AkhlaqMuslim Lifestyle

Batasan Sabar dalam Islam, Adakah?

Kesabaran adalah nilai yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadis yang mengajarkan umat Islam untuk bersabar dalam berbagai situasi, baik dalam menghadapi musibah, ujian, maupun tantangan hidup. Kesabaran merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap Muslim sebagai wujud iman dan ketundukan kepada ketentuan Allah Ta’ala. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, “Apakah kesabaran itu memiliki batas?” Artikel ini akan membahas konsep kesabaran dalam Islam serta batasannya, berdasarkan pandangan para ulama dan contoh dari kisah para nabi.

1. Kesabaran dalam Al-Qur’an dan Hadis

Kesabaran dalam Islam diartikan sebagai ketabahan dan ketenangan hati dalam menghadapi segala ujian, tanpa keluh kesah atau keputusasaan. Kesabaran juga dapat dimaknai sebagai upaya untuk tetap istiqamah (teguh) dalam ketaatan dan menjauhkan diri dari segala bentuk perbuatan dosa. Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya yang demikian itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 45)

Ayat ini menekankan bahwa kesabaran adalah sumber kekuatan yang utama bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan. Namun, kesabaran bukanlah sesuatu yang tanpa batas, dan dalam kondisi tertentu, Islam memberikan kelonggaran untuk bertindak sesuai dengan keadaan yang ada. Kesabaran juga berkaitan erat dengan sikap tawakkal (berserah diri) kepada Allah Ta’ala setelah melakukan ikhtiar.

Baca juga:Rasulullah ﷺ sebagai Teladan Pendidikan Karakter

2. Kesabaran Nabi dalam Menghadapi Ujian

Contoh terbaik kesabaran terdapat dalam kisah hidup para nabi. Salah satu contoh yang menonjol adalah kesabaran Nabi Ya’qub alaihissalam dalam menghadapi kehilangan putranya, Nabi Yusuf alaihissalam. Allah Ta’ala berfirman tentang kesabaran Nabi Ya’qub:

فَصَبْرٌ جَمِيلٌ
“Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku).”
(QS. Yusuf [12]: 18)

Kesabaran Nabi Ya’qub menunjukkan sikap pasrah yang penuh keyakinan kepada Allah Ta’ala dalam menghadapi musibah besar. Walaupun ia kehilangan putra tercinta, ia tidak terjerumus dalam kesedihan yang berkepanjangan. Sebaliknya, Nabi Ya’qub tetap berusaha sekuat tenaga untuk menemukan anaknya yang hilang. Hal ini mengajarkan kita bahwa kesabaran tidak berarti berhenti berusaha, tetapi lebih pada kemampuan menahan diri sambil tetap melakukan usaha terbaik.

Baca Juga: Do’a-do’a Pembuka Pintu Rezeki yang Berkah

3. Batasan Kesabaran dalam Islam

Islam memandang bahwa ada batasan dalam kesabaran, terutama ketika seseorang menghadapi kondisi yang melanggar syariat atau melampaui batas kemanusiaan. Berikut adalah beberapa batasan kesabaran yang sering dijelaskan dalam berbagai sumber:

Kezaliman yang Terus Menerus
Dalam Islam, seseorang dianjurkan untuk bersabar ketika menghadapi cobaan, namun jika mengalami kezaliman atau ketidakadilan yang terus berulang, Islam membolehkan seseorang untuk mencari keadilan. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ
“Dan sungguh, barang siapa membela diri setelah dianiaya, tidak ada dosa atas mereka.”
(QS. Asy-Syura [42]: 41)

Ayat ini menunjukkan bahwa Islam memberi ruang bagi seseorang untuk menuntut keadilan jika kesabarannya diuji oleh kezaliman yang berkepanjangan. Kezaliman adalah perbuatan yang melanggar hak asasi seseorang, dan Islam tidak menuntut umatnya untuk bersabar tanpa batas jika haknya dirampas secara terus-menerus.

Pelanggaran Syariat
Kesabaran dalam menjalankan syariat memang dianjurkan, tetapi Islam tidak membolehkan seseorang untuk bersabar dalam keadaan yang melibatkan pelanggaran terhadap hukum syariat. Jika ada kemaksiatan atau perbuatan haram yang terjadi, maka umat Islam diperintahkan untuk menjauhinya, dan bukan untuk bersabar dalam melibatkan diri dengan maksiat tersebut. Contohnya adalah situasi yang memaksa seorang Muslim untuk terlibat dalam perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti riba atau perjudian.

Mengorbankan Diri dalam Kebinasaan
Kesabaran tidak berarti membiarkan diri dalam kondisi yang membahayakan jiwa. Dalam hadis diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pernah menegur seseorang yang berdiam diri ketika ia berada dalam bahaya:

لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
“Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.”(Hadis ini diriwayatkan oleh Malik dalam Al-Muwatha’, dan juga oleh Ahmad, Ibnu Majah, serta Daruqutni).


Hadis ini menunjukkan bahwa prinsip dasar Islam melarang tindakan yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain, dan menjaga keselamatan merupakan bagian dari prioritas ajaran Islam. Hal ini sejalan dengan tujuan syariat untuk melindungi jiwa, agama, akal, harta, dan keturunan.

Baca juga:Pentingnya Rasa Takut dalam Ajaran Islam

4. Kesabaran dalam Menghadapi Musibah Besar

Menghadapi musibah besar seperti kehilangan orang yang dicintai atau bencana alam, seseorang harus berusaha untuk tetap bersabar dan menyerahkan segala urusan kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 155)

Ayat ini mengingatkan bahwa cobaan besar adalah bagian dari ujian Allah Ta’ala, dan kesabaran menjadi tanda iman yang kuat. Kesabaran tidak berarti pasrah tanpa usaha; sebaliknya, seorang Muslim diajarkan untuk tetap berikhtiar atau berusaha semampunya sembari memasrahkan hasilnya kepada Allah Ta’ala.

5. Keseimbangan dalam Kesabaran dan Usaha

Islam mengajarkan keseimbangan antara sabar dan usaha. Sabar bukan berarti pasrah tanpa tindakan, melainkan sebuah proses yang harus diiringi dengan ikhtiar. Dalam kisah para sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, banyak dijumpai contoh bagaimana mereka bersabar sekaligus melakukan tindakan yang perlu. Kesabaran menjadi bentuk ketenangan batin, sementara usaha adalah bentuk tawakkal atau berserah diri kepada ketentuan Allah Ta’ala.

Kesabaran yang diajarkan dalam Islam adalah sikap proaktif yang berlandaskan keyakinan bahwa segala yang terjadi adalah atas izin Allah Ta’ala. Maka, seorang Muslim harus menjaga keseimbangan antara menahan diri dalam kesulitan dan tetap berusaha untuk memperbaiki keadaan dengan cara yang benar.

Baca Juga: Keseimbangan Dunia dan Akhirat Ala Rasulullah ﷺ

Kesimpulan

Dalam Islam, kesabaran adalah nilai luhur yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Namun, kesabaran juga memiliki batasan sesuai dengan syariat. Islam memberikan ruang bagi seseorang untuk bersabar dalam ketaatan, tetapi ketika menghadapi kezaliman atau kondisi yang melanggar syariat, Islam memperbolehkan tindakan yang sesuai. Batasan kesabaran ini bertujuan untuk menjaga kehormatan, keadilan, dan keselamatan jiwa setiap umat Muslim.

Kesabaran yang sejati adalah ketika seseorang mampu menahan diri dalam kondisi yang sulit, tetapi tetap melakukan usaha untuk memperbaiki keadaan tanpa melanggar prinsip-prinsip Islam. Inilah kesabaran yang diajarkan oleh para nabi dan menjadi teladan bagi umat Islam sepanjang masa. Dengan demikian, kesabaran bukanlah sekadar menunggu tanpa usaha, tetapi merupakan sikap aktif yang berlandaskan iman yang kokoh.

Baca juga:Konsep Raja'(Berharap) dalam Islam, Pentingkah?

Batasan Sabar dalam Islam: Adakah?
Batasan Sabar dalam Islam: Adakah?

Daftar Pustaka

Devin Halim Wijaya

Master student in IIUM (Institute of Islamic Banking and Finance) | Noor-Ummatic Scholarship Awardee

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button