Saat Amal Lebih Berharga dari Harta

“Pernah mikir nggak, kalau ternyata amal yang kita kumpulin jauh lebih nempel di hidup kita daripada harta segunung?”

Coba bayangin deh, kalo besok kita dipanggil pulang sama Allah ﷻ, apa sih yang beneran bisa kita bawa? Rumah mewah? Mobil kece? Tabungan miliaran?

Sayangnya, semua itu nggak bakal ikut. Semuanya bakal kita tinggalin. Yang nemenin kita cuma satu: amal.

Dan inilah rahasianya para sahabat Nabi ﷺ. Mereka paham kalo amal itu jauh lebih berharga daripada harta. Harta cuma titipan, sedangkan amal yang dikerjain ikhlas bakal jadi bekal abadi. Bahkan, pas mereka lebih ngeduluin amal, justru dunia yang ngejar dan nurut sama mereka.

Harta Cuma Hiasan, Kemuliaan Itu Takwa

Allah ﷻ udah ngasih clue jelas banget di Al-Qur’an:

ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا
“Harta dan anak-anak cuma hiasan dunia, sedangkan amal saleh yang kekal lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik buat jadi harapan.” (Quran Surah Al-Kahfi ayat 46)

Ayat ini tegas banget. Harta itu kayak make up: bisa mempercantik tampilan luar, tapi nggak pernah nentuin siapa kita sebenernya. Yang jadi ukuran di hadapan Allah ﷻ itu amal saleh.

Bahkan Allah ﷻ udah kasih patokan jelas. Yang paling mulia di sisi-Nya itu bukan yang paling tajir atau paling banyak asetnya, tapi yang paling bertakwa.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah yang paling bertakwa.” (Quran Surah Al-Hujurat ayat 13)

Jadi ukuran kemuliaan itu bukan isi rekening, tapi isi hati. Bukan seberapa banyak rumah atau kendaraan, tapi seberapa dalam ketundukan dan ketaatan kita sama Allah.

Makanya, salah besar kalo harta dijadiin tujuan utama hidup.

Harta Alat, Bukan Tujuan

Harta itu ibarat kendaraan. Punya mobil mewah tapi cuma dipajang di garasi, ya nggak akan nganter kita ke mana-mana. Sama juga, kalo harta dijadiin tujuan, kita bakal capek ngejar terus tanpa pernah puas.

Tapi kalo harta dipake jadi alat, hasilnya keren banget. Bisa nolong orang, dukung dakwah, atau bangun masjid yang pahalanya ngalir terus. Itu sebabnya sahabat Nabi ﷺ berani ngorbanin hartanya di jalan Allah. Mereka paham, harta cuma wasilah buat amal, bukan tujuan hidup.

Imam Ibnul Qayyim bilang: “Harta itu laksana bayangan. Kalau kamu kejar, dia akan menjauh. Tapi kalau kamu fokus ke amal dan akhirat, harta justru akan mendekat.” (Madarijus Salikin, 1/456).

Jadi intinya, harta itu ada di tangan, bukan di hati.

Baca juga: Cara Hidup Sederhana yang Bisa Bikin Jadi Kaya Raya

Sahabat Nabi Amal Dulu, Baru Harta Mengikuti

Sekarang coba deh kita tengok kisah para sahabat. Ada Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., waktu perang Tabuk beliau datang ngebawa semua hartanya buat diinfaqkan. Sampai Nabi ﷺ nanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?” dan beliau jawab santai, “Aku tinggalkan Allah dan Rasul-Nya.” MasyaAllah, level keyakinannya luar biasa.

Umar bin Khattab r.a. juga nggak kalah. Beliau pernah bawa setengah hartanya, mikirnya, “Kali ini aku bisa ngalahin Abu Bakar.” Eh ternyata Abu Bakar malah bawa semua hartanya. Umar pun nyerah, “Aku nggak bakal bisa ngalahin dia selamanya.”

Utsman bin ‘Affan r.a. bahkan nelangin ribuan unta buat biayain pasukan Tabuk. Nabi ﷺ sampe bilang:

مَا ضَرَّ عُثْمَانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ الْيَوْمِ
“Nggak bakal bahaya apapun yang Utsman lakuin setelah hari ini.” (Hadits Riwayat Tirmidzi)

Luar biasa banget. Mereka mengorbankan harta demi amal, dan hasilnya? Allah ﷻ balikin berkali-kali lipat. Abdurrahman bin ‘Auf r.a. malah unik. Waktu hijrah ke Madinah, beliau literally nggak punya apa-apa. Tapi karena kerja keras dan keberkahannya, Allah ﷻ kasih kekayaan luar biasa. Bedanya, meski kaya raya, hatinya tetap diikat sama amal, bukan harta.

Jadi sahabat itu nunjukin satu hukum hidup: kalau kita kejar akhirat, dunia bakal ikut; tapi kalau kita kejar dunia, kita bisa kehilangan dua-duanya.

Baca juga: Peluang Kerja dan Investasi Islami: Sumber Pendapatan Tambahan

Akhirat Tujuan, Dunia Kendaraan

Rasulullah ﷺ udah kasih rumusnya dalam hadits:

مَنْ كَانَتِ ٱلۡآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ ٱللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلۡبِهِ، وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ، وَأَتَتْهُ ٱلدُّنۡيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ. وَمَنْ كَانَتِ ٱلدُّنۡيَا هَمَّهُ جَعَلَ ٱللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ ٱلدُّنۡيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ
“Barang siapa yang niatnya akhirat, Allah akan jadikan kaya di hatinya, Allah satukan urusannya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan hina. Dan barang siapa niatnya dunia, Allah letakkan kefakiran di depan matanya, Allah cerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali yang sudah ditetapkan.”) (Hadits Riwayat Tirmidzi)

Dalil ini kayak rumus hidup: Fokus ke akhirat, dunia bakal ngikut. Fokus ke dunia, malah capek sendiri.

Baca juga: Hikmah Kisah Umar bin Khattab: Melepas Kebun Kurma, demi Menjaga Shalat

Penutup

Nah, dari sini jelas banget ya. Amal itu jauh lebih berharga daripada harta. Para sahabat sudah membuktikan dengan teladan mereka. Harta yang dikejar bisa bikin lelah, tapi harta yang diletakkan di jalan Allah ﷻ justru akan mengejar pemiliknya.

Jadi mari kita belajar menempatkan dunia pada posisi yang benar. Dunia itu kendaraan, bukan tujuan. Amal itu bekal abadi. Kalau amal lebih kita cintai daripada harta, insyaAllah dunia akan tunduk mengikuti langkah kita, bukan kita yang jadi budak dunia.

Baca juga: Kebiasaan dan Kepribadian Islam dalam Pengembangan Bisnis

Saat Amal Lebih Berharga dari Harta

Yuk Mulai Investasi Halal di Nabitu.

Referensi:

Al-Qur’anul Karim.
At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, no. 3701. Diakses dari: https://sunnah.com/tirmidhi:3701
At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, no. 2465. Diakses dari: https://sunnah.com/tirmidhi:2465
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Madarijus Salikin, Juz 1, hal. 456. Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah.

Exit mobile version