Bagaimana Sikap Seorang Muslim di Era Disruptif?
Perubahan cepat di berbagai bidang seperti teknologi ekonomi sosial dan bahkan pendidikan adalah tanda era disrupsi. Bagi seorang Muslim perubahan ini menuntut sikap yang fleksibel, produktif dan tetap berpegang teguh pada ajaran Islam.
Memperbaiki Iman dan Takwa
Seorang Muslim harus memiliki kecerdasan spiritual yang kuat. Seorang Muslim harus memperkuat iman dan takwa mereka di tengah derasnya informasi dan keinginan dunia digital. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (QS. Ali Imran: 103)
Penguatan iman menjadi tameng dari nilai-nilai negatif yang dibawa oleh perubahan zaman selama era yang tidak stabil. Menata niat, menetapkan prioritas amal dan menguasai manajemen waktu yang baik adalah kunci menjadi Muslim produktif. Memperkuat iman juga berarti memahami Al-Quran dan Sunnah dengan lebih baik. Seorang Muslim harus memperluas pengetahuan agamanya belajar dan berdzikir secara teratur. Iman yang kuat akan membangun mentalitas yang kuat saat menghadapi tekanan dari masa lalu. Muslim juga harus memperkuat hubungan sosial berdasarkan iman seperti berpartisipasi dalam majelis taklim, komunitas dakwah atau program sosial yang diselenggarakan di masjid. Menjaga kualitas kepercayaan di tengah perubahan yang cepat sangat penting.
Baca juga:Akhlak dalam Islam: Cermin Taat atau Sekadar Etika?
Menghadapi Perubahan dengan Bijak dan Proaktif
Seorang muslim harus proaktif dan inovatif dalam menghadapi era disruptif. Disrupsi mengubah cara orang berinteraksi belajar dan bekerja. Pemuda Muslim harus memperhatikan peluang dan tidak hanya mengeluh tentang tantangan. Rasulullah ﷺ adalah contoh manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan sambil tetap berpegang pada tauhid sebagaimana beliau mampu menyesuaikan perubahan sosial ekonomi dari Mekkah yang merupakan kota perdagangan ke Madinah yang merupakan kota agrikultur.
Saat ini, kaum Muslimin diminta untuk mampu menguasai teknologi tanpa mengorbankan efek negatifnya. Institusi pendidikan Islam juga harus mengantisipasi perubahan dengan mengoptimalkan sumber daya manusia, fasilitas pendidikan dan memperkuat pendidikan untuk bertahan di tengah disrupsi. Beradaptasi tidak berarti meninggalkan nilai-nilai tertentu itu berarti menggunakan inovasi untuk meningkatkan dakwah dan kebaikan. Media sosial platform online untuk pendidikan dan berbagai aplikasi digital seharusnya menjadi alat yang dapat digunakan untuk mendakwah kreatif yang dapat menjangkau lebih banyak orang.
Selain itu seorang Muslim harus siap untuk menjadi pelaku perubahan bukan hanya objek. Ini termasuk membangun bisnis halal berbasis teknologi, memulai gerakan digital sosial dan menjadi pencipta pendidikan berbasis syariah. Selain itu, berpikir kritis dan bijaksana sangat penting. Muslim harus memiliki literasi digital dan sikap selektif di tengah arus informasi yang deras. Nilai Islam tidak selaras dengan semua hal yang viral atau populer. Seorang Muslim diharuskan untuk memilih memeriksa dan mengambil keputusan berdasarkan dalil yang kuat.
Baca juga:Yuk Muhasabah! Merefleksi Kekurangan Diri
Membangun Ukhuwah dan Menjaga Akhlak
Di tengah-tengah perkembangan dunia modern, komitmen terhadap moralitas harus dipertahankan. Perilaku Islami di era yang tidak stabil menekankan pentingnya adab di media sosial, bersikap santun dan menghormati sesama. Menumbuhkan semangat kerja sama dan membangun komunitas yang solid merupakan hal yang sangat penting di dunia modern. Individualisme sering muncul selama masa-masa yang tidak stabil dengan perkembangan yang terlalu cepat. Seorang Muslim harus melawan kecenderungan ini dengan memperkuat ukhuwah Islamiyah.
Islam menekankan pentingnya hidup berjamaah dan saling menasihati dalam kebaikan. Muslim harus berpartisipasi secara aktif dalam bidang sosial ekonomi dan pendidikan dalam membangun komunitas. Beberapa cara untuk mengaktualisasikan ukhuwah di era yang tidak stabil adalah dengan bekerja sama dalam proyek bermanfaat seperti forum penelitian online, bisnis halal dan program pemberdayaan masyarakat. Transformasi dalam pendidikan Islam menghadirkan dunia madrasah dan pesantren yang terus beradaptasi dengan tetap mempertahankan nilai keIslaman. Begitu pula dengan individu Muslim harus mampu menyesuaikan diri sambil mempertahankan prinsip tauhid, kejujuran dan keadilan.
Akhir kata tiga hal dapat digambarkan sebagai sikap seorang Muslim di masa-masa sulit: iman yang teguh, akhlak yang mulia dan kemampuan untuk beradaptasi. Dengan modal ini Muslim dapat bertahan dalam perubahan dan menjadi pelopor kebaikan dan solusi di masyarakat.
Baca juga:Sumber Hukum Dalam Islam

Yuk Mulai Investasi Halal di Nabitu.
Referensi
Bahri, S., Masyitoh, & Herwina. (2023). The Challenges of the Era of Disruption and Its Impact on Islamic Educational Institutions. Proceeding: Reinventing Islamic Education and Development Technology for Future, 1, 1-18.
Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (2022). Khotbah Jumat: Pemuda Islam di Era Disrupsi, Tantangan dan Peluang. Retrieved from https://majelistabligh.id/khotbah-jumat-pemuda-islam-di-era-disrupsi-tantangan-dan-peluang/
Muslim.or.id. (2021). Menjadi Muslim Produktif di Era Disruptif. Retrieved from https://muslim.or.id/91100-menjadi-muslim-produktif-di-era-disruptif.html
Puspitasari, D., Yuliani, B., & Huda, M. K. (2020). The Transformation of Islamic Education in a Disruptive Era: Is It A Necessity?. ICIS 2020, Proceedings, Ponorogo, Indonesia.