BisnisShahabatSirah

Hikmah Kisah Umar bin Khattab: Melepas Kebun Kurma, demi Menjaga Shalat

Pernah nggak sih kamu ngerasa kerjaan, bisnis, atau urusan dunia bikin kita kelewat shalat berjamaah? Kayak lagi sibuk banget ngurusin orderan, tiba-tiba dengar adzan udah selesai. Nah, ternyata kisah kayak gini bukan hal baru, bahkan di zaman sahabat dulu pun pernah kejadian. Salah satunya dialami Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu.

Cerita ini sederhana tapi dalem banget. Tentang gimana beliau ngejaga prioritas hidup antara urusan dunia dan ibadah. Bahkan lewat kebun kurma beliau, ada pelajaran penting soal cinta dunia, takut mati, dan prioritas yang bisa bikin kita mikir ulang: sebenernya hidup ini buat apa sih?

Kebun Kurma yang Jadi Pelajaran

Jadi gini, ada kisah yang diceritain Ibnu Umar. Suatu hari, Umar pergi ke kebun kurmanya. Mungkin beliau lagi ngecek hasil panen atau sekedar lihat kebunnya. Tapi pas pulang, beliau kaget, ternyata orang-orang udah selesai shalat Ashar berjamaah. Bayangin, beliau ketinggalan shalat jamaah cuma gara-gara kebun.

Spontan beliau bilang:

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un, aku ketinggalan shalat berjamaah. Saksikanlah bahwa kebun kurmaku aku jadikan sedekah untuk orang-orang miskin, semoga bisa jadi penebus atas apa yang aku lakukan.”
(Al-Kabair, Adz-Dzahabi, hal. 50)

MasyaAllah, ini Umar lho. Kebun yang nilainya besar banget langsung dilepas cuma karena beliau ngerasa itu udah bikin beliau lengah dari shalat jamaah. Kita yang sering banget lalai, kadang malah nyari seribu alasan supaya tenang-tenang aja ninggalin shalat.

Dan yang bikin makin kerasa, Umar juga pernah bikin wasiat ke daerah-daerah yang beliau pimpin:

إِنَّ مِنْ أَهَمِّ أُمُوْرِكُمْ عِنْدِي الصَّلاَةُ, فَمَنْ حَفِظَهَا حَفِظَ دِيْنَهُ , وَمَنْ ضَيَّعَهَا فَهُوَ لِمَنْ سِوَاهَا أَضْيَعُ , وَلاَ حَظَّ فِي الإِسْلاَمِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ

“Sesungguhnya perkara paling penting menurut penilaianku adalah shalat. Siapa saja yang menjaga shalat, maka ia telah menjaga agamanya. Siapa saja yang melalaikan shalat, maka perkara lainnya ia lebih lalai lagi. Dan tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.”
(Ash-Shalah wa Hukmu Taarikihaa, hlm. 12)

Kebayang ya, kalau Umar sampai bilang gitu, berarti beliau bener-bener anggap shalat itu pondasi utama.

Baca juga: Pentingnya Menyisihkan Tabungan di Awal

Cinta Dunia dan Takut Mati

Nah, sekarang kita tarik ke masalah yang sering banget kita dengar: kenapa umat Islam sekarang kelihatan lemah? Nabi ﷺ pernah bilang:

يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ الأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا. قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمِنْ قِلَّةٍ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: لاَ، بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ. قِيلَ: وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

“Hampir saja umat-umat lain memperebutkan kalian seperti orang-orang yang berebut makanan dalam satu nampan.” Ada yang bertanya, “Apakah karena jumlah kita sedikit waktu itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bukan, bahkan saat itu kalian banyak, tapi seperti buih di lautan. Allah mencabut rasa takut musuh terhadap kalian, lalu Allah lemparkan ke hati kalian wahn.” Ada yang bertanya lagi, “Apa itu wahn?” Beliau jawab, “Cinta dunia dan takut mati.”
(HR. Abu Dawud no. 3745)

Coba deh kita bandingin. Umar punya kebun, gede banget nilainya, tapi ketika kebun itu bikin beliau ketinggalan shalat, langsung dilepas. Beda jauh sama kebiasaan kita sekarang, yang malah rela ngejar dunia sampai ngorbanin shalat. Kadang adzan udah berkali-kali, kita masih bilang, “Sebentar lagi deh, ini kerjaan dulu.” Padahal itu tanda cinta dunia yang diam-diam nyeret kita.

Dan ketika cinta dunia udah nguasain hati, otomatis muncul takut mati. Karena mati berarti ninggalin semua yang kita cintai: harta, bisnis, jabatan, dan kesenangan dunia. Padahal, kalau hati kita lebih cinta akhirat, mati itu malah jadi pintu ketemu Allah.

Baca juga: Realistis dan Nilainya dalam Pandangan Islam

Menyatukan Kerja dan Shalat

Bukan berarti kita nggak boleh kerja, bisnis, atau punya kebun. Justru Islam ngajarin kita buat kerja keras. Tapi kerja itu jangan sampai bikin shalat keteteran. Kayak yang Allah bilang dalam Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ الْخَـٰسِرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa melakukan itu, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
(QS. Al-Munafiqun: 9)

Ayat ini kayak ngingetin: silakan kerja, punya harta, usaha, bahkan kaya raya sekalipun. Tapi jangan sampe itu bikin lupa sama Allah. Umar bin Khattab ngasih contoh real. Ketika dunia (kebun kurma) bentrok sama shalat, beliau milih Allah. Dunia bisa ditinggalin, tapi shalat jangan sampai hilang.

Baca juga: Bekerja Keras bagi Seorang Muslim

Kesimpulan

Cerita Umar ini ngajarin banget kalau hidup itu soal prioritas. Kebun kurma beliau gede banget nilainya, tapi dibanding shalat berjamaah, itu nggak ada apa-apanya. Di sisi lain, kita sering kebalik: dunia jadi prioritas, shalat malah nomor dua.

Hadits tentang cinta dunia dan takut mati bikin kita makin sadar: kelemahan umat Islam sekarang salah satunya karena kita terlalu cinta sama hal-hal duniawi. Padahal Umar udah kasih contoh, kalau dunia bikin lengah dari ibadah, lebih baik dilepas.

Jadi PR besar buat kita sekarang adalah gimana caranya nyatuin kerja dan ibadah. Kerja boleh semangat, tapi jangan sampe bikin kita jauh dari Allah. Karena ujung-ujungnya, semua harta, jabatan, bisnis, dan dunia bakal ditinggal. Yang kita bawa cuma amal.

Baca juga: Cara Islami Membangun Kekayaan yang Berkah Dunia dan Akhirat

Hikmah Kisah Umar bin Khattab: Melepas Kebun Kurma, demi Menjaga Shalat
Hikmah Kisah Umar bin Khattab: Melepas Kebun Kurma, demi Menjaga Shalat

Yuk Mulai Investasi Halal di Nabitu.

Referensi:

Al-Qur’an al-Karim.
Adz-Dzahabi, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad. Al-Kabair. Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, Diakses dari https://archive.org/stream/AqidahDosaDosaBesarOlehImamAdzDzahabi/%28Aqidah%29+Dosa+Dosa+Besar+oleh+Imam+Adz+Dzahabi_djvu.txt
Ash-Shalah wa Hukmu Taarikihaa. Cetakan pertama, Tahun 1426 H. Syamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Qayyim Al-Jauziyah (Ibnu Qayyim). Penerbit Dar Al-Imam Ahmad.
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Kitab al-Fitan, Hadits no. 3745. Diakses dari https://www.hadits.id/hadits/dawud/3745 

Redha Sindarotama

Quranic Reciter living in Yogyakarta. Actively teaching and spreading the beauty of Islam

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button