Iman Bertambah dan Berkurang, Emang Betulan Bisa?

Dalam kehidupan seorang Muslim, iman memegang peranan yang sangat penting. Iman bukan hanya sekedar keyakinan di dalam hati, tetapi juga mencakup perkataan dan perbuatan yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam perbincangan mengenai iman adalah apakah iman itu bisa bertambah dan berkurang. Apakah iman itu stabil sepanjang waktu, atau ia mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi seseorang? Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai hal tersebut dengan merujuk pada berbagai sumber yang otoritatif.

Definisi Iman dan Dinamika Perubahannya

Secara bahasa, iman berasal dari kata kerja “aamana” yang berarti percaya atau membenarkan. Dalam istilah syar’i, iman berarti membenarkan di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dalam perbuatan. Para ulama sepakat bahwa iman itu tidak bersifat statis; ia bisa bertambah dengan ketaatan dan amal shaleh, serta bisa berkurang dengan kemaksiatan dan kelalaian. Sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah artikel oleh IslamQA (2020), iman memiliki dimensi yang lebih luas daripada sekedar keyakinan batin. Ia mencakup pengamalan dari rukun-rukun iman dan tingkatan-tingkatan amal yang terkait dengan keimanan itu sendiri. Maka, secara konseptual, iman memang mengalami fluktuasi sesuai dengan keadaan seseorang dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya (IslamQA, 2020).

Baca juga:Khilafatul Ardh: Iman dan Finansial

Dalil-Dalil yang Mendukung Fluktuasi Iman

Terdapat dalil yang kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang menunjukkan bahwa iman bisa bertambah dan berkurang. Dalam Al-Qur’an, Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًۭا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka bergetar dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal.”
(QS. Al-Anfal: 2).

Ayat ini menegaskan bahwa salah satu sebab bertambahnya iman adalah mendengarkan dan memahami ayat-ayat Allah. Iman bertambah ketika seseorang memperbanyak interaksi dengan wahyu dan mendekatkan diri kepada Allah. Sebaliknya, iman bisa berkurang karena kemaksiatan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam:

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Tidaklah seorang pezina ketika berzina dalam keadaan beriman, tidaklah seorang pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa kemaksiatan bisa mengurangi iman seseorang hingga pada titik di mana ia tidak lagi merasakan kehadiran iman dalam dirinya ketika melakukan dosa besar (Rumaysho, 2014).

Baca juga:Iman, Ilmu, dan Amal: Tiga Dasar Perbuatan dalam Islam

Sebab-Sebab Bertambahnya Iman

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan iman seseorang bertambah. Menurut SunnahOnline (2020), beberapa penyebab utama bertambahnya iman antara lain:

  1. Membaca dan mengamalkan Al-Qur’an: Interaksi yang intens dengan Kitabullah dalam bentuk tilawah, tadabbur, dan pengamalan isi Al-Qur’an adalah cara yang paling efektif untuk meningkatkan iman.
  2. Mengingat Allah (dzikrullah): Berzikir menghubungkan hati kepada Allah ta’ala, menguatkan keyakinan, dan menenangkan jiwa. Semakin sering seseorang berzikir, semakin kuat imannya.
  3. Menjauhi maksiat: Menjaga diri dari dosa dan kemaksiatan adalah cara penting untuk menjaga agar iman tidak berkurang. Maksiat membuat hati menjadi keras dan menjauhkan diri dari Allah ta’ala.
  4. Beramal shalih: Amal shalih seperti shalat, sedekah, puasa, dan lain-lain juga sangat berperan dalam meningkatkan iman. Semakin banyak amal shalih yang dilakukan, semakin kuat iman seseorang.

Dalam perspektif yang lebih luas, setiap bentuk ibadah yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sesuai tuntunan syariat berkontribusi terhadap peningkatan iman.

Baca juga:Kebebasan Finansial dan Ibadah dalam Islam

Sebab-Sebab Berkurangnya Iman

Di sisi lain, ada pula beberapa faktor yang menyebabkan iman berkurang. Menurut Muslim.or.id (2008), beberapa faktor tersebut meliputi:

  1. Maksiat dan dosa: Setiap dosa yang dilakukan, baik kecil maupun besar, dapat mengurangi iman. Semakin sering seseorang melakukan dosa, semakin lemah imannya.
  2. Lalai dalam beribadah: Ibadah yang dilakukan dengan asal-asalan atau bahkan ditinggalkan sama sekali, seperti meninggalkan shalat atau puasa, adalah tanda lemahnya iman. Kelalaian dalam menjalankan perintah agama akan berakibat langsung pada penurunan kualitas keimanan seseorang.
  3. Terpengaruh lingkungan buruk: Lingkungan yang tidak mendukung ketaatan kepada Allah, seperti teman-teman yang gemar bermaksiat atau mengajak kepada hal-hal yang haram, juga dapat mengikis iman secara perlahan.

Baca juga:Mencari Rezeki yang Halal Adalah Ibadah

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa iman memang bisa bertambah dan berkurang. Hal ini sesuai dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an, Sunnah, serta pendapat para ulama. Iman seseorang tidak bersifat statis, tetapi dinamis, dan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal (seperti niat dan amal) maupun eksternal (seperti lingkungan). Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap Muslim untuk senantiasa menjaga keimanan dengan meningkatkan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dengan demikian, iman akan terus bertambah, mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, dan memberikan keselamatan di dunia maupun akhirat.

Iman Bertambah dan Berkurang, Emang Betulan Bisa?

Referensi

Exit mobile version