Menjadi Muslim Kaya Itu Pilihan

Hari ini kita disuguhkan dengan banyak seminar bisnis agar dapat menjadi orang kaya.  Islam adalah agama dengan jumlah penganut terbanyak di urutan kedua. Mayoritas muslim saat ini berada di wilayah negara berkembang, sebagian lainnya tinggal di negara yang kaya. Muslim yang hidup di negara berkembang, masih banyak mengalami masalah terkait perekonomian, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya. Terlebih lagi kita yang tinggal di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim ternyata kebutuhan pokok pun juga masih merasa kesulitan. Apalagi di masa-masa pasca pandemic covid seperti sekarang ini. 

Kita tentu tidak asing dengan anggapan bahwa hidup bahagia sejahtera dan kaya raya adalah dambaan setiap orang. Hal ini memang sifat manusia yang lebih menyukai kebahagiaan daripada kesulitan. Dan salah satu yang membuat seseorang senang yaitu ketika menjadi kaya. Memiliki kekayaan materi memang banyak dianggap lebih mudah dalam melanjutkan hidup serta mudah menemukan kebahagiaan.

Akan tetapi ada sebagian orang yang berpendapat bahwa muslim dilarang mengumpulkan kekayaan sebanyak banyaknya, karena akan cenderung dianggap cinta dunia. Namu nada pula pendapat lain yang memperbolehkan karena ketika menjadi muslim kaya maka ia akan lebih tenang dalam beribadah.

Sebelum lebih jauh, kita akan berbincang sedikit.

Adakah orang yang mau berada dalam kemiskinan?

Jika kita lihat sifat manusia yang cenderung menyukai kesenangan, tentu tidak ada yang mau. Namun kehidupan kita adalah nikmat terbaik dari Allah. Setiap makhluk diberi porsi rezeki masing-masing. Tak akan tertukar satu sama lainnya. 

Apabila hidup dalam kondisi miskin, akan ada dua kemungkinan sikap. Menerima dengan sabar dan terus bersyukur atau menerima dengan rasa khawatir. Kekhawatiran tersebut yang harus diperhatikan. Jangan sampai kemudian menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan bahwa keadaan miskin memang berbahaya dan dekat dengan kekufuran. Maka pada saat seperti ini, setan akan bersemangat menjerumuskan manusia. Dan Allah mengingatkan kita melalui Firman Nya 

ٱلشَّيْطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِٱلْفَحْشَآءِ ۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

Yang artinya, “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu untuk berbuat kejahatan (kikir), sedangkan Allah menjadikan untukmu ampunan daripada Nya dan karunianya. Dan Allah adalah maha luas karunia Nya lagi maha mengetahui.” (Quran Surah Al Baqarah : 268)

Ayat ini menjelaskan bahwa setan memang akan terus menggoda manusia untuk kufur atas nikmat dari Allah. Sehingga yang perlu kita ingat adalah, Allah maha pemberi rizki, Allah maha kaya dan tidak akan menelantarkan hamba Nya. jangan sampai berputus asa dari rahmat Allah.

Terkait makna rezeki cakupannya sangat luas. Masih ada orang yang mengira rezeki sebatas harta benda. Padahal islam sendiri menjabarkan bahwa segala kenikmatan dari Allah adalah rezeki.

Baik, mari kita lanjutkan.

Bersungguh-sungguh dalam bekerja adalah kewajiban bagi seorang muslim. Sebagai seorang hamba, kita bertugas untuk menjemput rezeki dengan cara yang baik melalui potensi diri. Saat bekerja, mulailah untuk meniatkan usaha kita sebagai langkah mengharapkan ridho Allah.

Menjadi kaya dalam konteks muslim adalah sebagai berikut.

Pertama, kita dilarang untuk mencari rezeki dengan cara yang batil atau buruk. Contoh, mengambil harta melalui penipuan atau dengan cara yang berbahaya. Karena sebaik-baik harta adalah milik hamba yang shalih dan harta ini dimanfaatkan sesuai syariat.

Selanjutnya, rezeki yang kita dapat adalah upaya kita menjaga akidah. Mengapa akidah? Bayangkan, diluar sana, berapa banyak yang rela berpindah agama hanya untuk mendapat bantuan pangan dan semacamnya? Naudzubillah min dzalik. Oleh karenanya, dengan menjadi kaya diharapkan agar kita lebih mudah menjaga akidah dan mudah berderma.

Dengan harta kekayaan, umat muslim akan lebih mudah dalam melaksanakan beberapa rukun islam, yaitu zakat dan haji.

Dan lihatlah, kita berada di zaman jika menginginkan sesuatu harus dibayar dengan uang. Contoh kecil, kita bisa berbagi dengan melarisi pedagang koran, pedagang asongan dan masih banyak lagi yang lainnya. Kita bisa berbagi sedekah kepada siapa saja yang membutuhkannya. Sungguh dengan segala kemudahan cara ini, jika kita menjemputnya dengan cara yang Allah ridhai, betapa bahagianya hati kita dan keberkahan kekayaan kita benar-benar kita rasakan.

Betapa Allah sangat baik dan pemurah pada hamba-Nya. Apakah kita masih mau bermalas-malasan untuk bekerja dan beramal? Ingat, malas atau giat itu pilihan karena kedua hal tersebut adalah aktivitas di lingkaran yang kita kuasai.

Referensi:

https://tafsirweb.com/1034-surat-al-baqarah-ayat-268.html

Exit mobile version