Tabungan. Buat usaha aja?

Kalau kerja terus nyambi usaha?

Jadinya keteteran waktu dan curi-curi waktu.

Kalau jam kerja kebayang-bayang dan malah ngerjain soal bisnis, ujung-ujungnya cacat integritas.

Kalau sudah cacat integritas, yah kurang berkah gajinya, kurang berkah pula profitnya.

Kalau memang mau bebas waktu dan usaha, ya resign dulu aja.

Belum berani resign?

Maka kerja, sambil berinvestasi.

Begitulah. Milikilah bisnis.

Jika tidak, berinvestasilah di bisnis orang lain, agar terjadi pertumbuhan dalam pendapatan.

Bukankah Nabi Muhammad berbisnis dan Khadijah berinvestasi?

Memang ada orang-orang yang tidak siap berbisnis from zero.

Bisa jadi kurang berani, kurang gigih, sibuk kerja, tidak ada waktu, atau sebab lainnya. Itu wajar.

Jika tidak siap bisnis from zero, maka berinvestasi aja.

Saran Nabitu, investasilah

pada sektor riil, skema syariah (mudhorobah/murabahah).

Insya Allah skema di sektor riil ini yang paling aman dari segi syariat. Insya Allah lebih barokah tentunya.

Hasil akhir dari investasi ini bagus insya Allah.

Minim dosa, minim resiko dan minim tenaga.

Setelah investasi 3-4 tahun, banyak investor mampu cash beli rumah sederhana.

Alhamdulillah…

Itu kan kalau karyawan. Kalau pengusaha?

Kalau pengusaha, kalau mau profit marginnya lebih besar, ya tentu putar modal di usaha sendiri, sangat mungkin lebih profitable daripada investasi di usaha orang lain.

Tapi, seorang pengusaha juga bisa berinvestasi.

Beneran, Bill Gates aja masih investasi di bisnis orang lain, seperti perusahaan pembotolan, kereta api, traktor dan lain-lain.

Kalau pengusaha mau investasi di bisnis orang lain, apa aja syaratnya:

1. Bisnis orang lain itu memberikan return (ROI) yang lebih tinggi dan return yang lebih stabil.

2. Mungkin bisnis orang lain itu menjanjikan return yang sama atau lebih rendah, tapi kita kan bebas capek. Tidak perlu kerja sama sekali.

3. Sebagai perbandingan untuk memacu dan memicu besarnya bisnis kita

4. Portofolio dan diversifikasi untuk memecah resiko.

Percayalah, sebanyak-banyaknya dana yang kita alokasikan untuk shopping, mestinya lebih banyak lagi untuk giving dan investing. Karena memang itu lebih penting.

Baca juga: Keutamaan 1/3 Sedekah

At the end, orang yang mapan itu bekerja di bisnis, investasi, properti, dan sedekah. Malahan, properti itu juga bisa mengunci resiko.

Bisnis, investasi, properti, dan sedekah, sesuai syariat Allah, itulah empat roda yang menggerakan kendaraan ekonomi syariah, dan kemapanan di dunia dan di akhirat, insya Allah.


Baca Juga: Alokasi Cashflow

Baca Juga: Hijrah Bottom Up

Baca juga: Tentang Meminta-minta

Exit mobile version