Evaluasi Aqidah Di Akhir Tahun

Setiap orang berharap selalu ingin menjadi lebih baik dari hari ke hari. Termasuk kita sebagai orang muslim pun juga semestinya ingin menjadi yang lebih baik dengan penilaian baik di sisi Allah Ta’ala tentunya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang mengingat umatnya agar dari waktu ke waktu adanya perubahan agar menjadi orang beruntung, sehingga jangan sampai menjadi orang yang merugi apalagi sampai menjadi golongan orang celaka:

من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون.(

(واه الحاكم)

“Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” (HR. Al Hakim).


Maka bagi umat Islam momentum akhir tahun selalu bermuara pada pertanyaan introspektif-kontemplatif walaupun seharusnya bagi kaum muslim aktivitas ini harus dilakukan setiap saat, seperti yang dikatakan Khalifah Umar bin Khattab:

حسبوا انفسكم قبل أن تحسبوا وزنوا انفسكم قبل أن توزنوا

“Hitung-hitunglah dirimu sebelum kamu dihitung, dan timbang-timbanglah dirimu sebelum ditimbang.” Maka, sasarannya kita harus mengintropeksi diri sejauh mana kita mengukur waktu dengan amal kebaikan jangan sampai bergelimang dosa.

Di momentum akhir tahun ini kaum muslimin tidak hanya seharusnya memanfaatkan untuk introspeksi diri berkaitan dengan amalan yang sudah dilakukan satu tahun sebelumnya saja. Akan tetapi juga amalan yang dilakukan di bulan Desember ini. Karena pada bulan inilah kaum muslim diuji terkait pemahaman aqidah dan toleransi. Yaitu ketika bulan Desember ini berkaitan dengan adanya perayaan keagamaan kaum nasrani. Maka berikut pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab dengan benar agar kita tidak tersesat ke dalam pemahaman aqidah yang lain.

  1. Apakah kaum muslimin boleh mengucapkan selamat natal (ya/tidak)
  2. Apakah kaum muslimin boleh membeli atribut natal (ya/tidak)
  3. Apakah kaum muslimin boleh menggunakan accessories natal (ya/tidak)
  4. Apakah kaum muslimin boleh ikut merayakan acara natal (ya/tidak)
  5. Apakah kaum muslimin boleh meyakini bahwa acara natal itu tidak apa-apa (ya/tidak)
  6. Apakah kaum muslimin boleh membiarkan anak kita ikut merayakan natal (ya/tidak)

Jika jawabannya masih ya, maka kita perlu mengoreksi kembali pemahaman terkait aqidah kita. Sebab sudah sangat jelas firman Allah berkaitan dengan aqidah seorang yang beriman berkaitan dengan orang nasrani.

Allah subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan kita dengan firman-Nya:

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا

لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدّ

Mereka berkata, “Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.” Sungguh kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar (QS Maryam [19]: 88–89).

Karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan kekafiran kaum Nasrani:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ

Sungguh telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sungguh Allah itu adalah Al-Masih putra Maryam.” (QS al-Maidah [5]: 72).

لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِن لَّمْ يَنتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Sungguh kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah seorang dari yang tiga. Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Lalu mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS al-Maidah [5]: 73-74).

Ayat-ayat yang menjelaskan tentang pertanyaan-pertanyaan diatas telah jelas bahwa jawabannya seharusnya,

  1. Apakah kaum muslimin boleh mengucapkan selamat natal. (Jawabannya adalah tidak)
  2. Apakah kaum muslimin boleh membeli atribut natal (Jawabannya adalah tidak)
  3. Apakah kaum muslimin boleh menggunakan accessories natal (Jawabannya adalah tidak)
  4. Apakah kaum muslimin boleh ikut merayakan acara natal (Jawabannya adalah tidak)
  5. Apakah kaum muslimin boleh meyakini bahwa acara natal itu tidak apa-apa (Jawabannya adalah tidak)
  6. Apakah kaum muslimin boleh membiarkan anak kita ikut merayakan natal (Jawabannya adalah tidak)

Maka, di momentum akhir tahun ini kaum muslimin hendaknya kembali mengintrospeksi dirinya terkait pemahaman aqidah dengan baik. Membersihkan kembali aktivitas kita yang ternyata ada kesalahan yang jauh menyimpang. Meluruskan lagi niat setiap amal dalam menempuh kehidupan ini. Bahwa kita hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Bukan sekedar ikut trend, rasa nggak enak dengan teman yang lain, atau bahkan karena hanya ingin mencari kesenangan nafsu saja.

Exit mobile version