Menyongsong Tahun Baru untuk Diri yang Lebih Baik
Kurang dari sepekan menuju tahun 2023. Biasanya sebelum tahun berakhir, banyak dari kita yang melakukan refleksi diri. Mengingat dan mencatat apa saja yang telah terjadi selama satu tahun terakhir. Crosscheck terkait target-target yang disusun di awal tahun. Berapa banyak target terlaksana maupun yang belum terealisasi.
Menyusun rencana dalam menjalani hidup merupakan hal yang baik. Ini bisa menjadi salah satu cara untuk memudahkan agenda yang akan dilakukan. Menentukan program, proyek dan kegiatan tertentu khusus diri sendiri. Seringkali saat membuat planning, orang – orang akan menuliskan beberapa rencana baru. Namun tak jarang yang menulis ulang target seperti tahun sebelumnya. Bukan masalah, karena setiap orang memiliki standar nya masing-masing.
Akan tetapi ada yang perlu kita perhatikan.
Sudahkah Resolusi yang tersusun sesuai standar tuntunan seorang muslim? Mungkin saja secara tidak sadar rutinitas sehari-hari masih mengikuti kemauan diri sendiri.
Padahal, tentu saja kita tahu. Tawakal adalah kewajiban bagi setiap manusia. Dan kita sebagai seorang mukmin, wajib berserah diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala yang terjadi dalam hidup. Rincian dan rancangan target yang kita susun harus diniatkan untuk mencari ridha Allah Subhanahu wa ta’ala. Dalam Al – Qur’an disebutkan ucapan Nabi Ibrahim Alaihissalaam
رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Yang artinya, “Yaa Tuhan Kami, hanya kepada engkau kami bertawakkal, hanya kepada engkau kami bertaubat dan hanya kepada engkaulah kami kembali” Qur’an Surat Al Mumtahanah ayat 4.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa segala persoalan hidup sejak lahir hingga meninggal pun harus diserahkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebagai seorang hamba, kita takkan memiliki kekuatan kecuali atas izin Allah subhanahu wa ta’ala. Namun, beruntunglah hamba yang diberi nikmat naungan agama, untuk bisa berintrospeksi dan mengevaluasi diri. Evaluasi diri adalah satu jalan untuk mengoreksi diri. Berapa banyak aspek kehidupan yang sering terlewat hanya karena lebih menuruti kemauan dan pikiran diri sendiri.
Aspek yang menjadi penunjang kehidupan manusia akan didapatkan dengan giat bekerja.
Kehidupan kita tentu tak bisa lepas dari hal-hal penunjang seperti kecukupan materi, kesehatan diri dan lain sebagainya. Mampu secara finansial dan ekonomi pun akan memudahkan proyek harian kita.
Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi menuntut kita bekerja. Seorang kepala keluarga tentu harus memenuhi kebutuhan rumah tangga nya. Mahasiswa, pelajar, maupun pekerja lainnya juga memiliki kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain.
Selama setahun ini, jangan sampai kita luput dengan hal yang sebetulnya penting.
Membuat rincian pengeluaran secara rutin, membuat rancangan anggaran belanja harian, menyisihkan tabungan untuk memudahkan kelangsungan hidup kita sehari-hari. Bahkan dalam islam, terdapat tuntunan dalam mengatur harta, sehingga apa yang kita miliki bisa menjadi sebab manfaat.
Bagi sebagian anak muda atau orang yang baru saja memulai kerja, harus berhati – hati dalam mengatur urusan finansial. Terkadang karena rasa senangnya, tanpa sadar gaji yang dimiliki habis untuk bersenang-senang dan menjadi sia-sia. Ditambah dengan kemajuan teknologi yang memudahkan untuk melakukan transaksi secara daring. Bisa saja tak terasa tabungan menurun drastis hanya untuk kesenangan duniawi. Naudzubillah min dzaalik.
Adapun yang bisa dilakukan untuk memanajemen finansial. Mulailah untuk membuat skala prioritas kebutuhan. Catatan dimulai dari harian hingga rencana tahunan, dengan ini kita akan lebih ringkas dalam menyisihkan pendapatan kita. Mengingat bahwa kita juga memiliki kewajiban berzakat, maka harus tepat dalam menyusun keuangan.
Kemudian kita bisa mengelompokkan kebutuhan dan keinginan secara terpisah. Fokus untuk melengkapi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Sehingga sebelum berbelanja pun kita tidak terlena untuk membeli yang tidak perlu.
Apa yang menjadi harta kita pun ada hisabnya. Akan dihitung untuk dipertanggungjawabkan kelak. Maka, jangan sampai kita tidak bersungguh-sungguh dalam memanfaatkan harta dari Allah. Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber:
Praktek Riba dalam Transaksi Online, Yulian Purnama, S.kom
Buku Panduan Zakat Minimal 2,5%, Muhammad Abduh Tuasikal