Bulan Rajab, bagi kaum muslim adalah bulan yang penuh peristiwa haru. Bulan ini menjadi saksi sejarah, perjuangan dan bulan bukti cinta Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya. Pada bulan rajab, lebih dari satu abad lalu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melakukan perjalanan isra’ dan mi’raj. Yang kemudian kita yakini sebagai mukjizat atas penegasan kenabian Rasulullah, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Ada peristiwa haru lain yang mewarnai tercetaknya sejarah di Bulan Rajab. Yaitu kemenangan Kaum Muslim atas tentara Romawi dalam peperangan Yarmuk. 5 Rajab 15 Hijriah menjadi gerbang kehidupan cerah islam di bumi Syam. Selain dua peristiwa hebat di atas ternyata masih ada peristiwa hebat dibulan rajab yang lainnya. Yaitu di Bulan Rajab tahun 92 Hijriah, islam kembali Berjaya. Melalui kekuatan pasukan yang dipimpin Thariq bin Ziyad, Islam masuk memegang kendali di Spanyol. Dengan ditaklukkannya Andalusia melalui jalur Gibraltar oleh kaum muslimin.
Dan satu abad yang lalu, pada sayyidul ayyam atau hari yang baik, seorang pemuda dari suku Kurdi berhasil mengambil alih Masjidil Aqsa dari tentara pasukan salib. Jerussalem yang jatuh ke tangan tentara salib harus melalui perjalanan panjang. Kota itu menyimpan seluruh rangkaian kejadian besar baik yang menyedihkan hingga bahagia.
Kisah hebat pembebasan Al Quds tidak terjadi begitu saja. Bertahun lamanya, para pemimpin Yerusalem berusaha mengembalikan kejayaan wilayahnya. Dimulai pada masa Sultan Imaduddin, Sultan Nuruddin hingga akhirnya berhasil ditaklukan dibawah Shalahuddin Al Ayyubi. Semoga Allah merahmati beliau, para pejuang islam. Sebelumnya, Al Quds jatuh ke tangan tentara salib pada tahun 492 Hijriah atau 1099 Masehi.
Shalahuddin Al Ayyubi, nama aslinya adalah An Nashir Salahuddin Yusuf. Putra seorang pemimpin wilayah Irak, Najmuddin Ayyub. Beliau lahir di Tikrit, Irak pada tahun 532 Hijriah/1138 M. Saat itu, Ayah dan Paman beliau adalah prajurit dari pasukan Imaduddin Zanki, gubernur kota Mosul, Irak. Hingga ketika Imaduddin mampu menduduki wilayah Lebanon, Ayah Salahuddin diangkat menjadi gubernur wilayah tersebut. Disinilah Shalahuddin mulai mengenal beragam keilmuan tentang perang dan politik.
Shalahuddin Al Ayyubi diberi amanah menjadi seorang konselor di istana kesultanan Nuruddin Zanki. Beliau juga memimpin perlawanan kerajaan Latin Yerusalem yang menyerang Mesir. Saat didapuk menjadi penguasa mesir, beliau mengembalikan ajaran sunni ke Mesir, membangun dinasti Ayyubiyyah dan mulai menyusun kegiatan militer secara intensif.
Keberhasilan atas pembebasan Baitul Maqdis di tangan Shalahuddin Al Ayyubi, dimulai setelah Mesir juga terbebas dari tentara salib. Hampir 20 tahun lamanya, Shalahudin membuat persiapan strategi. Sebelum menyiapkan pasukan, beliau lebih dulu mempersiapkan dirinya sendiri. Menjadi seorang ahli ilmu yang selalu mengerjakan syariat islam. Ia seorang yang paham hukum islam, selalu shalat berjamaah, tidak banyak bicara dan menghindari debat. Beliau hidup sebagai pribadi yang dermawan dan zuhud.
Maka kemudian setelah dirinya siap, ia menyiapkan pasukan yang kuat dalam berbagai aspek. Para prajuritnya selalu dipenuhi dengan ilmu agama, diberi penguatan akidah dan ibadahnya. Bahkan mereka dididik menjadi tentara yang memiliki akhlak mulia. Shalahuddin Al Ayyubi membuat rincian jadwal harian, pekanan bahkan bulanan demi membangun pasukan yang hebat. Ia paham betul, kekuatan islam akan bangkit apabila seluruh muslimin bersatu dan merapatkan barisan.
Beliau menyerukan lantunan azan dan mengingatkan pasukannya, bahwa kemenangan akan diraih jika shalat ditegakkan. Ada satu ayat yang menjadi pembuka khutbah pertama setelah kemenangan.
فَقُطِعَ دَابِرُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ۚ وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
“maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar – akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am : 45)
Perang Hiththin adalah perang yang dimenangkan pasukan Shalahuddin dari tangan tentara salib. Baitul Maqdis kembali menjadi rumah yang aman kala itu. Azan dikumandangkan, shalat ditegakkan di dalamnya, setelah hampir 90 tahun lamanya tempat itu dikuasai pasukan salib. Banyak hal yang bisa dijadikan teladan kaum muslim saat ini.
Shalahuddin Al Ayyubi masuk Palestina tanpa pertumpahan darah, dalam hal ini, beliau memperlakukan dengan baik penduduk yang ketakutan disana. Ia rela meninggalkan segala kemewahan fasilitas istana, keluarga dan anaknya demi jihad. Ia rela bertaruh harta, jiwa dan raganya untuk membebaskan Al Quds.
Kemenangan pasukan Shalahuddin Al Ayyubi adalah bukti kembalinya kejayaan islam dengan ketakwaan terbaik kepada Allah, setelah peristiwa Yarmuk dan Khaibar.
Referensi:
Shalahuddin Al-Ayyubi : sang penakluk Jerusalem, Karya Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan
Rajab dan Pembebasan Al Aqsha – Alhikmah.ac.id