RamadanUncategorized

Evaluasi Ibadah: 10 Hari Pertama Ramadhan Telah Lewat

Ramadhan selalu datang seperti tamu istimewa, mengetuk pintu hati kita dengan kelembutan, membawa angin keberkahan yang semestinya kita sambut dengan penuh cinta. Namun kini, tanpa terasa, 10 hari pertama Ramadhan telah berlalu. Seakan baru kemarin kita mendengar takbir menyambut bulan suci ini, tapi kini waktu telah melesat begitu cepat, meninggalkan kita dengan sejuta tanya: Sudahkah kita memanfaatkannya dengan baik?

Waktu yang Tak Akan Kembali

Detik demi detik berlalu tanpa bisa kita ulang. 10 hari pertama Ramadhan telah meninggalkan kita, seperti daun yang jatuh dari dahan, tak mungkin lagi kembali ke tempatnya. Seandainya waktu bisa dihentikan, seandainya kita bisa memutar kembali hari-hari yang telah pergi, mungkin kita akan lebih sungguh-sungguh dalam ibadah, lebih banyak bersujud, lebih sering menangis dalam doa.

Rasulullah ﷺ bersabda:

فَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, apakah kita benar-benar berpuasa dengan penuh kesungguhan? Ataukah puasa kita sekadar menahan lapar dan dahaga, tanpa ada peningkatan dalam kualitas ibadah kita?

Baca juga: Hidayah Allah, Dicari atau Ditunggu-tunggu?

Renungan: Sudahkah Kita Memanfaatkan 10 Hari Pertama?

Seharusnya, 10 hari pertama Ramadhan adalah waktu untuk menata niat, membangun ritme ibadah, dan mempersiapkan diri menuju malam-malam penuh ampunan. Namun kenyataannya, banyak dari kita yang masih lalai. Hari-hari kita mungkin lebih banyak dihabiskan untuk hal-hal duniawi. Shalat dikerjakan terburu-buru, Al-Qur’an jarang dibaca, dzikir terasa asing di bibir. Kita berharap bisa berubah di hari-hari berikutnya, tanpa sadar bahwa waktu terus berlari meninggalkan kita.

Allah ﷻ berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)

Namun, apakah kita benar-benar memanfaatkan bulan suci ini sebagai momen untuk mendekat kepada Al-Qur’an? Atau justru Ramadhan kita berlalu seperti hari-hari biasa, tanpa ada perubahan dalam hati dan amal kita?

Baca juga: Ramadhan Kareem: Saatnya Meningkatkan Iman dan Takwa!

Air Mata yang Terlambat

Ada satu hal yang paling menyedihkan: penyesalan yang datang terlambat. Pernahkah kita berpikir, bagaimana jika Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir kita? Bagaimana jika tahun depan kita tak lagi mendapat kesempatan menikmati indahnya bulan suci ini? Saat itu, air mata penyesalan tak akan bisa mengembalikan hari-hari yang telah hilang.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا ٱلْأَعْمَالُ بِٱلْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)

Jangan sampai kita menjadi orang yang menangis di penghujung Ramadhan karena telah menyia-nyiakannya. 10 hari pertama Ramadhan telah pergi, tapi masih ada waktu untuk bangkit dan memperbaiki diri.

Baca juga: Tips untuk I’tikaf Produktif di Akhir Ramadhan

Orang yang Rugi Setelah Ramadhan

Rasulullah ﷺ pernah mengingatkan tentang orang yang merugi meskipun telah melewati Ramadhan:

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ، وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ، وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلْهُ الْجَنَّةَ

“Celakalah seseorang yang mendapati bulan Ramadhan namun dosanya tidak diampuni.” (HR. Tirmidzi)

Betapa ruginya jika kita keluar dari bulan Ramadhan tanpa membawa ampunan dari Allah ﷻ. Jangan sampai kita menjadi salah satu dari mereka yang melewati bulan penuh berkah ini dengan tangan kosong.

Saatnya Berubah, Sebelum Terlambat

Masih ada 20 hari tersisa. Jangan biarkan kesempatan ini berlalu begitu saja. Mari kita perbaiki ibadah kita sebelum semuanya benar-benar terlambat. Beberapa langkah yang bisa kita lakukan:

  1. Perbanyak Istighfar dan Taubat – Jangan menunggu akhir Ramadhan untuk bertaubat. Allah ﷻ Maha Pengampun, tapi kita tidak tahu kapan ajal menjemput.
  2. Shalat dengan Khusyuk – Bukan sekadar menggugurkan kewajiban, tapi benar-benar merasakan kehadiran Allah ﷻ dalam setiap sujud kita.
  3. Dekatkan Diri dengan Al-Qur’an – Jangan hanya membaca, tapi pahami dan renungkan isinya.
  4. Hidupkan Malam dengan Ibadah – Bangun malam untuk tahajud, berdoa dengan air mata, mohon agar Allah ﷻ masih memberi kita kesempatan memperbaiki diri.
  5. Kurangi Waktu yang Sia-Sia – Jika sebelumnya waktu kita banyak tersita untuk hal yang tidak bermanfaat, sekarang saatnya mengubah kebiasaan itu.

Khatimah: Jangan Sampai Menyesal di Akhir Ramadhan

Jika kita tidak berubah sekarang, lalu kapan? Jangan biarkan 10 hari pertama Ramadhan menjadi jejak kelalaian yang kita sesali di penghujung bulan suci. Waktu terus berjalan, Ramadhan terus berlalu, dan tak ada jaminan kita akan bertemu dengannya lagi di tahun depan.

Tangisan penyesalan di akhir Ramadhan tidak akan mengubah apa pun. Tapi air mata yang jatuh hari ini, sebagai bentuk taubat dan kesungguhan dalam memperbaiki diri, bisa menjadi saksi di hadapan Allah ﷻ bahwa kita benar-benar ingin menjadi lebih baik.

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk terus meningkatkan ibadah di sisa Ramadhan ini. Aamiin. 

Baca juga: Niat Puasa Ramadhan: Wajib atau Sunnah? Ini Penjelasannya!

Evaluasi Ibadah: 10 Hari Pertama Ramadhan Telah Lewat
Evaluasi Ibadah: 10 Hari Pertama Ramadhan Telah Lewat

Yuk Investasi Halal di Nabitu.

Referensi

Al-Qur’an, QS. Al-Baqarah: 185. Diakses dari https://tafsirweb.com/691-surat-al-baqarah-ayat-185.html
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari. Diakses dari https://www.hadits.id/hadits/bukhari
Muslim, Abu al-Husain. Shahih Muslim. Diakses dari https://www.hadits.id/hadits/muslim
At-Tirmidzi, Abu Isa. Sunan at-Tirmidzi. Diakses dari https://www.hadits.id/hadits/tirmidzi 

Redha Sindarotama

Quranic Reciter living in Yogyakarta. Actively teaching and spreading the beauty of Islam

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button