Manajemen Keuangan Saat Finansial Belum Stabil
Pernah nggak sih ngerasa uang selalu cepat habis? Baru tanggal muda, tapi dompet udah tipis. Gaji masuk, eh langsung keluar. Rasanya belum juga bernapas lega, kebutuhan terus berdatangan. Padahal bukan berarti kita boros, hanya saja… keuangan memang belum stabil. Di sinilah pentingnya manajemen keuangan. Tapi bukan sembarang manajemen karena kita akan bahas dari kacamata Islam, biar nggak cuma sehat finansial, tapi juga berpahala dan berkah.
Nah, banyak orang berpikir bahwa manajemen keuangan itu hanya urusan teknis. Padahal dalam Islam, harta bukan sekadar alat tukar, tapi amanah dari Allah ﷻ. Maka, saat kondisi finansial belum stabil, justru itulah waktu paling tepat untuk mulai belajar menata keuangan. Bukan nanti kalau udah kaya. Justru manajemen keuangan dimulai dari keterbatasan, bukan dari kelimpahan.
Finansial Tak Stabil, Tapi Hidup Harus Jalan
Kalau kita jujur, banyak di antara kita yang berada di fase keuangan yang belum ideal. Gaji cukup-cukup saja, kebutuhan rumah tangga makin naik, kadang sampai harus gali lubang tutup lubang. Utang konsumtif menumpuk, pengeluaran nggak tercatat, dan yang paling terasa: stres karena masalah keuangan.
Masalah ini bukan hanya urusan dompet. Tapi juga menyangkut keharmonisan rumah tangga, rasa aman, dan bahkan semangat ibadah. Orang yang pikirannya penuh soal tagihan biasanya sulit untuk fokus dalam banyak hal, yang bisa jadi termasuk ibadah. Belum lagi muncul rasa bersalah karena belum bisa memberi yang terbaik untuk nafkah keluarga.
Lalu, bagaimana solusinya? Tentu bukan dengan nunggu gaji naik. Tapi dengan mulai manajemen keuangan meski keuangan belum stabil. Karena keuangan tidak akan pernah stabil tanpa ilmu dan kontrol diri.
Baca juga: 7 Prinsip Transparansi untuk Perencanaan Keuangan Keluarga yang Islami
Harta Itu Amanah, Bukan Sekadar Kepemilikan
Dalam Islam, harta bukan milik mutlak manusia. Kita ini cuma dititipi. Allah ﷻ berfirman:
۞ آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُم مُّسْتَخْلَفِينَ فِيهِ
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya…”
(QS. Al-Hadid: 7)
Harta itu amanah Allah ﷻ, kita hanya ditunjuk sebagai mustakhlaf, pengelola sementara. Maka pengelolaan harta atau manajemen keuangan bukan cuma perkara efisiensi, tapi ibadah.
Rasulullah ﷺ juga pernah bersabda:
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ… وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ
“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya… dan tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan.”
(HR. Tirmidzi, no. 2417)
Bayangkan, bahkan ketika hidup kita penuh kekurangan, pengelolaan tetap wajib dipertanggungjawabkan. Jadi jangan tunggu kaya dulu untuk belajar mengatur. Manajemen keuangan itu bagian dari hisab.
Baca juga: Cara Mengelola Keuangan Pribadi Sahabat Nabi Muhammad ﷺ
Langkah Awal: Susun Skala Prioritas & Hindari Gaya Hidup Boros
Oke, sekarang masuk ke langkah praktis. Saat kondisi keuangan belum stabil, kita harus jujur dengan kondisi. Artinya, kita perlu membuat skala prioritas. Mana yang benar-benar kebutuhan pokok, mana yang hanya keinginan terselubung.
Allah ﷻ sudah mengingatkan kita untuk tidak berlebihan, terlebih untuk hal yang haram:
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا، إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara setan.”
(QS. Al-Isra’: 26–27)
Kalau keinginan nggak dikontrol, kita akan selalu merasa kurang. Padahal cukup atau tidaknya rezeki itu sering kali bukan soal nominal, tapi soal manajemen keuangan dan keberkahan.
Berikut beberapa langkah awal yang bisa langsung dicoba:
- Catat semua pengeluaran. Harian, mingguan, bulanan.
- Gunakan metode amplop atau aplikasi pencatatan yang sederhana.
- Pisahkan uang kebutuhan, sedekah, dan utang.
- Diskusikan dengan pasangan. Keuangan rumah tangga harus dikelola bersama, bukan saling menyalahkan.
Mulailah dengan hidup sederhana, bukan pelit, tapi sadar bahwa gaya hidup bukan ajang pembuktian. Sederhana itu bukan miskin tapi itulah kecerdasan dalam pengelolaan keuangan.
Baca juga: Manajemen Keuangan di Zaman Umar bin Khattab radhiyallahu anhu
Khatimah: Mulai Dari Apa yang Ada, Dengan Niat yang Benar
Kalau saat ini kamu merasa keuangan belum stabil, jangan langsung menyalahkan gaji, harga pasar, atau ekonomi dunia. Kadang yang perlu dibenahi pertama adalah pola pikir kita tentang harta. Islam mengajarkan kita untuk bertanggung jawab, bukan menunggu datangnya rezeki besar tanpa persiapan.
Manajemen keuangan bukan tentang jadi pelit, tapi soal cermat, tertib, dan taat. Dari situlah keberkahan akan datang. Yuk, mulai dari langkah kecil: mencatat, merencanakan, dan berdoa. Karena keberkahan harta itu tidak datang dari jumlahnya, tapi dari cara kita mengelolanya sesuai syariat.
Baca juga: 4 Cara Berhemat dan Kelola Keuangan dengan Tepat di 2024

Yuk Mulai Investasi Halal di Nabitu
Referensi
Al-Qur’an Al-Karim https://tafsirweb.com
Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa. Sunan At-Tirmidzi. Diakses dari https://www.hadits.id/hadits/