Niat Puasa Ramadhan: Wajib atau Sunnah? Ini Penjelasannya!
Pernah nggak, sih, di tengah-tengah puasa Ramadhan kamu sempat bingung karena lupa niat puasa dan tiba-tiba kepikiran, “Duh, sah nggak ya puasaku hari ini?” Rasanya pasti nggak enak, kan? Jangan khawatir, kamu nggak sendirian! Ada banyak orang yang masih merasa ragu tentang niat puasa Ramadhan, apakah itu wajib dilakukan atau hanya sekadar sunnah saja. Nah, biar puasa kita makin mantap dan kita bisa menjalaninya dengan penuh keyakinan, yuk kita bahas lebih dalam mengenai niat puasa Ramadhan ini!
Apa Itu Niat dalam Puasa Ramadhan?
Sebelum kita membahas lebih lanjut soal hukum niat puasa Ramadhan, ada baiknya kita pahami dulu apa itu niat. Dalam bahasa indonesia, niat diartikan keinginan dalam hati akan melakukan sesuatu. Akan tetapi niat dalam istilah fiqih tidak cukup hanya keinginan saja. Niat adalah qoshdus syai’ muqtarinan bi fi’lihi, yaitu tekad kuat melakukan sesuatu yang terbersit bersamaan dengan melakukan sesuatu tadi. Sedangkan dalam istilah fikih tekad kuat atau keinginan yang ada dalam hati sebelum melakukan dikenal dengan nama ‘azm. Inilah bedanya niat dalam bahasa Indonesia dengan niat dalam istilah fiqih.
Penerapan niat dalam puasa Ramadhan juga sangat penting, karena niatlah yang membedakan antara ibadah dan kebiasaan biasa. Misalnya, kalau kita hanya menahan lapar dan haus sepanjang hari tanpa niat puasa, itu bukan ibadah. Tapi, kalau kita menahan lapar dan haus dengan niat puasa Ramadhan, maka itu menjadi ibadah yang bernilai pahala. Jadi, bisa dibilang bahwa niat ini adalah kunci agar puasa kita sah dan diterima oleh Allah ﷻ.
Baca juga: Mengubah Bekerja Menjadi Sumber Pahala di Bulan Ramadhan
Hukum Niat Puasa Ramadhan: Wajib atau Sunnah?
Sekarang, mari kita bahas soal hukumnya. Banyak orang yang masih bingung, apakah niat puasa Ramadhan itu wajib dilakukan atau cukup sunnah saja sehingga konsekuensinya juga akan berbeda jika dilakukan atau tidak dilakukannya? Menurut Rasulullah ﷺ, semua perbuatan tergantung pada niatnya, termasuk ibadah puasa. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits yang sangat terkenal:
الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan” (HR. Bukhari)
Dari sini kita bisa ambil kesimpulan bahwa niat dalam ibadah puasa sangat penting, karena niat ini menentukan apakah puasa kita sah atau tidak. Lalu, kapan niat puasa harus dilakukan? Apakah bisa dilakukan di siang hari, atau harus dilakukan malam sebelumnya?
Niat Puasa Ramadhan Dilakukan?
Sebelum menjawab itu, kita perlu paham dulu perbedaan antara puasa yang wajib dan sunnah. Untuk puasa Ramadhan, yang merupakan ibadah wajib, niat harus dilakukan sebelum fajar. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa yang belum berniat untuk berpuasa sebelum fajar, maka tidak ada (tidak sah) puasa baginya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Nah, untuk puasa sunnah, niat puasa itu boleh dilakukan setelah fajar, selama belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa. Misalnya, kalau kita sudah makan atau minum di pagi hari, maka niat puasa sunnah sudah tidak sah lagi.
Dalam sebuah hadits ibunda Aisyah radliallahu ‘anha, ia berkata; Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadaku: “Wahai Aisyah, apakah kamu mempunyai makanan?” Aisyah menjawab, “Tidak, ya Rasulullah.” Beliau bersabda: “Kalau begitu, aku akan berpuasa.”” [Hadits Riwayat Muslim]
Jadi, berdasarkan hadits diatas, kita tahu bahwa niat puasa Ramadhan hukumnya wajib dilakukan sebelum fajar. Kalau kita nggak berniat sebelum fajar, maka puasa kita nggak akan sah. Niat ini wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang sudah mukallaf (baligh dan berakal), karena puasa Ramadhan adalah kewajiban yang harus dilaksanakan.
Baca juga: Keutamaan Memberikan Buka Puasa di Bulan Ramadhan
Cara dan Waktu yang Tepat untuk Berniat Puasa Ramadhan
Dalam Mazhab Syafi’i, niat puasa harus dilakukan setiap hari pada malam Ramadhan. Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam karyanya, Hasyiyatul Iqna’, menjelaskan sebagai berikut:
ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر
“Disyaratkan berniat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, harus niat puasa di setiap hari (bulan Ramadan) jika melihat redaksi zahir hadits.” (Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, juz 2)
Namun menurut Mazhab Maliki, kita cukup niat puasa untuk sebulan penuh pada malam pertama Ramadhan. Sehingga tidak perlu memperbarui niat di setiap harinya, dengan alasan puasa Ramadhan itu merupakan satu kesatuan ibadah. (Yusuf Al-Qaradlawi, Fiqh al-Shiyam, hal. 84)
Maka dari itu, sebagai bentuk kehati-hatian dan antisipasi jika kita lupa atau ketiduran, kita boleh mengikuti pendapat Imam Malik untuk berniat sebulan penuh.
Kemudian sebagaimana pendapat Mazhab Syafii, kita juga harus membiasakan diri untuk selalu berniat puasa di setiap malam bulan Ramadhan. Biasanya ini dilakukan setiap selesai shalat tarawih atau ketika makan sahur.
Adapun bacaan niat puasa Ramadhan, sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri Ramadhana hadzihis sanati lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta’ala”
Sementara niat puasa untuk satu bulan penuh, sebagai berikut
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma jami’i syahri ramadhani hadzihis sanati fardhan lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti pendapat Imam Malik, wajib karena Allah Ta’ala.” (Shafira Amalia, ed: Nashih)
Baca juga: Pelajaran Akhlaq dari Puasa Ramadan
Khatimah
Jadi, apakah niat puasa Ramadhan itu wajib atau sunnah? Jawabannya jelas: niat puasa Ramadhan itu wajib dan harus dilakukan sebelum fajar agar puasa kita sah. Sementara itu, untuk puasa sunnah, niat bisa dilakukan setelah fajar selama belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa.
Dengan memahami hal ini, kita bisa lebih tenang menjalani ibadah puasa Ramadhan. Niat yang benar akan membuat puasa kita lebih bermakna, dan tentunya lebih diterima oleh Allah ﷻ. Semoga penjelasan ini bermanfaat dan memberikan pemahaman yang lebih jelas bagi kita semua.
Baca juga: Laris Manis Jual Kurma, Peluang Bisnis di Bulan Ramadhan

Yuk Investasi Halal di Nabitu.
Referensi:
Al Quran Al Karim. Di akses dari https://tafsirweb.com/
Hadits Shahih Al-Bukhari No. 52. Di akses dari https://www.hadits.id/hadits/bukhari/52
Hadits Sunan Abu Dawud No. 2098. Di akses dari https://www.hadits.id/hadits/dawud/2098
Hadits Shahih Muslim No. 1950. Di akses dari https://www.hadits.id/hadits/muslim/1950
MUI.OR.ID https://mui.or.id/public/baca/mui/niat-puasa-ramadhan-tata-cara-dan-bacaan-lengkap