Bagaimana Malaysia Menjadi Negara Terbaik di Islamic Finance
Malaysia telah berhasil mengukuhkan dirinya sebagai pemimpin global dalam industri keuangan syariah. Keberhasilan ini adalah hasil dari kombinasi kebijakan pemerintah, regulasi yang progresif, dan ekosistem inovatif yang mendukung perkembangan industri. Tidak hanya menjadi pusat bagi pasar modal syariah dan instrumen keuangan berbasis syariah, Malaysia juga menggunakan keuangan syariah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan. Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang berperan dalam kesuksesan Malaysia sebagai pusat keuangan syariah, dilengkapi dengan data dan contoh-contoh yang relevan.
1. Dukungan Pemerintah dalam Pengembangan Keuangan Syariah
Komitmen pemerintah Malaysia dalam mengembangkan keuangan syariah telah menjadi fondasi yang kuat bagi kemajuan industri ini. Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan strategis, seperti Rencana Induk Sektor Keuangan (Financial Sector Blueprint) dan Cetak Biru Sektor Keuangan Syariah, yang memberikan arah bagi perkembangan industri keuangan syariah selama beberapa dekade.
Bank Negara Malaysia (BNM) juga memainkan peran penting dalam mendorong inovasi di sektor ini, melalui regulasi yang memfasilitasi pengembangan berbagai instrumen keuangan syariah seperti sukuk dan reksadana syariah. Salah satu contoh nyata adalah Sukuk Prihatin, sukuk nasional berbasis syariah yang diluncurkan pada 2020 untuk membantu pemerintah dalam memerangi dampak pandemi COVID-19. Sukuk ini tidak hanya menarik partisipasi investor dalam negeri, tetapi juga investor asing, yang melihat potensi dalam instrumen investasi syariah yang aman dan stabil.
Sebagai hasil dari kebijakan ini, Malaysia saat ini menguasai sekitar 62% pasar sukuk global, menjadikannya salah satu negara terbesar dalam penerbitan sukuk di dunia. Pemerintah Malaysia juga berperan aktif dalam mempromosikan standar internasional untuk keuangan syariah, termasuk di antaranya mendukung penerapan standar yang diterbitkan oleh Badan Akuntansi dan Audit untuk Institusi Keuangan Islam (AAOIFI) serta Organisasi Internasional untuk Standar Islam (Islamic Financial Services Board atau IFSB).
Baca juga:Cara Membuat Produk Keuangan Syariah yang Baik
2. Infrastruktur Keuangan Syariah yang Lengkap dan Terintegrasi
Malaysia memiliki infrastruktur keuangan syariah yang kuat dan terintegrasi, yang mencakup berbagai sektor seperti perbankan, pasar modal, asuransi (takaful), hingga lembaga pembiayaan mikro syariah. Kehadiran institusi-institusi seperti Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB), Maybank Islamic, dan CIMB Islamic telah mendorong pertumbuhan pasar keuangan syariah di tingkat lokal dan internasional.
Malaysia juga dikenal sebagai pusat pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan syariah melalui pendirian International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF) dan Islamic Banking and Finance Institute Malaysia (IBFIM). Kedua lembaga ini tidak hanya melahirkan tenaga profesional di bidang keuangan syariah, tetapi juga memperkaya penelitian yang mendukung inovasi produk dan layanan. Misalnya, IBFIM menyediakan pelatihan khusus untuk sertifikasi praktisi keuangan syariah, sementara INCEIF menawarkan program pendidikan mulai dari tingkat diploma hingga doktoral di bidang keuangan syariah.
Selain itu, dukungan teknologi dan digitalisasi semakin memperkuat infrastruktur keuangan syariah di Malaysia. Produk-produk berbasis teknologi, seperti layanan perbankan digital berbasis syariah dan aplikasi pembiayaan syariah berbasis blockchain, telah memperluas jangkauan layanan keuangan syariah kepada masyarakat yang lebih luas, termasuk masyarakat pedesaan yang sebelumnya sulit mengakses layanan perbankan konvensional.
Baca juga:Ekonomi Islam: Keseimbangan Kepemilikan Harta dalam Perspektif Syariah
3. Inovasi Produk Keuangan Syariah yang Menarik Investor Global
Malaysia terkenal dengan inovasi produk keuangan syariah yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar modern. Salah satu inovasi yang terkenal adalah penerbitan sukuk hijau (green sukuk) pada tahun 2017. Malaysia menjadi negara pertama yang menerbitkan sukuk hijau sebagai instrumen pembiayaan proyek ramah lingkungan, seperti pembangunan infrastruktur berkelanjutan dan energi terbarukan.
Sebagai contoh, Tadau Energy mengeluarkan sukuk hijau senilai RM250 juta untuk membiayai proyek energi surya, yang menjadi sukuk hijau pertama di dunia. Inovasi ini tidak hanya mendukung agenda pembangunan berkelanjutan di Malaysia tetapi juga menarik minat investor global yang fokus pada pembiayaan berkelanjutan. Sejak diluncurkannya sukuk hijau, Malaysia telah menerbitkan sukuk berkelanjutan lainnya dengan total nilai yang mencapai lebih dari USD 1 miliar, menjadikannya sebagai pemain utama di pasar keuangan berkelanjutan berbasis syariah.
Selain sukuk hijau, Malaysia juga memperkenalkan produk keuangan yang mengikuti prinsip ESG (Environmental, Social, Governance) dalam bentuk reksadana syariah berbasis etika, yang memberikan investor peluang untuk berinvestasi pada perusahaan yang patuh syariah dan memiliki dampak positif bagi masyarakat.
Baca juga:PERBEDAAN SISTEM EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA
4. Peran Keuangan Syariah dalam Mendukung Ekonomi Inklusif dan Pemberdayaan UMKM
Keuangan syariah memiliki peran yang signifikan dalam memperluas inklusi keuangan di Malaysia. Prinsip keuangan syariah yang menghindari bunga (riba) dan menekankan pada konsep berbagi risiko menjadikannya lebih ramah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan UMKM. Dengan adanya lembaga pembiayaan mikro syariah, banyak pelaku UMKM di Malaysia yang mendapatkan akses ke pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah dan lebih terjangkau.
Sebagai contoh, program pembiayaan mikro syariah yang diselenggarakan oleh Amanah Ikhtiar Malaysia (AIM) telah memberikan pinjaman tanpa bunga kepada lebih dari 300.000 rumah tangga berpenghasilan rendah. Program ini berfokus pada pemberdayaan ekonomi melalui pemberian modal usaha bagi masyarakat miskin yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan perbankan. Program pembiayaan mikro ini telah membantu mengurangi angka kemiskinan di Malaysia dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Selain itu, bank-bank syariah di Malaysia juga menyediakan produk pembiayaan khusus untuk UMKM dengan syarat yang lebih mudah dibandingkan pembiayaan konvensional. Hal ini memungkinkan UMKM untuk berkembang dan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga keuangan syariah berperan langsung dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di lapisan bawah.
Baca juga:Investasi Syariah Dianggap Ribet Padahal Penuh Berkah
5. Integrasi dengan Ekonomi Halal dan Kontribusi bagi Perekonomian Nasional
Malaysia tidak hanya mengembangkan keuangan syariah sebagai instrumen finansial, tetapi juga mengintegrasikannya dengan ekonomi halal. Ekonomi halal di Malaysia meliputi sektor-sektor seperti makanan, farmasi, kosmetik, fashion, dan pariwisata. Integrasi ini semakin memperkuat posisi Malaysia sebagai pusat ekonomi halal dan keuangan syariah yang saling melengkapi.
Contohnya, sektor pariwisata halal di Malaysia mengalami peningkatan signifikan dengan kehadiran layanan perbankan dan asuransi syariah yang mendukung kebutuhan para pelaku usaha pariwisata. Dengan integrasi ini, pelaku industri halal di Malaysia dapat mengakses pembiayaan syariah yang ramah bagi bisnis mereka, sehingga memperkuat daya saing mereka di pasar global. Keuangan syariah tidak hanya mendukung industri halal di tingkat lokal, tetapi juga berperan dalam meningkatkan ekspor produk halal Malaysia ke negara-negara yang memiliki pasar halal potensial.
Kesimpulan
Keberhasilan Malaysia dalam menjadi pemimpin di sektor keuangan syariah merupakan hasil dari strategi yang terstruktur, komitmen pemerintah, inovasi produk, dan integrasi dengan ekonomi halal. Malaysia telah membangun ekosistem yang mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan keuangan syariah, sehingga menjadi contoh utama bagi negara-negara lain yang ingin mengembangkan industri ini. Dengan inovasi dan kebijakan yang progresif, Malaysia mampu mempertahankan posisinya sebagai salah satu negara terbaik di dunia dalam bidang keuangan syariah dan memainkan peran penting dalam menciptakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Referensi
World Bank. (2019a). How Malaysia Created a Conducive Ecosystem for Islamic Sustainable Finance. World Bank. Retrieved from https://blogs.worldbank.org/en/eastasiapacific/how-malaysia-created-conducive-ecosystem-islamic-sustainable-finance
World Bank. (2019b). Islamic Finance in Malaysia: Filling the Gaps in Financial Inclusion. World Bank. Retrieved from https://blogs.worldbank.org/en/eastasiapacific/islamic-finance-malaysia-filling-gaps-financial-inclusion
Republika. (2013). Rahasia Malaysia Sukses dalam Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah. Retrieved from https://sharia.republika.co.id/berita/sj8mmj502/rahasia-malaysia-sukses-dalam-pengembangan-ekonomi-dan-keuangan-syariah
World Bank. (2019). Islamic Finance and the Development of Malaysia’s Halal Economy. World Bank. Retrieved from https://www.worldbank.org/en/country/malaysia/publication/islamic-finance-and-the-development-of-malaysia-s-halal-economy