan? Coba di mana lagi kita menemukan tokoh sejarah yang berperilaku sebaik ini kepada pembantunya.

8. Mampu memberi kasih sayang, perhatian dan waktu lebih banyak untuk anak-anak

Tanpa asisten, waktu-waktu luang saat anak tuntas dimandikan dan disuapi biasanya dipakai untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Pekerjaan tersebut bisa selesai bisa tidak, bisa juga selesai mengerjakan pekerjaan rumah lalu kita malah marah-marah ke anak yang terus membuat ulah. Dengan memiliki asisten, energi dan emosi kita yang biasanya habis untuk mengerjakan pekerjaan rumah, dapat kita salurkan untuk memberi kasih sayang untuk anak-anak, untuk bercengkrama, mengobrol, mengajari ngaji serta membaca buku untuk anak-anak. Mendampingi tumbuh kembang pemikiran dan aqidah mereka. Menurut saya, dengan memiliki asisten pulang pergi, saya mampu melihat anak-anak bukan sebagai pembuat ulah, tapi sebagai sosok-sosok yang patut menerima kasih sayang dan perhatian.


Demikianlah, delapan dari sekian banyak manfaat yang didapat jika kita memiliki asisten. Bukan hanya manfaat dunia, namun juga manfaat akhirat. Bukan hanya hubungan pekerjaan namun juga hubungan emosional dan spiritual. Kita ini manusia lemah yang saling membutuhkan bantuan antara satu dan lainnya. So, jangan malu lagi ya kalau tidak bisa mengerjakan seluruh pekerjaan pengasuhan, pendidikan anak serta seluruh pekerjaan rumah sendiri dengan sempurna! Jika keuangan bukan menjadi masalah, maka cari saja asisten, dan berbuat baiklah kepadanya seperti Rasulullah saw berbuat baik kepada asisten-asistennya. Semangat!

Oya, dengan memiliki asisten itu kita tetap harus memperhatikan rambu-rambu dalam Islam. Insya Allah di postingan selanjutnya :)

Tangerang,
2019

Exit mobile version