Bagaimana Pandangan Islam terhadap Resesi?

Resesi adalah fenomena penurunan aktivitas ekonomi yang luas yang menyebabkan peningkatan pengangguran penurunan daya beli dan keresahan sosial. Ini dianggap sebagai kondisi darurat di banyak negara dan tindakan taktis dan sistemik diperlukan. Namun bagi seorang Muslim, resesi bukan sekadar gejala ekonomi. Ini adalah ujian dari Allah ﷻ dan peringatan untuk kaum muslimin untuk mengubah perspektif mereka tentang keadilan, harta dan produksi.

“Dan jika Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian Kami cabut darinya, sungguh dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS. Hud: 9)

Ini menunjukkan bahwa perubahan kondisi ekonomi adalah sunnatullah. Dalam situasi sulit, sikap seorang Muslim sangat penting untuk kembali kepada ajaran Islam dan berusaha menuju sistem ekonomi yang adil.

Baca juga: Pengaruh Resesi Jepang Terhadap Perekonomian Jepang

Prinsip Ekonomi Islam sebagai Solusi

Akumulasi kesalahan sistemik dalam ekonomi kapitalis termasuk spekulasi, riba, ketimpangan distribusi kekayaan dan eksploitasi sektor penting biasanya menyebabkan resesi. Sistem ekonomi Islam datang sebagai alternatif spiritual dan solusi yang lengkap. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ﷻ:

“Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Konsep ekonomi Islam mengharamkan riba, melarang penimbunan (ihtikar) dan mendorong zakat, sedekah dan infak sebagai cara nyata untuk membagi kekayaan. Zakat adalah alat stabilisasi sosial yang melawan kemiskinan struktural dan bukan hanya kewajiban setiap orang.

Salah satu pilihan Islam menuju keberlanjutan adalah wakaf yang produktif. Untuk tujuan pendidikan kesehatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat aset yang diwakafkan dapat dikelola secara profesional. Tidak ada ruang dalam hukum Islam untuk mengumpulkan kekayaan tanpa berkontribusi kepada masyarakat. Semua kekayaan harus menghasilkan keuntungan.

Baca juga: Mendukung UMKM sebagai Pondasi Ekonomi Umat

Sikap Mental Seorang Muslim dalam Resesi

Seorang Muslim melihat resesi dari penataan hati. Seorang Muslim percaya bahwa rezeki berasal dari Allah ﷻ bukan hanya dari pendapatan atau pasar. Al-Quran mendorong orang untuk sabar tidak panik dan tenang dalam situasi sulit:

Ada kemudahan bersama kesulitan. (QS). Al-Insyirah ayat 6:

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)

Sabar bukan berarti pasif, melainkan keteguhan dalam menjalani ikhtiar tanpa mengabaikan nilai-nilai moral. Dalam masa resesi, penting bagi seorang Muslim untuk mengelola keuangan dengan bijak. Ini termasuk menghindari pemborosan, menyesuaikan gaya hidup, dan mengutamakan kebutuhan daripada keinginan. Allah ﷻ telah memperingatkan:

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.” (QS. Al-Isra: 26–27)

Namun demikian Islam mengajarkan solidaritas sosial. Salah satu cara untuk beribadah dalam masa krisis adalah dengan memberi orang lain bantuan. Orang kaya tidak seharusnya menyimpan banyak uang sebaliknya mereka harus memberikan uang mereka kepada orang-orang yang membutuhkan melalui infak dan sedekah. Ini adalah kewajiban moral Islam bukan hanya etika sosial.

Baca juga: Sikap Seorang Muslim Menghadapi Kesulitan Ekonomi

Kembali ke Sistem Ekonomi yang Adil

Sistem ekonomi konvensional gagal memberikan keadilan jangka panjang setelah banyak krisis ekonomi termasuk resesi global. Ekonomi sangat rapuh karena bergantung pada sistem berbasis bunga, spekulasi pasar dan kapitalisasi sektor penting. Sejak 1400 tahun yang lalu, Islam telah memberikan model yang adil dan bertahan lama. Dalam ekonomi Islam, negara bertanggung jawab untuk mengatur harta benda, melindungi hak-hak masyarakat dan memastikan ketersediaan makanan perawatan medis dan pendidikan sementara masyarakat harus melakukan kegiatan ekonomi yang halal dan membayar kewajiban zakat untuk memenuhi kebutuhan kaum dhuafa’.

Sistem ini berhasil menciptakan masyarakat ekonomi dan sosial yang cukup stabil selama berabad-abad seperti yang dicatat dalam sejarah. Ada peluang besar untuk kembali ke sistem ekonomi Islam di era saat ini saat lembaga keuangan syariah mulai muncul dan kesadaran masyarakat meningkat. Resesi bukanlah akhir. Sebaliknya itu adalah waktu refleksi untuk umat Muslim untuk bangkit dan menata kembali cara hidup mereka berdasarkan ajaran wahyu bukan logika pasar.

Baca juga: Petunjuk Islam di Tengah Badai PHK

Bagaimana Pandangan Islam terhadap Resesi?

Yuk Mulai Investasi Halal di Nabitu.


Referensi

Exit mobile version