Pernahkah mendengar nama Said bin Amir al-Jumahi? Beliau adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang memberikan banyak pelajaran berharga tentang amanah, kesederhanaan, dan bagaimana menjadi pemimpin sejati. Ketika menjadi gubernur, Said bin Amir tetap hidup sederhana. Lebih menakjubkan lagi, ia bahkan termasuk salah satu masyarakat fakir di wilayahnya.
Bayangkan, seorang pemimpin yang memilih hidup sederhana dan apa adanya, jauh dari kemewahan. Kisah ini jelas sangat berbeda dengan gaya hidup banyak pemimpin masa kini, di mana kekayaan, jabatan, dan kepuasan dunia sering kali menjadi prioritas.
Di zaman ketika materi dianggap segalanya, kisah Said bin Amir menjadi pengingat bahwa ada nilai-nilai yang lebih penting. Mari kita pelajari lebih lanjut kehidupan beliau dan mengambil inspirasi dari kesederhanaannya.
Baca juga: Dunia Bukan Tujuan
Said bin Amir al-Jumahi: Sahabat yang Mulia
Said bin Amir al-Jumahi (سعيد بن عامر الجماحي) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang masuk Islam sebelum peristiwa Khaibar. Ia turut serta dalam penaklukan benteng Khaibar, menunjukkan keberanian dan kesetiaannya kepada Islam. Lahir pada tahun 601 M, Said bin Amir wafat di usia 40 tahun.
Sebagai seorang muhajirin, Said hijrah dari Mekah ke Madinah demi mempertahankan keimanan. Setelah pertempuran Khaibar, Said terus mendampingi Rasulullah ﷺ dalam berbagai peperangan. Sepeninggal Nabi, beliau melanjutkan pengabdiannya sebagai pemimpin. Khalifah Umar bin Khathab bahkan mempercayakan Said menjadi Gubernur Homs di wilayah Syam.
Baca juga: KISAH BERLOMBA-LOMBANYA ABU BAKAR DAN UMAR BIN KHATTAB
Kesederhanaan Said bin Amir
Ketika Khalifah Umar hendak mengangkatnya sebagai Gubernur Homs, Said berkata:
“Wahai Umar, saya memohon kepada Allah semoga Anda tidak mendorong saya condong kepada dunia.”
Namun Umar menjawab tegas:
“Celakalah engkau! Engkau telah pikulkan beban Kekhilafahan ini di pundakku. Tetapi kemudian engkau menghindar dan membiarkanku repot sendiri.”
Akhirnya, Said pun menerima tugas tersebut dan pindah ke Homs bersama istrinya.
Baca juga: Rasulullah ﷺ sebagai Teladan Pendidikan Karakter
Keluhan Warga Homs
Ketika Khalifah Umar berkunjung ke Syam, beliau mendengar bahwa warga Homs sangat mencintai Said bin Amir. Namun, beberapa warga menyampaikan keluhan:
- “Pemimpin kami hanya muncul ketika matahari sudah tinggi.”
- “Ia tidak pernah menemui kami pada malam hari.”
- “Dalam sebulan, ada satu hari di mana kami tidak bisa menemuinya sama sekali.”
- “Said sering pingsan sehingga tidak tahu siapa yang hadir di majelisnya.”
Mendengar ini, Umar langsung bertanya kepada Said, yang menjawab dengan jujur:
- Terlambat menemui warga: “Saya adalah orang miskin. Setiap pagi, saya membuat adonan tepung, menunggunya mengembang, membuat roti, lalu berwudhu untuk salat Dhuha. Barulah saya menemui warga.”
- Tidak melayani malam hari: “Siang hari saya dedikasikan untuk melayani manusia. Malam hari adalah waktu saya untuk Allah.”
- Tidak muncul sebulan sekali: “Saya hanya punya satu pakaian. Setiap bulan, saya mencucinya dan menunggu kering. Hari itu, saya tidak bisa menemui warga.”
- Sering pingsan: “Said melanjutkan dengan suara yang lebih berat, “Saat aku masih kafir, aku pernah menyaksikan sahabat Nabi ﷺ, Khubaib bin Adi, dibunuh oleh orang Quraisy. Ketika Khubaib disiksa, mereka bertanya apakah dia mau Rasulullah menggantikannya. Tapi Khubaib dengan tegas menjawab bahwa dia tidak rela, bahkan jika itu berarti dia, keluarganya, dan anak-anaknya selamat, sementara Rasulullah terluka walaupun hanya tertusuk duri. Sampai sekarang, aku selalu merasa bersalah dan takut Allah tidak mengampuniku karena aku tidak melakukan apa pun untuk menolongnya.” (Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi ﷺ)
Mendengar penjelasan ini, Umar berkata:
“Subhanallah, Allah telah menyelamatkanku dari berburuk sangka kepada Said.”
Baca juga: Tuanku Imam Bonjol: Kisah Monumental Ulama, dan Pejuang Perlawanan di Sumatra Barat
Said bin Amir: Gubernur yang Fakir
Ketika warga Homs datang ke Madinah untuk menyampaikan kebutuhan mereka, Khalifah Umar meminta mereka membuat daftar fakir miskin di wilayah tersebut. Betapa terkejutnya Umar ketika menemukan nama Said bin Amir di daftar itu.
“Gubernur kalian seorang yang miskin?” tanya Umar.
Warga menjawab: “Benar, Ya Amirul Mukminin. Beberapa hari terakhir, bahkan tidak ada asap yang mengepul dari dapur rumahnya.”
Mendengar ini, Umar menangis. Ia kemudian mengirimkan seribu dinar untuk Said, tetapi ketika Said menerima uang itu, ia justru berkata:
“Inna lillahi wa inna ilayhi raji’un.”
Istrinya pun bertanya: “Apakah Khalifah Umar wafat?”
Said menjawab: “Tidak, tetapi musibah telah datang ke rumah kita.”
Said dan istrinya akhirnya sepakat membagikan uang tersebut kepada fakir miskin di Homs.
Khatimah
Masya Allah, kisah Said bin Amir al-Jumahi benar-benar penuh pelajaran berharga. Sosoknya seolah langsung mengajarkan kepada kita apa arti amanah yang sesungguhnya, bagaimana hidup dengan prinsip kesederhanaan, dan bagaimana seorang pemimpin dalam Islam seharusnya menjalani kehidupannya.
Dalam sistem Islam yang sejati, sosok-sosok fenomenal seperti Said bin Amir pasti akan lebih mudah muncul, karena lingkungan yang mendukung nilai-nilai ketakwaan dan keadilan. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidup beliau dan meneladani sikap-sikap mulianya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Aamiin ya Rabbal ‘Alamin. 🙏

Yuk Investasi Halal di Nabitu.
Refrensi:
Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi ﷺ, Ummul Qura, Jakarta Timur, 2012