Sudah tahu belum cara cerdas dapet pahala cuma dari… ngatur keuangan? Uangnya belum dipakai, tapi pahalanya udah ngalir. Kok bisa?
Bayangin: kamu lagi nyoret-nyoret angka di kertas atau aplikasi. Duitnya belum datang, belum satu rupiahpun keluar tapi Allah ﷺ udah ngasih catatan pahala karena niatmu. Kalau dilewatin, rasanya kayak ada hadiah emas yang kamu tolak begitu saja. Kok bisa?
Iya, ini beneran. Kadang kita mikir pahala itu cuma datang dari hal-hal besar: sedekah gede, ibadah khusus, atau amal-amal yang kelihatan “wah.” Padahal, ternyata niat kecil yang kita tulis dalam bentuk perencanaan keuangan pun bisa langsung dicatat sebagai pahala sama Allah ﷻ.
Sayangnya, banyak dari kita yang suka males bikin rencana. Uangnya ngalir aja tanpa arah, nggak pernah dipikirin mau dipake ke mana. Padahal, di situ justru ada peluang pahala yang gede juga.
Rugi Berat Kalau Nggak Atur Keuangan
Bayangin deh, ada pahala gede yang Allah ﷻ kasih cuma dari niat baik. Nggak perlu nunggu duit keluar, nggak perlu nunggu aksi jalan, bahkan kalau belum sempat terlaksana pun pahalanya udah ditulis. Tapi sayangnya, banyak dari kita yang nyia-nyiain kesempatan ini gara-gara satu hal sederhana: nggak pernah bikin rencana keuangan.
Padahal Rasulullah ﷺ udah ngingetin dalam hadits:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan (pahala) kebaikan dan (dosa) keburukan, lalu Allah menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun belum sempat melakukannya, Allah tetap menuliskan baginya satu pahala kebaikan yang sempurna.” (Hadits Riwayat Bukhari & Muslim)
Lihat kan? Niat aja udah dicatat pahala. Jadi waktu kita bikin catatan sederhana kayak, “bulan ini nyisihin sekian buat sedekah,” atau “gaji nanti disisihin buat bantu orang tua,” itu udah langsung dicatat kebaikan sempurna.
Bahkan sebelum duitnya benar-benar keluar, pahala udah nyampe duluan. Rugi banget kalau kita nggak manfaatin kesempatan emas ini.
Baca juga: Bekerja Keras bagi Seorang Muslim
Bukan Sekadar Ngatur Duit, Tapi Niat Baik
Banyak orang mikir budgeting itu ribet, kayaknya cuma buat orang-orang yang super hemat atau perfeksionis. Padahal kalau diniatin benar, ngatur duit bisa jadi ibadah.
Misalnya kita niat nyisihin uang buat sedekah bulanan. Walaupun belum sampai waktunya sedekah, niat dan catatan alokasi uang itu udah dicatat sebagai amal baik.
Begitu juga kalau kita niat nyiapin tabungan buat kebutuhan keluarga, biar nggak ngerepotin orang lain di masa depan itu juga pahala, karena niatnya menjaga diri dari hutang dan menunaikan kewajiban sebagai penanggung nafkah.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَا تُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
“Dan apa saja harta yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (Quran Surat Al-Baqarah ayat 273)
Artinya, Allah ﷻ tahu persis setiap niat kita soal harta. Bahkan sebelum harta itu keluar, catatan niatnya aja udah berharga.
Baca juga: Menghindari Utang Konsumtif di Era Modern
Belajar dari Sahabat Nabi ﷺ
Kalau ngomongin soal perencanaan keuangan, kita bisa belajar banyak dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Di buku Al-Farooq: Hayat Umar bin al-Khattab karya Dr. Muhammad Husain Haekal (Dar al-Ma’arif, 1994). Di situ diceritain gimana Umar mendirikan baitul mal dan bikin sistem distribusi harta yang rapi dan adil.
Khalifah Umar nggak pernah biarin harta umat nganggur atau numpuk sia-sia. Semua ada posnya: buat fakir miskin, buat kebutuhan jihad, juga buat kepentingan umum kayak pembangunan.
Yang bikin kagum, Umar tuh benar-benar hati-hati dalam memastikan setiap harta jatuh ke tempat yang tepat. Beliau selalu mikir ke depan, “Harta ini nanti manfaatnya bisa dirasain siapa aja?” Jadi, perencanaan itu bukan sekadar soal angka di catatan, tapi soal amanah besar yang harus dipertanggungjawabkan.
Baca juga: Realistis dan Nilainya dalam Pandangan Islam
Contoh Relatable di Zaman Sekarang
Nah, biar lebih gampang kebayang, coba lihat contoh sehari-hari ini:
Karyawan kantoran yang bikin pos khusus buat bantu orang tua tiap bulan. Walaupun gaji baru cair dua minggu lagi, begitu ada catatan niat, pahala sudah nyampe duluan.
Pedagang kecil yang nyisihin sebagian omzet harian buat kotak amal masjid. Walaupun belum disalurin, catatan itu sudah jadi pahala.
Freelancer yang bikin rekening terpisah buat dana pendidikan anak. Walaupun anaknya masih kecil, bahkan belum masuk sekolah, niat mulia itu udah dinilai sama Allah ﷻ.
Kalau orang lain sibuk ngabisin duit tanpa arah, kita justru bisa dapet pahala cuma dari niat perencanaan. Bayangin, rugi banget kalau kita ngelewatin kesempatan ini.
Baca juga: Positive Thinking sebagai Sifat Seorang Muslim
Rugi Dunia Akhirat Kalau Malas Bikin Rencana
Coba jujur deh, berapa banyak orang yang gajinya habis nggak jelas, terus baru sadar, “Eh, kok nggak ada sisa buat sedekah ya?” atau “Kok tabungan nggak nambah-nambah?”
Nah, ini kerugiannya dua kali lipat. Pertama, secara duniawi keuangan jadi amburadul. Kedua, secara akhirat kita kehilangan pahala yang sebenarnya bisa didapat dari niat perencanaan.
Sayang banget kan? Padahal modalnya cuma niat dan sedikit catatan, tapi banyak orang lebih milih jalan instan yang akhirnya malah bikin rugi.
Penutup, Yuk Mulai dari Sekarang
Ngatur keuangan itu bukan sekadar bikin tabel atau catatan di aplikasi. Lebih dari itu, ini bagian dari ibadah kalau kita niatin dengan benar. Rasulullah ﷺ udah kasih kabar gembira: niat baik aja dicatat sebagai pahala sempurna.
Jadi, jangan buang kesempatan emas ini. Uangnya belum dipakai, tapi pahalanya udah ngalir. Mulai dari hal kecil aja: bikin pos buat kebutuhan pokok, sedekah, tabungan, atau bantu orang tua.
Hidup kita jadi lebih terarah, keuangan lebih aman, dan pahala insyaAllah ngalir deras sejak rencana itu dibuat. Rugi banget kan, kalau kita nggak mulai sekarang. Yuk rencanakan!
Yuk Mulai Investasi Halal di Nabitu.
Referensi
Al-Qur’an, Al-Karim.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari, Hadits No. 6491. Diakses dari https://sunnah.com/bukhari:6491
Muslim bin al-Hajjaj. Shahih Muslim, Hadits No. 131. Diakses dari https://sunnah.com/muslim:131
Haekal, Muhammad Husain. Al-Farooq: Hayat Umar bin al-Khattab. Kairo: Dar al-Ma’arif, 1994.