Mengulik sejarah dan kisah terdahulu selalu menarik. Banyak hal yang belum kita ketahui. Dan akan selalu ada hikmah setelah kita membaca kisah selanjutnya. Terkhusus bagi seorang muslim. Sudah seharusnya untuk mempelajari dan memahami kisah keteladanan tentang para Nabi dan Rasul. Tak hanya itu, hikmah dari kejadian dari para sahabat dan pengikut beliau juga perlu diketahui.
Lagi dan lagi, kisah kedermawanan para sahabat di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tak ada habisnya untuk diceritakan. Dimulai dari peristiwa Bai’at Aqabah kedua. Seorang tokoh muda dari Suku Khazraj di Madinah datang ke hadapan Nabi. Ia turut bersyahadat, berbai’at kepada Nabi dan mengabdikan dirinya pada Agama Islam. Pemuda itu bernama Sa’ad bin Ubadah. Dirinya lahir dari keturunan yang baik. Ayahnya, Ubadah bin Dulaim, adalah seorang tokoh di masa Jahiliyah, yang dikenal dengan kedermawanannya.
Keluarga Ubadah bin Dulaim sering menyediakan jamuan makan bagi para musafir, sepanjang hari. Ketika siang hari, utusan Ubadah akan mengajak siapapun untuk makan bersama mereka, sedang di malam hari, utusan tersebut menyalakan obor untuk menunjukkan jalan ke rumah Ibadah. Keluarga Ubadah sudah terbiasa hidup untuk berbagi, yang kemudian Sa’ad bin Ubadah pun juga melakukan hal yang sama.
Pada masa hijrah ke Yastrib yang kemudian diganti menjadi Madinah kaum muslimin harus rela untuk meninggalkan harta mereka. Sehingga di masa awal hijrah, kaum Muhajirin banyak yang harus memulai kehidupan dengan bekerja ekstra. Beberapa bahkan datang dalam keadaan miskin. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, mempersaudarakan orang Muhajirin dengan Kaum Anshar. Adapun kala itu, Sa’ad bin Ubadah memulai ikatan baru dengan membawa puluhan orang Muhajirin untuk dijamu olehnya. Baginya, harta pemberian Allah tersebut bukan hal yang istimewa, dalam arti lain harus Ia bagikan kepada saudaranya.
Sa’ad bin Ubadah seringkali membawa makanan untuk Nabi Muhammad dan keluarganya. Biasanya, Ia memberikan roti yang diberi kuah dan daging. Atas kemurahan hati keluarga Sa’ad bin Ubadah, Rasulullah berdoa kepada Allah, khusus untuk nya. Doa tersebut ada dalam Hadits riwayat Abu Daud :
اللهُمَّ اجعَلْ صلَواتِكَ ورَحمتَكَ على آلِ سعد بنِ عُبادَةَ
Artinya, “Ya Allah, berikanlah shalawat dan rahmat Mu kepada keluarga Sa’ad bin Ubadah”
Maka, terkabulnya doa ini bagaikan sebuah tanda atau brandmark bagi Sa’ad dan keluarga besarnya. Ya, kebaikannya dalam hal berbagi pun diikuti oleh anaknya. Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan keberkahan dalam keluarga tersebut melalui karunia harta. Selain gemar dalam berderma, Sa’ad bin Ubadah juga sangat pencemburu dengan kegiatan yang baik. Beliau sangat bersemangat untuk menegakkan agama Allah. Rasulullah pun pernah bersabda, “Dia (Sa’ad) adalah pencemburu, Aku lebih pencemburu dari dia dan Allah lebih pencemburu dari aku” Hadits riwayat Muslim. Sa’ad tak hanya berjuang dengan kekayaan hartanya saja akan tetapi perjuangannya pun juga melalui kekuatan fisik dan kecerdasan akal.
Kepiawaiannya dalam bidang kepenulisan dan olahraga, berenang dan memanah, menjadikannya seorang yang bergelar Al Kamil. Ikut serta dalam setiap peperangan, Ia dipilih sebaagai pembawa bendera Rasulullah dari kalangan Anshar. Perjuangan yang dilakukannya adalah bukti kesungguhan dalam membela Islam. Karakter Sa’ad bin Ubadah adalah keras dan teguh pendirian.
Pada saat wafatnya Rasulullah, para tokoh muslimin berkumpul untuk menentukan khalifah yang akan menggantikan dan melanjutkan kepemimpinan Islam. Sa’ad dan tokoh Anshar menginginkan adanya khalifah dari golongan mereka, namun yang terpilih adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, maka ia pun ikhlas melepaskan keinginannya. Begitupun pada saat Umar bin Khathab terpilih sebagai khalifah kedua, Sa’ad ikut berbai’at pada Umar, akan tetapi, ia paham akan watak Umar yang tak jauh berbeda dengannya.
Sa’ad takut jika watak kerasnya menjadi penyebab perbedaan pendapat disuatu waktu. Atas hal tersebut, ia berterus terang kepada Umar, sehingga kekhawatirannya mereda. Karena hal itu pula, ia bermaksud pindah dari kota kelahirannya menuju Syam. Kelak, setelah menuju Syam, ia pun wafat dan dimakamkan disana.
Selain kisah diatas, ternyata terdapat catatan bahwa Sa’ad juga seorang sahabat yang pernah meriwayatkan hadits-hadits Nabi. Ia pun juga mensedekahkan kebun yang ia miliki untuk Ibundanya yang wafat ketika ia tak disampingnya.
Semoga kita semua dapat selalu dalam ketakwaan dengan bekal yang kita miliki, sehingga kelak akan menjadi keuntungan besar yang dapat kita nikmati abadi di Akhirat.
Referensi:
100 Tokoh Muslim. www.Ebookanak.com
Kisah Sahabat Nabi Sa’ad bin Ubadah. https://kemanusiaan.org
Tokoh – Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah karya Muhammad Sa’id Mursi