Kisah Nabi Ibrahim dalam Syariat Berqurban 

Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah sosok yang sangat penting dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai “Abul Anbiya” atau “Bapak Para Nabi” karena banyak nabi yang merupakan keturunannya, termasuk Nabi Ismail Alaihissalam dan Nabi Muhammad ﷺ. Salah satu kisah yang paling terkenal dan berpengaruh dari Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah kisah pengorbanannya, yang menjadi dasar dari syariat berqurban dalam Islam. 

Kisah ini dimulai ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam bermimpi dalam tidurnya bahwa Allah ﷻ bahwa ia harus mengorbankan putranya, Nabi Ismail Alaihissalam. Meskipun sangat mencintai putranya, Nabi Ibrahim Alaihissalam memutuskan untuk menaati perintah dalam mimpinya dan bersiap untuk mengorbankan Ismail Alaihissalam. Ketika ia memberi tahu Ismail Alaihissalam tentang mimpinya, Ismail Alaihissalam dengan tegas dan tenang menjawab: 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ 

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim Alaihissalam, Ibrahim Alaihissalam berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.(QS As-Saffat [37]:102) 

Kisah ini diceritakan secara lengkap pada surat As-Saffat [37] ayat 101-110: 

فَبَشَّرْنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٍ(101)فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ(102)فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ(103)وَنَٰدَيْنَٰهُ أَن يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ(104)قَدْ صَدَّقْتَ ٱلرُّءْيَآ ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ(105)إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلْبَلَٰٓؤُا۟ ٱلْمُبِينُ(106)وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ(107)وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى ٱلْءَاخِرِينَ(108)سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ(109)كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ(110) 

Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar(101) Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim Alaihissalam, Ibrahim Alaihissalam berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”(102) Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim Alaihissalam membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).(103) Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim Alaihissalam,(104) sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(105) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(106) Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.(107) Kami abadikan untuk Ibrahim Alaihissalam itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,(108) (yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim Alaihissalam”.(109) Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(110) (QS As-Saffat [37]:101-110) 

Kisah ini mengajarkan kepada umat Islam tentang pentingnya kesetiaan, ketundukan, dan kepatuhan kepada Allah ﷻ. Nabi Ibrahim Alaihissalam menjadi teladan bagi umat Islam, bahwa dalam menghadapi ujian dan cobaan, mereka harus memiliki keyakinan yang kuat dan siap untuk menaati perintah Allah ﷻ, sekalipun terasa sulit atau bertentangan dengan keinginan pribadi. Sementara itu, Nabi Ismail Alaihissalam juga menunjukkan sikap yang sangat patuh dan tunduk kepada Allah ﷻ. Meskipun ia masih muda, ia siap untuk dipersembahkan sebagai korban oleh ayahnya.

Sikap ini menunjukkan betapa besar keimanan dan ketaatan Nabi Ismail Alaihissalam kepada Allah ﷻ. Dan sebagai hadiah atas keimanan dan ketaatan tersebut Allah ﷻ mengganjar mereka dengan memberikan mereka berdua sembelihan yang besar dan menjadikan kisah mereka sebagai kisah teladan keimanan yang terus diceritakan hingga akhir zaman. Salah satu hal yang dilakukan oleh kaum muslimin yang merupakan umat Nabi Muhammad ﷺ untuk meneladani kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Nabi Ismail Alaihissalam ini adalah berqurban sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Kautsar ayat 2: 

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah(QS Al-Kautsar[108]:2)). 

Semoga Allah ﷻ menjadikan kita termasuk orang yang bisa meneladani keimanan dan ketaatan Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Nabi Ismail Alaihissalam dan semoga kita diberikan rezeki oleh Allah ﷻ untuk melakukan ibadah kurban. 

Wallahu a’lam 

Referensi

Surat Al-Kausar Ayat 2. (n.d.). Tafsir AlQuran Online. Retrieved May 4, 2024, from https://tafsirq.com/108-al-kausar/ayat-2#google_vignette 

Surat As-Saffat Ayat 101 – 110 dengan Tafsir dan Terjemahannya • Ibn Othman. (n.d.). Ibnothman.com. Retrieved May 4, 2024, from https://ibnothman.com/quran/surat-as-saffat-dengan-terjemahan-dan-tafsir/11 

NU Online. (2021). Sejarah Kurban: Teladan Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Nabi Ismail Alaihissalam. 

Republika Online. (2023). Syariat Berkurban dan Hikmah Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam. 

Tokopedia. (2023). Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Ismail Alaihissalam: Sejarah Kurban & Hukumnya. 

Zakat.or.id. (2024). 7 Ayat Al-Quran dan Hadits tentah Perintang Ibadah Kurban. 

Sindonews.com. (2023). Dalil-dalil Pentingnya Berkurban dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW

 

Exit mobile version