Itqan Prinsip Bekerja dalam Islam
Bekerja adalah bagian dari ibadah. Bekerja memberikan manfaat secara finansial, psikologis dan sosial. Dengan bekerja, seorang individu mampu mengaktualisasikan potensi dirinya, memperoleh pendapatan untuk menikmati kehidupan yang sehat dan layak, serta terhindar dari meminta-minta kepada orang lain.
Bekerja sangatlah dianjurkan dalam Islam sebagaimana di dalam ayat berikut ini:
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُون
Artinya:
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah : 10). Rezeki yang Allah berikan juga sangatlah luas “Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk : 15).
Karena keutamaan tersebut, bekerja ternyata juga bisa menggugurkan dosa: ‘Barang siapa yang merasakan kelelahan pada sore hari, karena pekerjaan yang dilakukan oleh kedua tangannya, maka ia dapatkan dosanya diampuni oleh Allah SWT pada sore hari tersebut.” (HR. Imam Tabrani). Banyak sekali keuntungan yang kita peroleh dari bekerja tentu tidak hanya upah atau gaji saja. Ternyata pekerjaan halal yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh maka Allah hitung sebagai pahala dan bisa menggugurkan dosa.
Nah, tentu bekerja juga jangan asal kerja saja. Ada etika kerja yang harus kita perhatikan seperti mengerjakan dengan sungguh-sungguh serta menargetkan hasil yang optimal. Biasakan untuk membuat perencanaan yang baik. Persiapan yang matang. Gagal dalam merencanakan sama saja dengan merencanakan kegagalan.
Tentu hal ini tidak hanya menjadi kepuasan diri sendiri atau rekan-rekan kerja kita. Bahkan Allah juga akan mencintai orang yang ketika bekerja dan berkarya dia menyelesaikan nya dengan sungguh-sungguh. Konsep ini dikenal sebagai sifat itqan dalam bekerja. Dalam salah satu hadis, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seorang di antara kalian yang jika bekerja, maka dia bekerja dengan itqan (profesional)” (HR. Baihaqi). Sedangkan, itqan berarti kesungguhan dan kemantapan dalam melaksanakan suatu tugas, sehingga dikerjakannya secara maksimal, tidak asal-asalan, dikerjakan secara tuntas dan selesai dengan baik.
Sifat itqan dalam diri seorang manusia tentu lahir dari niat yang tulus dan hati yang ikhlas. Karena orang yang mempunyai niatan baik dan memiliki hati yang ikhlas dia akan memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk bekerja bukan sekadar urusan dunia saja. Niat baik dan hati yang ikhlas akan tergerak memberikan yang terbaik karena Allah SWT.
Alloh telah mengajarkan kepada Nabi Dawud untuk berkarya dengan cerdas dan penuh profesionalitas dalam firman-Nya:
أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ ۖ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya:
“Buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya dan kerjakanlah amal sholih. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kalian kerjakan.” (QS. Saba’ :34).
Allah mengajarkan kepada Nabi Daud untuk memiliki sifat itqan dalam membuat baju besi yang akan digunakan untuk berjihad. Disinilah peran sifat itqan akan diaplikasikan. Tidak akan menjadi baju besi yang aman digunakan untuk berperang jika di buat dan di design asal-asalan. Di Dalam prosesnya ada kecermatan dalam mengukur, memotong dan penyesuaian lainya. Pekerjaan itqon tidak bisa dikerjakan sempurna tanpa kecerdasan dan kehati-hatian.
Dalam hal ini pekerjaan merupakan sebuah amanah. Maka, sebagai seorang muslim ketika kita tidak bekerja dengan sungguh-sungguh dan mengerjakannya secara tuntas bisa jadi kita masuk kedalam kategori orang yang memiliki sikap khianat. Sebagaimana firman Allah di dalam Al-Quran larangan memiliki sikap khianat:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَٰنَٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui.” (QS Al Anfal : 27).
Dengan memiliki sifat itqan dan memegang teguh amanah pekerjaan maka insyaAllah akan menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan hal ini merupakan ciri dari profesionalitas kita sebagai seorang muslim. Bukan hanya semata untuk mendapatkan penilaian dan pujian dari orang lain, tapi untuk meneladani Rasulullah SAW dan mencapai tujuan tertinggi yaitu meraih cintaNya. Maka sudah seyogyanya kita sebagai muslim harus melatih diri agar memiliki sikap itqan dalam bekerja dan berkarya.
Referensi:
https://www.daaruttauhiid.org/itqan-dalam-bekerja/ Diakses pada 1 Desember 2022.
https://www.republika.co.id/berita/lkrbfx/ihsan-dan-itqanlah-dalam-mengemban-tugas Diakses pada 1 Desember 2022.
https://fpscs.uii.ac.id/blog/2022/01/28/hindari-hustle-culture-pentingnya-tawazun-dalam-bekerja/ Diakses pada 2 Desember 2022.
http://ushuluddin.unida.gontor.ac.id/mengenal-konsep-itqon/ Diakses pada 2 Desember 2022.