BisnisCrowdfunding SyariahEkonomi IslamInvestasiKeuanganManajemen Finansial

Saham Terkena ARB

Menghadapi situasi di mana saham yang dimiliki terkena ARB (Auto Rejection Bawah) adalah pengalaman yang menantang bagi banyak investor di pasar saham Indonesia. ARB terjadi saat harga saham turun hingga batas maksimum penurunan dalam sehari, yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai bentuk pengendalian volatilitas pasar. Hal ini sering kali memicu kekhawatiran bagi investor, terutama bagi mereka yang belum terbiasa menghadapi fluktuasi harga saham yang drastis. Artikel ini akan membantu Anda memahami mekanisme ARB, penyebabnya, dan langkah-langkah yang bisa diambil untuk menghadapi situasi ini.

Apa Itu ARB dan Mengapa Penting Memahaminya?

Auto Rejection adalah mekanisme batas fluktuasi harga harian yang diterapkan BEI untuk melindungi investor dari pergerakan harga yang terlalu ekstrem dalam satu sesi perdagangan. ARB adalah kebalikan dari ARA (Auto Rejection Atas), yang berlaku saat harga saham naik ke batas maksimum dalam satu hari. Batas ARB diberlakukan dengan tujuan utama untuk mengendalikan volatilitas yang berlebihan serta mencegah aksi spekulatif yang dapat merugikan banyak pihak, baik investor individu maupun institusi (KAF Sekuritas, 2022).

Baca juga:Return on Equity: Ketika Pemegang Saham Mengukur Return-nya

Bagaimana ARB Ditetapkan di Bursa Efek Indonesia?

Batas ARB ditentukan oleh BEI berdasarkan harga saham dan terbagi menjadi beberapa kelompok:

  1. Saham di bawah Rp200: Batas penurunan harga maksimal adalah 35%.
  2. Saham di rentang Rp200 – Rp5.000: Batas penurunan harga maksimal adalah 25%.
  3. Saham di atas Rp5.000: Batas penurunan harga maksimal adalah 20%.

Mekanisme ini berarti bahwa jika harga saham mencapai batas bawah yang ditetapkan untuk kategori harganya, perdagangan saham tersebut akan otomatis dihentikan hingga akhir sesi. Kebijakan ini membantu membatasi kerugian yang lebih dalam akibat aksi jual besar-besaran serta menjaga stabilitas pasar yang berkelanjutan.

Penyebab Umum Saham Mengalami ARB

Ada beberapa alasan mengapa saham tertentu bisa terkena ARB, mulai dari sentimen pasar yang negatif hingga faktor fundamental perusahaan. Berikut adalah beberapa alasan umum yang menyebabkan saham mengalami ARB:

  1. Kinerja Keuangan yang Buruk: Saat laporan keuangan perusahaan menunjukkan hasil yang mengecewakan, pasar sering merespons dengan aksi jual karena para investor kehilangan kepercayaan. Hal ini biasa terjadi saat laporan keuangan yang diumumkan tidak memenuhi ekspektasi, sehingga menyebabkan harga saham turun drastis.
  2. Krisis Ekonomi dan Politik: Peristiwa global atau lokal yang memengaruhi ekonomi, seperti krisis energi, inflasi tinggi, atau ketidakstabilan politik, dapat menyebabkan investor menarik dananya dari pasar saham, yang berpotensi menekan harga hingga batas ARB.
  3. Sentimen Negatif di Pasar: Psikologi pasar juga berperan penting dalam fluktuasi harga saham. Ketakutan atau ketidakpastian yang meluas dapat menciptakan “efek domino”, di mana aksi jual terus terjadi akibat kepanikan, bukan analisis fundamental. Hal ini bisa semakin memperburuk situasi dan menyebabkan saham jatuh ke ARB.
  4. Koreksi Setelah Kenaikan Tinggi: Beberapa saham yang mengalami kenaikan harga tajam akibat spekulasi atau sentimen positif tertentu mungkin mengalami penurunan drastis setelah fase tersebut berakhir, terutama jika tidak didukung oleh fundamental yang kuat. Koreksi harga ini biasa dialami oleh saham-saham yang disebut growth stocks atau hot stocks di pasar.

Baca juga:Price to Book Value: Apakah Sahammu Kemahalan?

Dampak ARB terhadap Investasi dan Risiko yang Harus Diantisipasi

Ketika saham terkena ARB secara berulang, nilai portofolio Anda dapat terpengaruh secara signifikan. Salah satu risiko utamanya adalah hilangnya nilai investasi secara cepat. Selain itu, saham yang sering mengalami ARB dapat kehilangan minat dari para pembeli, membuatnya tidak likuid atau sulit dijual, terutama jika sentimen negatif terus berlanjut. Terlebih, saham yang terkena ARB beberapa kali berturut-turut sering kali dipersepsikan buruk oleh pasar, yang bisa membuat investor lain enggan berinvestasi lebih lanjut di saham tersebut (Finansialku, 2022).

Langkah-Langkah yang Bisa Dilakukan Saat Saham Terkena ARB

Ketika saham Anda terkena ARB, beberapa langkah berikut dapat membantu Anda untuk menavigasi situasi ini dengan lebih bijaksana:

1. Jangan Terbawa Panik: Evaluasi Kembali Fundamental Saham

Salah satu reaksi awal saat saham mengalami ARB adalah kepanikan. Namun, menjaga emosi tetap tenang sangat penting untuk mencegah pengambilan keputusan yang impulsif dan merugikan. Mulailah dengan mengevaluasi kembali fundamental saham yang Anda miliki. Tinjau laporan keuangan terbaru dan berita seputar perusahaan untuk menentukan apakah penurunan ini disebabkan oleh masalah serius atau sekadar fluktuasi sementara yang tidak berdampak pada prospek jangka panjang perusahaan. Jika fundamental perusahaan tetap kuat, ada kemungkinan besar bahwa harga saham akan pulih kembali seiring waktu (CNBC Indonesia, 2022).

2. Pertimbangkan Strategi Average Down

Jika Anda yakin bahwa ARB hanyalah efek sementara dan perusahaan memiliki fundamental yang baik, strategi average down bisa menjadi pilihan. Average down dilakukan dengan membeli saham lebih banyak pada harga yang lebih rendah, sehingga menurunkan harga rata-rata kepemilikan saham Anda. Dengan cara ini, saat harga saham kembali naik, Anda dapat memperoleh keuntungan lebih besar dari harga rata-rata baru yang lebih rendah.

3. Gunakan Stop Loss untuk Membatasi Kerugian

Bagi investor yang memiliki strategi ketat, menetapkan stop loss adalah langkah yang bijaksana untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Stop loss adalah batas penurunan harga yang ditentukan sebelumnya. Jika harga saham turun hingga batas ini, saham akan dijual secara otomatis. Hal ini membantu membatasi kerugian dan mencegah portofolio Anda terdampak lebih jauh akibat penurunan drastis yang mungkin berlanjut.

4. Lakukan Diversifikasi Portofolio

Diversifikasi portofolio adalah strategi jitu untuk mengurangi risiko investasi. Dengan memiliki saham dari berbagai sektor atau instrumen investasi lain, seperti obligasi atau reksa dana, Anda tidak terlalu bergantung pada satu saham atau sektor tertentu. Ketika satu saham mengalami ARB, dampaknya terhadap portofolio secara keseluruhan akan lebih terbatas. Diversifikasi juga memungkinkan Anda untuk menjaga nilai portofolio dalam kondisi pasar yang berfluktuasi.

5. Pertahankan Investasi dengan Dana Jangka Panjang

Investasi saham sebaiknya dilakukan dengan dana yang Anda tidak perlukan dalam jangka pendek. Jika Anda terpaksa menjual saham yang terkena ARB karena butuh uang tunai segera, hal ini bisa menyebabkan kerugian signifikan. Menjaga dana jangka panjang dalam investasi memungkinkan Anda untuk menahan saham hingga pasar pulih, sehingga Anda tidak terburu-buru menjual dengan harga rendah.

Mengapa Penting Memiliki Rencana Investasi yang Baik?

Menghadapi ARB dan fluktuasi pasar yang tinggi membutuhkan perencanaan investasi yang matang. Sebagai investor, memiliki rencana investasi jangka panjang dan manajemen risiko akan membantu Anda bertindak lebih rasional dalam situasi volatilitas. Rencana investasi ini juga membantu Anda tetap fokus pada tujuan jangka panjang tanpa terpengaruh oleh pergerakan harga harian yang sering kali bersifat sementara (AEI, 2022).

Baca juga:Nilai Buku Per Saham: Urgensinya Untuk Investor

Kesimpulan

Saham yang terkena ARB memang dapat menimbulkan kepanikan bagi sebagian besar investor, namun dengan pengetahuan yang tepat dan langkah yang strategis, situasi ini bisa dihadapi dengan lebih bijak. Jangan terburu-buru untuk mengambil keputusan emosional; evaluasi fundamental perusahaan, lakukan diversifikasi, dan pastikan Anda menggunakan dana yang tidak dibutuhkan dalam waktu dekat untuk investasi. Dengan demikian, Anda akan lebih siap menghadapi volatilitas pasar dan mengambil langkah yang menguntungkan untuk portofolio Anda dalam jangka panjang.

Saham Terkena ARB
Saham Terkena ARB

Daftar Pustaka

Devin Halim Wijaya

Master student in IIUM (Institute of Islamic Banking and Finance) | Noor-Ummatic Scholarship Awardee

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button