Aqidah

Sikap Seorang Muslim Menghadapi Kesulitan Ekonomi

Tahun 2023 dikabarkan menjadi tahun dimana akan terjadi resesi. Resesi merupakan sebuah kondisi ketika sebagian besar negara akan mengalami penurunan dalam bidang ekonomi akibat aktivitas pada sektor industri dan perdagangan. Secara singkat, resesi disebut sebagai ancaman ekonomi yang mempengaruhi seluruh aspek keseharian manusia.

Dalam beberapa waktu terakhir, angka pengangguran meningkat, inflasi semakin tinggi bahkan disebut bahwa suku bunga dalam perbankan juga melonjak. Hal ini bukanlah pembahasan yang asing, akan tetapi harus menjadi perhatian bagi kita, khususnya sebagai seorang muslim.

Banyak orang yang merasa cemas akan isu terjadinya resesi ini. Banyak pertanyaan yang mungkin muncul di pikiran mereka. Sebagian bertanya-tanya, bukankah tidak realistis jika kita hanya terus berdoa. Ini salah besar, perhitungan Allah berbeda dengan perhitungan akal manusia. Lalu bagaimana sikap yang sebaiknya kita lakukan?

Sebelumnya, mari kita tengok sebentar ayat dibawah ini.

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS Al – Anbiya : 35)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian, dan keberadaan di dunia adalah menjadi cobaan, dengan maksud untuk taat menjalankan aturan syari’at baik yang berbentuk perintah maupun larangan, mengikuti perubahan kondisi yang terjadi. Dan Allah lah tempat kembalinya sebagai tempat perhitungan amal dan balasannya.

Allah subhanahu wa ta’ala akan menguji hambanya dengan kebaikan atau dengan sebuah kesulitan. Dan bagaimana seorang hamba melewatinya, itulah yang nanti akan dicatat sebagai amal. Akan dilihat siapa yang bersabar, siapa yang ingkar dan putus asa.

Allah ta’ala berfirman dalam surah Al Mulk ayat ke 2

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al-Mulk : 2)

Dengan adanya isu resesi yang bahkan belum tentu terjadi ini, seorang muslim seharusnya tidak perlu khawatir jika ia yakin bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah sang Maha Kaya, Maha pemberi Rezeki yang mampu menurunkan nikmatnya dari mana saja, kapan saja tanpa kita duga-duga caranya.

Mungkin, saat ini ada diantara kita, sedang Allah uji dengan kondisi ekonomi menurun dari hari-hari sebelumnya. Merasakan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan harian, membayar sekolah anak, memikirkan harga kebutuhan yang tinggi atau lainnya. Bahwa dalam hati menginginkan bisa seperti yang lain yang mampu memenuhi kebutuhan dengan baik bahkan bisa ada banyak kelebihan. Namun hal yang paling penting adalah  jangan sampai kita berputus asa dari Rahmat Allah Ta’ala.

Kita harus mengingatkan bahwa selalu bertakwa kepada Allah ta’ala itulah kunci hidup yang bahagia. Karena pada hakikatnya kehidupan dunia itu sementara dan merupakan ladang ujian untuk manusia. Maka jangan bersedih apabila Allah sedang memberikan kita nikmat dengan hadirnya sebuah cobaan. Ingat, segala hal yang dihadapi oleh setiap manusia itu memang dihadirkan atas izin Allah subhanahu wa ta’ala, dan barangkali beberapa hal ini bisa kita terapkan.

Pertama, patutlah bagi kita untuk meyakini bahwa ketentuan dan takdir Allah subhanahu wa ta’ala, adalah baik. Sehingga saat ujian datang, kta mesti berusaha untuk bersabar kemudian mengharap pada Allah, berserah diri sekaligus memohon petunjuk atas apa yang akan terjadi selanjutnya. Teruslah berprasangka baik pada Allah.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999) 

Kedua, mempersiapkan tabungan atau dengan berinvestasi. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi contoh. Kita bisa mencoba berbisnis, dimulai dengan bisnis yang ringan. Menyusun ulang prioritas kebutuhan dan keinginan sehari-hari sebagai langkah berhemat.

Selanjutnya, kita perlu ingat bahwa kenikmatan bukan hanya soal materi. Saat kita masih diberi kesehatan dan kekuatan, ini menjadi modal besar untuk terus bekerja. Keluarga dan kawan yang masih mau memberi support juga perlu kita syukuri. Di Indonesia ini, kita masih diberi kemudahan akses untuk mencari kebutuhan pokok. Sedang di belahan bumi lainnya, banyak orang yang mungkin secara materi tidak seberuntung kita. Akan tetapi sabar dan syukur mereka jauh lebih baik.

Wallahu a’lam bishshawab

Referensi:

https://tafsirweb.com/5547-surat-al-anbiya-ayat-35.html

Tafsîr Ibnu Katsîr (5/342- cet Dâru Thayyibah)

Hilyatul Auliyaa, 3/239

Redha Sindarotama

Quranic Reciter living in Yogyakarta. Actively teaching and spreading the beauty of Islam

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button