Akar Penyebab dari Krisis Keuangan Berulang: Perspektif Ekonomi Islam

Tahun 2023 disebut-sebut akan terjadi resesi ekonomi. Sebenarnya apa sih resesi itu? 

Jadi, resesi ekonomi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu yang lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, biasanya dari sini akan menjadi titik awalnya krisis keuangan bermula. 

Krisis keuangan berasal dari penurunan nilai mata uang logam yang menyebabkan hiperinflasi. Ada sebuah kisah kala itu koin emas Romawi Aureus (7 gram emas dicampur dengan perak) dan Solidus (4,4 gram, 4,2 gram nya adalah emas) dan koin emas Byzantium sering dicampur dengan logam lain yang bernilai jauh lebih rendah untuk menciptakan seigniorage (laba penerbitan uang) yang diperlukan untuk sistem rasional uang pemerintah. Pada zaman Nabi Muhammad (SAW), penurunan nilai mata uang dalam bentuk apapun dilarang keras. 

Pada tahun 1950-1972 dengan adanya perjanjian Bretton Woods ternyata dapat menyurutkan krisis yang pernah dialami oleh berbagai negara sebelumnya, dikala itu mata uang Dolar AS sebagai mata uang dunia yang dipatok/dijamin terhadap emas (satu troy ounce emas setara dengan 35 Dolar AS) sedangkan mata uang lainnya dipatok terhadap Dolar AS, dengan jaminan bahwa Dolar AS dapat ditukar dengan emas kapan saja. Nah, dengan adanya perjanjian Bretton Woods ini menjadikan pendapatan pribadi meningkat, volume perdagangan dunia meningkat, investasi meningkat, dan stabilitas ekonomi internasional terjaga.  Namun, saat itu Amerika Serikat secara sepihak mengakhiri konvertibilitas Dolar AS menjadi emas dan perjanjian Bretton Woods runtuh pada tahun 1972. Amerika menikmati laba seigniorage (penerbitan uang) yang besar dari pencetakan mata uang tanpa adanya cadangan emas, lalu diikuti negara-negara lain. Sejak runtuhnya Perjanjian Bretton Woods,  berdasarkan Caprio dan Klingebiel (1996) telah terjadi lebih dari 96 krisis keuangan dan 176 krisis moneter. 

Jika kita telaah sebenarnya krisis keuangan terjadi dengan pola yang berulang dengan penyebab yang hampir sama. Lalu, apa saja akar penyebab krisis keuangan dalam perspektif Islam?

Nah berikut 4 akar penyebab krisis keuangan dalam perspektif ekonomi Islam.

1.Kelebihan Persediaan Uang

Kelebihan persediaan uang yang beredar adalah akibat dari pembuatan uang berlebih dan penciptaan daya beli artifisial. Pembuatan uang berlebih termasuk pencetakan uang hampa (seigniorage) dan pembuatan uang bank melalui perbankan cadangan fraksional (pengganda uang), sedangkan penciptaan daya beli artifisial termasuk kartu kredit dan batas pemberian kredit. Selain itu, penciptaan uang juga terjadi di pasar keuangan dengan produk derivatif multi level. Kelebihan uang yang beredar terbukti menjadi penentu utama inflasi di sebagian besar negara, termasuk Indonesia (Ascarya, 2008). 

2. Spekulasi

Sistem ekonomi kapitalis saat ini sangat bergantung pada psikologi spekulan, terutama di pasar keuangan, karena sistem ini memperkenankan produk dan transaksi yang mendorong spekulasi. Aktivitas spekulatif pada dasarnya merupakan zero-sum game (situasi dimana keuntungan yang diperoleh oleh satu pihak merupakan kerugian yang sama jumlahnya di pihak lain) yang mendorong perilaku pergeseran risiko yang tidak dapat menghasilkan nilai tambah yang nyata. Hal ini berbeda dari pembagian risiko dalam kegiatan investasi riil yang dapat menghasilkan nilai tambah. Kegiatan spekulasi di pasar modal dan pasar uang terjadi ketika pemilik modal mengharapkan laba instan dari laba modal, short-selling (penjualan kosong), penyalahgunaan lindung nilai, derivatif, dll. 

3. Sistem Bunga 

Sistem bunga merupakan salah satu akar penyebab krisis keuangan. suku bunga tetap dan yang ditetapkan (tingkat laba) sebelum kegiatan ekonomi dimulai akan mendikte pasar dan mengarahkan pada perilaku pasar yang menyimpang dari tujuan alaminya. Suku bunga harus mencerminkan tingkat produktivitas modal dalam proses ekonomi. Namun, hal itu tidak pernah terjadi, sehingga selalu ada kesenjangan antara tingkat suku bunga yang telah ditetapkan dan produktivitas di sektor riil. Sistem Bunga adalah pergeseran risiko sistematis sehingga selalu ada ketidakadilan di dalamnya. Ketika semua pelaku pasar tidak mau berbagi risiko (yang secara alami melekat pada setiap bisnis dan keuntungannya). Sementara itu, sistem kredit mendikte pasar untuk berperilaku tidak wajar. Penentuan awal suku bunga pada dasarnya memberikan jaminan keuntungan bagi salah satu pihak terhadap peristiwa-peristiwa masa depan yang tidak dapat diprediksi. Bunga yang telah ditetapkan (baik tinggi atau rendah) akan memaksa pasar untuk memberikan laba positif (di atas biaya modal), sedangkan produktivitas riil bisa lebih tinggi atau lebih rendah daripada biaya modal, sehingga usaha dapat memperoleh keuntungan atau menderita kerugian.

4. Sistem Moneter Internasional

Sistem moneter internasional saat ini didasarkan pada beberapa uang hampa (fiat money) dari setiap negara di dunia dengan nilai mengambang dan tanpa cadangan aset riil. Oleh karena itu, setiap negara mendapatkan keuntungan seigniorage dari pencetakan mata uang nasional yang dibebankan pada semua orang sebagai pemegang uang dalam bentuk daya beli yang menurun (atau inflasi). Negara seperti Amerika Serikat mendapatkan keuntungan seigniorage yang sangat besar, karena mata uangnya digunakan secara internasional. Kondisi ini mengakibatkan inflasi dan ketidakadilan, terutama bagi negara-negara kecil dengan mata uang yang tidak dapat dikonversi. Semakin banyak suatu mata uang digunakan sebagai pembayaran internasional, ternyata akan semakin banyak pula keuntungan seigniorage negaranya. 

Pada dasarnya krisis keuangan tidak semata-mata karena uang riba dari penciptaan atau pencetakan fiat money. Sumber lain dari krisis keuangan adalah bentuk-bentuk riba lainnya dan berbagai bentuk maysir. Karenanya, sistem ekonomi dan keuangan adalah pilihan ideologi dan politik rezim ekonomi yang dipilih oleh pemerintah. Dengan kemauan politik dan komitmen pemerintah, krisis keuangan dapat secara bertahap dan sistematis diberantas dan dikendalikan.

Referensi:

Ascarya, A. (2010). PELAJARAN YANG DIPETIK DARI KRISIS KEUANGAN BERULANG: PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan12 (1), 33-82. https://doi.org/10.21098/bemp.v12i1.349

Caprio, Gerard and Daniela Klingelbiel. 1996. Bank Insolvencies: Cross Country Experience. Policy Research Working Papers no.1620. Washington, DC: World Bank, Policy and Research Department

Exit mobile version