Rukun-Rukun Akad
Rukun-rukun akad adalah pokok-pokok akad yang wajib ada dalam suatu akad.
Jika salah satu rukun akad tidak ada, maka akad yang ada menjadi tidak sah.
Seperti rukun-rukun sholat, jika salah satu saja rukun sholat tidak ada, misalnya niat, berdiri, membaca Al-Fatihah, sholatnya tidak sah.
Ada tiga rukun akad:
1. Al-aqidani (dua pihak yang berakad)
2. Mahallul aqad/Ma’quud’alaihi (objek akad atau apa yang diakadkan)
3. Shighat akad (ijab dan kabul)
Syarat-Syarat dalam Akad
Syarat syar’i, yaitu syarat yang ditetapkan oleh dalil syara’, contoh: syarat aqil (berakal) untuk orang yang berakad.
Syarat ja’li, yaitu syarat yang ditetapkan sendiri oleh pihak-pihak yang melakukan akad. Contoh: waktu dan tempat serah terima barang, waktu transfer.
Kaidah Fiqih mengenai syarat Ja’li:
“Hukum asal membuat syarat-syarat dalam muamalah adalah boleh.”
Contoh syarat Ja’li:
- waktu dan tempat serah terima barang
- syarat mengenai jam kerja
- hari kerja
- baju kerja
- pembayaran upah,
- dan lain-lain
Syarat ja’li tidak boleh dibuat dan dilaksanakan jika bertentangan dengan hukum syara’. Dalilnya adalah hadits berikut ini:
“Setiap syarat ja’li yang bertentangan dengan Kitabullah maka ia adalah batil.”
(HR. Bukhari)
Contoh syarat ja’li yang batil:
- Perusahaan menetapkan baju kerja yang tidak menutup aurat
- Perusahaan menetapkan jam kerja yang menghalangi shalat wajib/shalat Jumat.
- Perusahaan membuat ketentuan: setiap barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan
Sabda Rasulullah ﷺ,
“Jika kamu berjual beli maka katakanlah, ‘Jangan ada penipuan’. Kemudian pada setiap barang yang kamu beli mempunyai khiyar (hak pilih) 3 malam. Jika anda rela maka peganglah (ambillah barang itu). Jika anda tidak rela, maka kembalikanlah barang itu kepada penjualnya.”
(HR. Daraquthni)
Wallahu a’lam bish showab
Baca juga: Tasharruf
Baca juga: Pengertian Akad
Baca juga: Akad Sah dan Akad Tidak Sah