Kadang kita lupa bahwa hidup ini sementara. Kadang kita lupa bahwa dunia ini hanyalah ladang ujian untuk manusia. Kadang kita lupa bahwa dengan sepiring makanan sudahlah bisa menghidupi seharian untuk diri kita.
Tapi memang aneh manusia ini, karena ternyata tidaklah cukup satu lembah emas saat manusia dalam kelalaiannya. Sebagaimana yang diceritakan Dari Ibnu ‘Abbas bin Sahl bin Sa’ad,
عَنْ عَبَّاسِ بْنِ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِمَكَّةَ فِى خُطْبَتِهِ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقُولُ « لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Dari Ibnu ‘Abbas bin Sahl bin Sa’ad, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Ibnu Az Zubair berkata di Makkah di atas mimbar saat khutbah, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya selain tanah. Dan Allah Maha Menerima taubat siapa saja yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari no. 5956).
Sungguh manusia tidak pernah merasa puas haya dengan harta yang sedikit. Dan itu pun tidaklah hanya menjadi watak orang-orang di zaman ini saja, tapi itulah yang menjadi watak manusia pada umumnya. Kecuali mereka yang Allah beri taufik dan kemudian mengambil petunjuk Allah hingga mampu menyikapi harta dengan benar.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari. 5959, Tirmidzi. 2259 dan Muslim. 1738)
Pada hadits-hadits di atas dapat kita ambil beberapa pelajaran:
Pelajaran yang pertama yaitu, semangat manusia untuk terus menerus mengumpulkan harta dan kemewahan dunia lainnya dapat menjadi tercela jika kemudian manusia melanggar perintah dan larangan Allah Ta’ala. Terlebih lagi hingga membuat lalai dari ketaatan dan hati menjadi sibuk dengan dunia daripada akhirat.
Pelajaran yang kedua yaitu, karena watak dasar manusia seperti itu maka itulah ujian yang harus ditempuh seorang manusia untuk meraih ridho Allah Ta’ala. Sehingga barang siapa seseorang yang bertaubat kepada Allah karena kelalaiannya, sungguh Allah menerima taubat setiap hamba.
Maka, bersegeralah kita semua menuju kepada sebab diberikannya ampunan dari Allah Ta’ala yaitu dengan melakukan taubatan nasuha dan menjalankan ketaatan yang akan menjadikan Allah ridho dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa: yaitu orang-orang yang menjauhi maksiat dan maksiat yang besar yaitu riba.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surah Ali ‘imran ayat 133:
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Surat Ali ‘Imran Ayat 133)
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah menjelaskan bahwa
133. وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ (Dan bersegeralah kamu kepada ampunan)
Ini merupakan perintah bagi orang-orang beriman untuk bergegas dalam menjalankan kebaikan dan tidak menunda-nunda.
عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْأَرْضُ (yang luasnya seluas langit dan bumi)
Keduanya adalah makhluk Allah yang terluas berdasarkan apa yang diketahui hamba-Nya. Lalu bagaimana kalian melakukan perbuatan yang menjadikan kalian diharamkan untuk memasuki surga dengan keluasannya, Padahal surga itu disiapkan untuk orang-orang bertakwa. Lalu kalian memakan harta riba kemudian masuk neraka yang disiapkan untuk orang-orang kafir.
Referensi:
Applikasi hadits.in (HR. Bukhari no. 5956)
https://tafsirweb.com/1265-surat-ali-imran-ayat-133.html