Pernah nggak sih, rasanya dunia seperti mau runtuh?
Coba bayangkan momen itu. Pas liat angka di rekening tiba-tiba menyusut drastis? Atau pas bisnis yang sudah kita bangun bertahun-tahun, eh tiba-tiba harus gulung tikar karena keadaan yang nggak terduga?
Kecewa? Itu manusiawi banget. Sedih? Sangat wajar. Namanya juga manusia, punya hati, bukan robot.
Tapi, coba deh kita duduk sebentar, tarik napas panjang, dan renungkan pelan-pelan. Apakah hilangnya nominal uang, aset yang melayang, atau jabatan yang lepas itu adalah definisi kerugian yang sebenarnya?
Jujur aja, seringkali kita ini terjebak sama kalkulator dunia. Rumusnya jadi sempit banget di kepala kita. Untung itu kalau uang bertambah, dan rugi itu kalau uang berkurang.
Padahal, kalau kita pakai kacamata iman, perspektifnya akan berubah 180 derajat. Kita lupa satu fakta paling fundamental bahwa dunia tempat ujian.
Dunia Hanyalah Ruang Ujian, Bukan Tempat Tinggal
Hidup ini sejatinya cuma sebuah “Ruang Ujian Raksasa”. Setiap detik yang berlalu, setiap kejadian yang mampir, dan setiap kondisi dompet kita, itu semua adalah lembar soal ujian yang lagi disodorkan Allah ﷻ kepada kita.
Ruang Ujian yang Sementara, Akhiratlah Tempat Hasil yang Selamanya
Hal pertama yang harus kita tanamkan dalam hati sedalam-dalamnya adalah tentang durasi dan fungsi.
Kenapa sih kita sering kecewa berlebihan pas rugi, atau malah girang berlebihan pas untung? Jawabannya sederhana, karena kita anggap dunia ini adalah rumah utama. Kita merasa bakal tinggal di sini selamanya. Padahal, dunia ini cuma ruang ujian yang durasinya singkat banget. Akhirat-lah kehidupan yang sebenarnya dan selama-lamanya.
Allah ﷻ mengingatkan kita dengan sangat indah tentang hakikat dunia ini:
وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِيَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Qur’an Surah Al-Ankabut [29]: 64).
Coba bayangin kita lagi jadi peserta ujian nasional. Kita masuk ruangan cuma buat ngerjain soal selama 1-2 jam. Begitu bel berbunyi, kita wajib keluar, ninggalin lembar soal, pulpen, dan kertas buram. Kita keluar ruangan buat nunggu hasil pengumuman.
Nah, Dunia ibarat ruang ujiannya. Tempat kita berkeringat, mikir keras, nahan lelah, dan berjuang nulis jawaban. Di fase ini belum ada vonis sukses atau gagal. Yang ada cuma proses ngerjain soal.
Sementara Akhirat ibarat tempat pembagian rapor. Di sanalah nanti hasil jerih payah kita dinilai. Di sanalah baru ketahuan siapa yang beneran sukses (masuk Surga) dan siapa yang beneran bangkrut (masuk Neraka).
Jadi, kalau hari ini kita lagi ngerasa rugi secara finansial, sadarilah bahwa itu terjadi di dalam ruang ujian yang sementara. Itu bukan akhir dari segalanya. Rapor kita belum dicetak, kok. Selama nyawa masih dikandung badan, kita masih punya kesempatan buat memperbaiki jawaban biar hasil akhirnya nanti memuaskan di hadapan Allah ﷻ.
Hakikat Ujian: Beda Soal, Tapi Tujuannya Satu
Terus, gimana dong cara kita memandang hidup yang kadang di atas kadang di bawah ini? Biar gampang, kita pakai analogi sekolah lagi, ya.
Pas rangkaian ujian sekolah, Guru akan bagikan paket soal pelajaran yang beda-beda. Ada Paket Soal Matematika (rumit, penuh angka, bikin pusing). Ada Paket Soal Kesenian (menyenangkan, penuh warna, santai).
Pertanyaannya: Apakah pas dapat soal Matematika (sulit) itu guru sedang nge-hukum atau bahkan kita tuduh Guru benci kita? Apakah pas dapat soal Kesenian (mudah) itu pasti lulus dan jadi juara kelas? Belum tentu.
Nilai akhir di rapor nanti tidak ditentukan dari jenis soal apa yang ia terima, tapi dari ketepatan jawaban yang ia tulis.
Begitu juga dengan hidup kita. Kemiskinan dan Kerugian ibarat Paket Soal Matematika. Rasanya sulit, bikin sesak dada, dan butuh perjuangan ekstra. Kekayaan dan Keuntungan ibarat Paket Soal Kesenian. Rasanya melenakan, asik, dan menyenangkan.
Tapi ingat, keduanya sama-sama berstatus soal ujian.
Allah ﷻ berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Qur’an Surah Al-Anbiya [21]: 35).
Lucunya, kita sering sibuk protes ke yang buat soal ujian” (Allah ﷻ). “Ya Allah, kenapa soal saya susah banget? Kenapa dia soalnya gampang?” Padahal tugas kita bukan meratapi soalnya, tapi fokus nulis jawaban yang bener biar lulus pas penilaian nanti.
Baca juga: Ini Bentuk Syirik Modern yang Terselubung
Bocoran Kunci Jawaban: Takwa vs Fujur
Kabar baiknya nih, kita nggak dibiarkan bingung sendirian di ruang ujian ini. Allah ﷻ sudah menanamkan potensi dalam diri kita buat memilih jawaban. Opsinya cuma ada dua jalur utama, persis seperti firman-Nya:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan (fujur) dan ketakwaannya (takwa).” (QS. Asy-Syams [91]: 8).
Nah, ini dia bocoran kunci jawabannya:
Jawaban Benar (LULUS): Memilih jalan takwa.
Artinya, kita merespon segala kondisi sesuai aturan main Allah. Ini adalah sikap yang Terpuji dan Benar.
Jawaban Salah (GAGAL): Memilih jalan fujur/maksiat.
Artinya, kita merespon kondisi dengan melanggar aturan Allah atau cuma nurutin hawa nafsu. Ini adalah sikap yang Tercela dan Salah.
Yuk, Kita Coba Terapkan Kuncinya
Biar makin kebayang, coba kita liat gimana kunci takwa ini dipakai pas kita lagi dapet paket soal yang beda-beda:
Contoh Soal 1: Ujian Kehilangan atau Musibah
Kondisinya: Bisnis lagi rugi, aset hilang, atau kena tipu orang.
Jawaban Takwa: SABAR & RIDHA. Kita terima dulu ketetapan Allah tanpa protes, “Ya Allah, aku ridha”, sambil tetep ikhtiar perbaiki keadaan.
Jawaban Fujur: MARAH & PUTUS ASA. Ngumpat takdir, nyalahin Tuhan, atau malah cari pelampiasan haram (misal: main judi biar cepet balik modal, atau pergi ke dukun).
Contoh Soal 2: Ujian Kenikmatan atau Keuntungan
Kondisinya: Bisnis lagi profit besar, karir nanjak, duit melimpah.
Jawaban Takwa: SYUKUR & TAWADHU (Rendah Hati). Sadar ini cuma titipan, makin rajin sedekah, dan nggak sombong.
Jawaban Fujur: KUFUR & SOMBONG. Merasa hebat karena usaha sendiri, jadi pelit, nindas orang lain, dan hambur-hamburin uang buat maksiat.
Contoh Dari Hadits Nabi ﷺ: Semua Keadaan Mukmin Itu Baik
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits Riwayat Muslim).
Hadis ini adalah ringkasan sempurna dari kunci jawaban ujian hidup kita,
Saat tertimpa musibah, seorang mukmin tetep untung, pas dia menjawab ujian dengan sabar. Saat dapat kenikmatan, seorang mukmin nggak terlena, karena dia menjawab ujian dengan syukur.
Maka jelas banget, kan? Orang beriman itu punya “privilege” atau keistimewaan yang nggak dimiliki orang lain.
Baca juga: Takut Hari Sial Salah Satu Bentuk Syirik Masa Kini
Terus, Apa Dong Kerugian yang Sebenernya?
Nah, kalau kita sudah paham kuncinya, definisi rugi di kepala kita pasti bakal berubah total.
Kerugian sejati itu ternyata bukanlah saat dompetmu kosong. Kerugian sejati adalah saat kamu salah memilih jawaban.
Coba kita renungkan dua skenario ini:
Pertama, Skenario Rugi Beneran (Double Kill)
Saat kamu diuji dengan harta hilang (Soal), lalu kamu menjawabnya dengan Fujur (Marah-marah, stress, nyalahin takdir). Inilah rugi yang nyata! Hartanya hilang di dunia, pahalanya pun melayang di akhirat. Sudahlah jatuh, tertimpa tangga, kejatuhan cat pula. Apes dunia akhirat.
Kedua, Skenario Untung Besar
Sebaliknya, jika hartamu hilang, tapi kamu menjawabnya dengan Takwa (Sabar dan Ridha). Sesungguhnya kamu sedang untung besar. Kamu lulus ujian, dosa-dosa digugurkan, dan derajatmu diangkat di sisi Allah ﷻ. Harta yang hilang itu hanyalah biaya ujian yang murah buat menebus surga yang mahal.
Baca juga: Hati-hati Syirik! Jimat Berkedok Kaligrafi Islam
Penutup: Fokuslah pada Jawaban, Bukan pada Soal
Jika hari ini kita sedang diuji dengan hilangnya materi, bangkitlah! Hapus air mata itu.
Jangan habiskan energi cuma buat meratapi “Kenapa soal ujianku sesulit ini?”. Tapi habiskan energi kita buat memastikan tangan kita melingkari jawaban yang benar yaitu Takwa.
Selama kita masih pegang Takwa, selama kita nggak tergelincir pada Fujur (maksiat) dalam merespon masalah, sesungguhnya kita nggak pernah rugi. Kita cuma lagi ngerjain soal sulit biar dapet nilai Cum Laude di hadapan Allah ﷻ nanti.
Yuk, semangat bangkit lagi, dan selamat mengerjakan ujian. Pastikan jawabannya benar, ya! Barokallah Fiikum.
Baca juga: Mengaku Bertauhid, Tapi Masih Khawatir Soal Rezeki?
Tertarik untuk Mulai Berinvestasi?
Yuk Mulai Investasi Halalmu di Nabitu.
Penulis: Redha Sindarotama
Referensi:
Al-Qur’an al-Karim. Diakses dari:https://quran.com/
Muslim bin Al-Hajjaj. Ṣaḥīḥ Muslim, Kitāb az-Zuhd wa ar-Raqā’iq, Hadits no. 2999. Diakses dari: https://sunnah.com/muslim:2999