Pentingnya Punya Skill di Zaman Ini

Banyak orang percaya kalau kunci hidup enak itu uang. “Kalau ada uang, semua bisa jalan,” begitu kira-kira pikirnya. Tapi sebenarnya uang itu rapuh banget. Hari ini ada, besok bisa habis. Bisa salah kelola, bisa ketipu, bisa juga sekadar habis dipakai buat kebutuhan sehari-hari.

Bayangin deh, ada orang kerja di luar negeri sepuluh tahun. Pulang kampung bawa tabungan lumayan gede. Dia coba buka toko, tapi nggak ngerti cara dagang. Lokasi nggak pas, harga barang salah, pelanggan sepi. Rugi.

Lalu coba usaha kuliner, ternyata arus kas nggak bisa diatur. Modal habis, usaha tutup. Terakhir ikut investasi yang katanya “pasti untung”, malah ketipu.

Akhirnya, uang yang dikumpulin bertahun-tahun hilang begitu saja.

Allah ﷻ sudah kasih gambaran di Al-Qur’an tentang orang kaya yang kehilangan semua kebunnya, sampai menyesal sambil bolak-balik tangannya karena harta yang dulu dibanggakan lenyap seketika:

وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَا أَنفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا
“Lalu binasalah seluruh hasil kebunnya, sehingga ia membolak-balikkan kedua tangannya (menyesali) terhadap apa yang telah ia belanjakan, padahal kebun itu roboh bersama para penyangganya…” (Quran Surah Al-Kahfi ayat 42)

Intinya, harta bisa saja hilang sekejap. Tapi kalau punya skill, kita bisa mulai lagi dari nol. Skill itu ibarat pohon, uang itu cuma buah. Kalau pohonnya ada, buahnya akan terus tumbuh tiap musim.

Nunggu Kondisi Ideal, Padahal Nggak Akan Pernah Ada

Kesalahan lain yang sering kejadian adalah nunda-nunda. Ada yang bilang, “Aku nanti belajar kalau sudah pulang.” Ada juga yang mikir, “Kalau tabungan sudah banyak, baru mulai usaha.” Atau, “Kalau ekonomi lagi bagus, baru berani jalan.”

Masalahnya, kondisi ideal itu hampir nggak pernah datang. Ekonomi selalu naik-turun, aturan pemerintah bisa berubah, kebutuhan rumah tangga jalan terus. Kalau terus nunggu semuanya sempurna dulu, ujung-ujungnya ya nggak pernah mulai.

Rasulullah ﷺ kasih perumpamaan yang sederhana banget. Beliau bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki; ia pergi di pagi hari dengan perut kosong, dan pulang di sore hari dengan perut kenyang.” (Hadits Riwayat Tirmidzi)

Burung itu nggak nunggu kondisi ideal. Nggak nunggu cuaca adem dulu, atau pohon berbuah banyak dulu. Mereka tetap terbang pagi-pagi, nyari makan. Karena bergerak, Allah kasih rezeki. Kita juga begitu. Kalau cuma nunggu, nggak akan ke mana-mana.

Baca juga: Bagaimana Sikap Muslim di Tengah Kekacauan?

Skill Bikin Mandiri, Bukan Bergantung

Skill itu bukan cuma soal teknis, tapi juga soal mental. Orang yang punya skill biasanya lebih percaya diri, lebih mandiri, dan nggak gampang bergantung pada orang lain. Dengan skill, seseorang bisa bilang, “Aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri.”

Sebaliknya, kalau cuma ngandelin tabungan, warisan, atau bantuan orang lain, begitu sumber itu berhenti ya langsung goyah. Karena itu Rasulullah ﷺ pernah bilang:

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى

“Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.” (Hadits Riwayat Bukhari & Muslim)

Maksudnya, memberi itu lebih mulia daripada menerima. Tapi untuk bisa memberi, kita harus mandiri dulu. Nah, mandiri itu datangnya dari skill, bukan sekadar banyaknya uang.

Jadi kalau sekarang masih kerja di luar negeri, jangan cuma sibuk nabung. Sambil kerja, pupuk skill juga. Bisa belajar dagang kecil-kecilan, ikut kursus, atau cari mentor. Karena nanti pas pulang, skill itulah yang bikin kita bisa bertahan, bukan sekadar uang yang ada di tabungan.

Baca juga: Cara Hidup Sederhana yang Bisa Bikin Jadi Kaya Raya

Abdurrahman bin Auf – Dari Nol Jadi Kaya Lagi

Teladan paling keren soal ini ada pada sahabat Nabi ﷺ, Abdurrahman bin Auf. Beliau awalnya saudagar sukses di Makkah, tapi ketika hijrah ke Madinah, semua harta ditinggal. Dari orang kaya, beliau berubah jadi orang yang datang ke kota baru tanpa modal sepeser pun.

Di Madinah, Nabi ﷺ mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’, seorang Anshar yang kaya raya. Sa’ad dengan ikhlas menawarkan separuh hartanya, bahkan salah satu istrinya untuk dinikahi Abdurrahman.

Tapi Abdurrahman menjawab dengan rendah hati:

بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِي أَهْلِكَ وَمَالِكَ، دُلَّنِي عَلَى السُّوقِ

“Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja kepadaku di mana pasar berada.”

Jawaban ini nunjukin mental luar biasa. Beliau nggak mau bergantung sama orang lain, meski ditawari separuh harta. Beliau yakin, dengan skill dagang yang dimiliki, bisa bangkit lagi dari nol.

Dan benar, beliau mulai dari kecil, dagang keju dan mentega di pasar. Dengan jujur, rajin, dan penuh integritas, usahanya berkembang. Lama-lama jadi pemasok besar. Dari nol, jadi salah satu sahabat terkaya.

Bedanya, kekayaan itu nggak bikin beliau sombong. Beliau dermawan, biayai peperangan, bantu fakir miskin, dan selalu mendukung dakwah Nabi ﷺ. Kekayaannya bener-bener berkah, bukan sekadar banyak angka di timbangan.

Baca juga: Peluang Kerja dan Investasi Islami: Sumber Pendapatan Tambahan

Penutup

Hidup ini sudah kasih banyak contoh. Ada pekerja yang kerja keras di luar negeri, tapi tabungannya habis karena nggak punya skill. Ada juga kisah Abdurrahman bin Auf, yang meski kehilangan semua harta, bisa bangkit lagi karena skill dagangnya.

Uang bisa habis, skill tetap bertahan. Nunggu kondisi ideal nggak akan pernah selesai, jadi lebih baik mulai dari apa yang ada. Skill bikin kita mandiri, bukan bergantung. Dan kalau skill itu dipakai dengan niat baik, hasilnya bukan cuma jadi kaya, tapi juga membawa keberkahan.

Kalau dunia bisa mengambil hartamu, jangan khawatir. Dunia nggak akan bisa mencuri skill, mentalitas, dan integritasmu. Dan dengan itu, insyaAllah, kita pun bisa bangkit lagi seperti Abdurrahman bin Auf.

Baca juga: Kebiasaan dan Kepribadian Islam dalam Pengembangan Bisnis

Pentingnya Punya Skill di Zaman Ini

Yuk Mulai Investasi Halal di Nabitu.

Referensi

Al-Qur’an al-Karim. Diakses dari: https://quran.com/
At-Tirmidzi, Muhammad bin Isa. Sunan at-Tirmidzi, Kitab Zuhd, Hadis No. 2344. Diakses dari: https://sunnah.com/tirmidhi:2344
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari. Kitab al-Zakah, Hadis No. 1427. Diakses dari: https://sunnah.com/bukhari:1427
Muslim bin al-Hajjaj. Shahih Muslim. Kitab al-Zakah, Hadis No. 1033. Diakses dari: https://sunnah.com/muslim:1033
Ibnu Katsir, Ismail bin Umar. Al-Bidāyah wa an-Nihāyah. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1985.

Exit mobile version