Aqidah

Serba-Serbi Persiapan dan Sunnah Sebelum Melaksanakan Sholat Idul Fitri

Subuh pertama di bulan syawal kita akan mendengar gema takbir di seluruh penjuru masjid. Hal ini menjadi penanda Hari Raya idul fitri telah tiba. Hari yang di nanti dan di tunggu-tunggu oleh umat muslim sedunia. Masjid-masjid yang akan dijadikan sholat idul fitri mulai dipenuhi jamaah. Kita semua mulai bergegas melaksanakan sholat idul fitri dengan penuh kegembiraan dan kemenangan.

Sholat ied sendiri merupakan sunnah yang sangat dianjurkan termasuk kedalam ibadah sunnah muakkad. Sholat ied dilaksanakan dalam setahun dua kali, yaitu sholat hari raya idul fitri dan sholat idul adha.

Tapi sebelum pergi ke masjid atau lapangan untuk melaksanakan sholat idul fitri ada beberapa hal yang harus kita perhatikan agar ibadah kita menjadi lebih maksimal pelaksanaanya. Berikut ini beberapa sunah dan hal lainya yang perlu kita lakukan sebelum berangkat menunaikan sholat idul fitri:

  1. Mandi dan menyucikan diri sebelum berangkat shalat Idul Fitri

Sebelum kita berangkat ke masjid untuk menunaikan sholat ied maka pastikan dulu kita dalam keadaan bersih. Nah, hendaknya kita mandi dan mensucikan diri terlebih dahulu ketika akan berangkat sholat idul fitri.  Perlu di ingat juga bahwa wudhu adalah salah satu syarat sahnya sholat. Terdapat sebuah riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma sebagai berikut:

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى

Dari Nafi’, (ia berkata bahwa) ‘Abdullah bin ‘Umar biasa mandi di hari Idul Fitri sebelum ia berangkat pagi-pagi ke tanah lapang. (HR. Malik dalam Al-Muwatho’ 426. Imam Nawawi menyatakan bahwa atsar ini shahih)

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa para ulama sepakat akan disunnahkannya mandi untuk shalat ied. Dikatakan dianjurkan karena saat itu adalah berkumpulnya orang banyak sama halnya dengan shalat Jum’at. Kalau shalat Jum’at dianjurkan mandi, maka shalat ied pun sama.

  1. Berhias dan memakai pakaian terbaik

Setelah dalam keadaan bersih dan suci ketika hendak melaksanakan sholat ied, alangkah baiknya jika kita menghias diri dan menggunakan wewangian serta menggunakan pakain terbaik. Namun, dengan catatan bahwa seorang muslimah tidak boleh berlebih-lebihan dalam berpakaian. Terkhusus untuk muslimah seyogyanya tidak tabarruj (bersolek atau berhias mempercantik diri secara berlebihan)

Disini, pria juga dianjurkan untuk memakai wangi-wangian. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim bahwa “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar ketika Shalat Idul Fithri dan Idul Adha dengan pakaiannya yang terbaik”.

  1. Makan sebelum berangkat shalat Idul Fitri

Terdapat anjuran untuk makan terlebih dahulu sebelum berangkat untuk menunaikan sholat idul fitri. Hal ini dimaksudkan bahwa pada hari Raya Idul Fitri umat Islam tidak lagi melakukan ibadah puasa seperti sebelumnya pada bulan Ramadhan.

Sebagaimana hadis Rasulullah ﷺ 

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

“Rasulullahﷺ   biasa berangkat Shalat Ied pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari Shalat Ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.”

  1. Berjalan kaki dan menempuh jalan yang  berbeda ketika berangkat dan pulang

Dengan berjalan kaki ketika akan ke masjid maka dimaksudkan supaya saat pergi maupun pulang kita lebih banyak bertemu dengan orang-orang yang juga melaksanakan shalat ied dan saling bersilaturahmi. Sedangkan hikmah dibalik menempuh jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang di antaranya agar banyak bagian bumi yang menjadi saksi bagi kita ketika beramal. Sebagaimana hadis di bawah ini:

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

عَنْ جَابِرٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di hari ied beliau membedakan jalan antara pergi dan pulang. (HR. Bukhari, no. 986)

  1. Takbir

Ketika puasa Ramadhan telah sempurna, kita diperintahkan untuk mensyukurinya dengan memperbanyak takbir. Allah Ta’ala berfirman,

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185).
Takbir yang diucapkan sebagaimana dikeluarkan oleh Sa’id bin Manshur dan Ibnu Abi Syaibah, bahwasanya Ibnu Mas’ud bertakbir,

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. (artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya).

Tri Alfiani

Master student in Islamic Finance Practice (MIFP), INCEIF President's Scholarship Awardee, Content and Social Media Specialist in Islamic Finance and Economy living in Kuala Lumpur, Malaysia

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button