AkhlaqAqidahRejekiShahabatSirah

Utsman bin Affan, Saudagar Kaya yang Menjadi Khalifah

Utsman bin Affan, dialah sahabat Nabi ﷺ yang masuk daftar mereka yang dijamin masuk surga, seorang saudagar kaya yang menjadi khalifah ketiga.

Pernah kebayang nggak sih, seorang saudagar kaya raya bisa berubah menjadi pemimpin yang bertakwa dan sangat dihormati? Kisah kehidupan Utsman bin Affan jadi bukti bahwa hal tersebut bukan hanya mungkin terjadi, namun juga bisa menginspirasi banyak orang. Utsman bin Affan, salah satu sahabat Nabi ﷺ yang dikenal tidak hanya karena kekayaannya, tetapi juga sikapnya yang mulia, menunjukkan bahwa kekayaan sejati bukan hanya tentang materi, melainkan tentang bagaimana kita memberi manfaat bagi umat dalam ketakwaan kepada Allah ﷻ. Bagaimana seorang saudagar kaya yang dermawan bisa menjadi seorang pemimpin yang penuh kasih dan bijaksana? Temukan jawabannya di artikel Nabitu.id ini!

Baca juga: Raih Pemasukan Tambahan dengan Manfaatkan Skill, Emang Bisa?

Utsman bin Affan: Pewaris Keluarga Kaya

Utsman bin Affan lahir di Tha’if pada tahun keenam tahun Gajah (±576M) kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasullulah ﷺ.

Nama lengkapnya Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Asy-Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan. Nama kunyahnya adalah Abu Amr dan Abu ‘Abdillah.

Keluarga Utsman adalah saudagar sukses yang super kaya, Utsman pun ikut tumbuh di kehidupan yang serba ada. Meskipun hidup serba berkecukupan dengan keluarga yang kaya raya, Utsman dikenal sebagai pribadi yang dermawan dan rendah hati. Bahkan Utsman tidak pernah memperlihatkan sifat sombong.

Baca juga: Larangan Gaya Hidup Boros dalam Islam

Memaknai Kehidupan Utsman

Dengan kekayaannya, Utsman sering menggunakan hartanya untuk membantu orang lain. Dalam buku Usman bin Affan (Muhammad Husein Haikal, 2010) di ceritakan Utsman ra. tidak segan mengeluarkan hartanya untuk kebaikan umat Islam. 

“Utsman bin Affan pernah membeli sumur seorang Yahudi di masa kemarau, lalu kemudian beliau membolehkan penduduk untuk mengambil air dari sumur tersebut gratis.

Utsman juga banyak menyumbangkan harta bendanya untuk menegakkan agama Allah. Misalnya, pada saat Perang Tabuk melawan Romawi, Utsman menyediakan 300 ekor unta dan 1000 dinar untuk para pejuang Perang Tabuk

Baca juga: Konsep Tawakkal dalam Islam: Ketika Berserah Bertemu Kerja Keras

Jalan Menuju Islam

Pada awalnya, Utsman adalah bagian dari Bani Umayyah, kelompok yang menentang keras ajaran Islam. Namun, setelah berdiskusi dengan sahabat Nabi ﷺ, Abu Bakar, Utsman pertama kali memeluk Islam pada tahun 611 Masehi. Sejak saat itu, ia menjadi bagian dari golongan As-Sabiqun Al-Awalun, yaitu orang-orang yang pertama masuk Islam. Saat itu pula pihak Bani Umayyah sangat kecewa karena merasa dikhianati.

Karena kebaikan hatinya dan kedekatannya dengan Rasulullah ﷺ, Utsman kemudian menikahi dua putri Nabi ﷺ, Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Karena itu, ia dikenal dengan julukan “Dzun Nura’ini Wal Hijratain,” yang berarti “Si Pemilik Dua Cahaya,” merujuk pada dua putri Nabi ﷺ dan dua kali hijrah yang dilakukan Utsman.

Usman bin Affan Sahabat yang Dijamin Surga

Dari Riyah bin Ibnul Harits, ia berkata,

رِيَاحِ بْنِ الْحَارِثِ سَمِعَ سَعِيدَ بْنَ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَاشِرَ عَشَرَةٍ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ فِي الْجَنَّةِ فَقِيلَ لَهُ مَنْ التَّاسِعُ قَالَ أَنَا

Riyah bin Ibnul Harits ia mendengar Sa’id bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kesepuluh dari sepuluh orang.” Sa’id berkata; “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Sa’d di surga dan Abdurrahman di surga.” Lalu dikatakan kepadanya, “Siapa yang kesembilan?” ia menjawab: “Saya.” (Sunan Ibnu Majah No. 130)

Dalam hadits yang lain dari Abu Musa Al-Asy’ari, ia berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – دَخَلَ حَائِطًا وَأَمَرَنِى بِحِفْظِ بَابِ الْحَائِطِ ، فَجَاءَ رَجُلٌ يَسْتَأْذِنُ ، فَقَالَ« ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ » . فَإِذَا أَبُو بَكْرٍ ، ثُمَّ جَاءَ آخَرُ يَسْتَأْذِنُ فَقَالَ « ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ » . فَإِذَا عُمَرُ ، ثُمَّ جَاءَ آخَرُ يَسْتَأْذِنُ ، فَسَكَتَ هُنَيْهَةً ثُمَّ قَالَ « ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ عَلَى بَلْوَى سَتُصِيبُهُ» . فَإِذَا عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin Al-Khaththab. Lalu datang lagi seorang lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan. (HR. Bukhari, no. 3695)

Usman bin Affan Menjadi Khalifah Ketiga

Setelah Umar bin Khattab wafat, Utsman terpilih menjadi khalifah ketiga pada tahun 644 Masehi. Meskipun usianya sudah menginjak 70 tahun, Utsman tetap menerima tanggung jawab besar ini.

Sebelum wafat, Umar telah menunjuk enam sahabat yang dianggap layak untuk menggantikannya, termasuk Utsman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidullah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’d bin Abi Waqqash. Melalui musyawarah, Utsman akhirnya terpilih sebagai khalifah dan memimpin umat Islam selama 13 tahun, dari tahun 644 hingga 655 Masehi.

Ekspansi Wilayah dan Kemakmuran Umat Islam

Selama masa pemerintahannya, Utsman berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam ke berbagai benua, termasuk Afrika, Asia, dan Eropa. Ia juga memperbesar Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, yang menjadi simbol kemajuan umat Islam pada masa itu.

Bahkan pada masa pemerintahannya, umat Islam hidup dalam keadaan makmur. Banyak orang yang mampu pergi haji berkali-kali, dan bahkan budak-budak dijual berdasarkan berat badan mereka. Semua ini menunjukkan betapa sejahtera umat Islam di bawah kepemimpinan Utsman.

Penulisan Al-Qur’an dan Kontroversi

Selain itu, Utsman dikenal karena usahanya untuk menstandarisasi penulisan Al-Qur’an. Ia memerintahkan pengumpulan lembaran-lembaran Al-Qur’an yang tersebar dan menyusunnya menjadi mushaf yang lebih rapi dan terjaga keasliannya. Langkah ini memastikan bahwa Al-Qur’an tetap terjaga keaslian dan keabsahannya hingga hari ini. Sehingga Al-Qur’an dapat dibaca dan dipelajari dengan benar oleh umat Islam di seluruh dunia.

Namun, masa pemerintahannya juga diwarnai kontroversi. Keputusan Utsman untuk mengangkat pejabat-pejabat dari keluarganya menimbulkan ketidakpuasan di kalangan sebagian umat Islam. Hal ini memicu kerusuhan dan pemberontakan yang semakin meningkat, hingga mencapai puncaknya pada tahun 656 Masehi.

Pengepungan dan Wafatnya Utsman

Pada tahun 656 Masehi, pemberontakan mencapai titik puncaknya ketika Utsman dikepung di rumahnya. Dalam kondisi yang semakin kritis, Utsman bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Umar, yang mengajaknya berbuka puasa bersama. Dengan sabar, Utsman menerima takdirnya. Ia bahkan membuka pintu rumahnya lebar-lebar untuk para pemberontak yang akhirnya menyerangnya.

Utsman wafat dalam keadaan yang sangat tragis. Namun, ia meninggal dalam posisi sedang membaca Al-Qur’an, yang meninggalkan kesan mendalam bagi umat Islam. “Darah yang mengalir dari tangan yang putus, mengenai mushaf yang terbuka dan membasahi firman Allah yang berbunyi:

فَسَيَكْفِيكَهُمُ ٱللَّهُ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

“..Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Q.S. Al-Baqarah: 137].

Pelajaran dari Kehidupan Utsman

Kehidupan Utsman bin Affan mengajarkan kita banyak hal tentang arti kekayaan sejati, yaitu menggunakan harta untuk kebaikan umat guna meraih ketakwaan kepada Allah ﷻ.  Selain itu, meskipun ia hidup dalam kemakmuran, ia tidak pernah sombong dan selalu berbagi dengan sesama. Utsman juga mengajarkan kita pentingnya kebijakan, keadilan, dan ketakwaan kepada Allah ﷻ dalam memimpin.

Utsman bin Affan adalah contoh bagaimana seorang saudagar kaya bisa menjadi khalifah yang memimpin umat Islam menuju kemakmuran dan kemajuan. Kisah hidupnya menginspirasi kita untuk senantiasa berbuat baik, menjalani hidup dengan bijaksana, dan memberikan manfaat bagi umat manusia.

Utsman bin Affan, Saudagar Kaya yang Menjadi Khalifah
Utsman bin Affan, Saudagar Kaya yang Menjadi Khalifah

Yuk Investasi Halal di Nabitu.

Referensi: 

Al Quran Al Karim
Hadits Sunan Ibnu Majah No. 130. Diakses dari https://www.hadits.id/hadits/majah/130
Hadits Bukhari, no. 3695. Syarhus Sunnah: Keutamaan Utsman bin Affan. Diakses dari https://rumaysho.com/26616-syarhus-sunnah-keutamaan-utsman-bin-affan.html
Ibnu Katsir, Al-bidayah Wan Nihayah Masa Khulafa’ur Rasyidin (Darul Haq, Jakarta), 2004 
Muhammad Husein Haikal, Usman bin affan, (Pustaka Litera AntarNusa Jakarta), 2010

Redha Sindarotama

Quranic Reciter living in Yogyakarta. Actively teaching and spreading the beauty of Islam

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button