AkhlaqAqidahShahabatSirahUncategorized

Kisah Pemilik Dua Kebun di Dalam Surat Al-Kahfi

Selain membaca AL-Quran, sebagai muslim tentunya kita juga harus mendataburi kisah-kisah yang penuh dengan hikmah. Dengan membaca dan belajar untuk mentadaburi kisah yang ada di dalamnya kita akan mendapatkan dua manfaat sekaligus, dari membacanya kita akan mendapatkan pahala dan dengan mentadaburi kisah-kisahnya yang akan menambah keteguhan jiwa kita setelahnya. 

Karena di dalamnya banyak sekali kisah-kisah yang mengandung banyak pelajaran dan bisa kita teladani untuk diaplikasikan dalam kehidupan kita. Sepertihalnya kisah Luqman, kisah nabi Yusuf, kisah ashabul kahfi dan masih banyak lagi kisah-kisah lainnya di dalam Al-Quran yang bisa kita pelajari. 

Nah, sebagaimana dalam surat Al-Kahfi selain kisah ashabul kahfi yang sangat masyhur terdapat tiga kisah lainnya yaitu kisah nabi Musa, kisah Dzul Qarnain dan kisah pemilik dua kebun anggur. Maka, kali ini kita akan belajar dari kisah pemilik dua kebun di dalam Surat Al-Kahfi ayat 32-44. 

وَٱضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَٰبٍ وَحَفَفْنَٰهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا٣٢

Artinya: Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang (QS Al Kahi ayat 32).

Kisah tentang dua orang pemilik kebun ini dimulai dari QS. Al-Kahfi ayat 32 diambil dari  Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta’dzhim al-Qur’an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur’an Univ Islam Madinah.

Rasulullah ﷺ menjelaskan perumpamaan bagi orang-orang kafir yang angkuh terhadap orang-orang beriman yang lemah seperti dua orang, orang kafir dan orang beriman. Orang yang kafir memiliki dua kebun anggur yang Kami kelilingi dengan pohon-pohon kurma dan diantara dua kebun itu Kami ciptakan berbagai macam tanaman. Setiap kebun itu menghasilkan buah yang melimpah dan buahnya tidak pernah berkurang sedikitpun. Dan di antara dua kebun itu Kami alirkan sungai air tawar untuk mengakhirinya selalu.

كِلۡتَا الۡجَـنَّتَيۡنِ اٰتَتۡ اُكُلَهَا وَلَمۡ تَظۡلِمۡ مِّنۡهُ شَيۡــًٔـا​ ۙ وَّفَجَّرۡنَا خِلٰـلَهُمَا نَهَرًا ۙ‏ ٣٣

وَكَانَ لَهٗ ثَمَرٌ​ ۚ فَقَالَ لِصَاحِبِهٖ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗۤ اَنَا اَكۡثَرُ مِنۡكَ مَالًا وَّاَعَزُّ نَفَرًا‏ ٣٤

Kedua kebun itu menghasilkan buahnya, dan tidak berkurang (buahnya) sedikit pun, dan di celah-celah kedua kebun itu Kami alirkan sungai,dan dia memiliki kekayaan besar, maka dia berkata kepada kawannya (yang beriman) ketika bercakap-cakap dengan dia, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.” (QS:Al-Kahfi ayat 33-34)

Dalam ayat ini, diceritakan mengenai dua orang laki-laki pada masa lalu yang menjalin persahabatan, namun Allah ﷻ menyamarkan identitas mereka tanpa mengungkap nama, zaman, atau tempat tinggal mereka.

Seorang yang memilih beriman diuji Allah ﷻ dengan kesulitan hidup, rezeki yang minim, dan harta yang terbatas. Namun, Allah ﷻ membalas ujiannya dengan memberikan nikmat terbesar berupa keimanan, keyakinan, dan kerelaan menerima takdir-Nya. Individu ini senantiasa bersyukur, ridha dengan apa yang Allah ﷻ berikan, dan memandang surga sebagai harapan tertinggi, melebihi keberlimpahan harta dan materi yang sementara.

Sebaliknya, temannya yang ingkar diuji Allah ﷻ dengan kelapangan rezeki, kemudahan dalam mencari dunia, dan harta yang melimpah. Ujian baginya adalah bagaimana cara bersikap: bersyukur atau mengingkari nikmat Allah, rendah hati atau bahkan terjerumus dalam kesombongan. 

Lalu, di dalam ayat 39 terdapat ayat yang sangat indah untuk menambah ketauhidan kita sebagai seorang hamba, bagaimana seharusnya seorang hamba bersikap setelah serangkaian usaha telah dia lakukan untuk mencapai tujuannya baik berupa kekayaan dan kesuksesan hakikatnya semua itu terwujud atas kehendak dan izin Allah ﷻ. 

وَلَوۡلَاۤ اِذۡ دَخَلۡتَ جَنَّتَكَ قُلۡتَ مَا شَآءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ​ ۚ اِنۡ تَرَنِ اَنَا اَقَلَّ مِنۡكَ مَالًا وَّوَلَدًا​ ٣٩‏

Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan “Māsyā Allāh, lā quwwata illā billāh” (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu (QS. Al-Kahfi ayat 39).

Dalam kedua kisah ini kita belajar untuk pentingnya bersyukur, menjadikan iman sebagai kekayaan sejati, dan menyadarkan bahwa kenikmatan iman lebih berharga daripada kekayaan dunia yang fana. Hikmah terakhir dari kisah dari dua pemilik kebun di dalam surat Al Kahfi yang bisa kita ambil bahwasanya semua keberhasilan, kekayaan dan kesuksesan terwujud atas kehendak Allah ﷻ. Dengan memahami kisah ini maka semoga kita akan terhindar dari kekafiran dan kesombongan terhadap pencapaian dan kesuksesan yang kita peroleh selama hidup di dunia. 

Referensi: 

Al-Quran

Republika. (2023). Hikmah Kisah Pemilik Kebun di Surat Al-Kahfi. Iqra Republika. https://iqra.republika.co.id/berita/rvm9a3430/hikmah-kisah-pemilik-kebun-di-surat-al-kahfi

Maslahat, B. (2022). Kisah Pemilik Dua Kebun dalam Al-Quran Surat Al-Kahf. Blog BSI Maslahat. https://www.bsimaslahat.org/blog/kisah-pemilik-dua-kebun-dalam-al-quran-surat-al-kahf/

Tri Alfiani

Master student in Islamic Finance Practice (MIFP), INCEIF President's Scholarship Awardee, Content and Social Media Specialist in Islamic Finance and Economy living in Kuala Lumpur, Malaysia

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button