AkhlaqMuslim Lifestyle

BERDAGANG SEJAK SD

Saat ini warganet mungkin sempat tahu dengan sebuah buku yang ditulis oleh seorang anak SD yang berusia baru 12 tahun, namun sudah memiliki bisnis sendiri dengan omset milyaran rupiah. Buku tersebut berjudul “Abiku Memang Beda”, ditulis oleh Umar Humam sebagai syarat kelulusannya di Sekolah Dasar bersama ayahnya.

Umar Humam diajarkan membuka perusahaannya sendiri, merekrut dan mewawancarai karyawannya sendiri, dilatih untuk mewawancarai banyak CEO, dilatih untuk berlogika, dan dilatih membaca cepat dengan 100 buku dalam 1 tahun.

Di usia 12 tahun, dia telah dilatih oleh Abinya sendiri untuk melakukan hal-hal yang besar yang tidak dilakukan oleh anak-anak seusianya.

Hal ini mengingatkan kita kepada sosok teladan dan uswah hasanah kita, yaitu Nabi Muhammad ﷺ yang mulai ikut berdagang bersama pamannya, Abu Thalib berdagang ke Suriah.

Awalnya, Abu Thalib tidak berniat mengajaknya karena medan perjalanan yang sangat sulit melewati padang pasir yang luas. Namun Muhammad ﷺ bersikeras untuk ikut, sehingga Abu Thalib mengabulkan permintaan tersebut.

Dalam perjalanan inilah, Muhammad ﷺ bertemu dengan seorang rahib bernama Bahira atau Buhaira yang melihat tanda kenabian pada diri Muhammad ﷺ sesuai dengan naskah Nasrani yang disimpannya [1].

Perjalanan dagang ini terus berlanjut pada usia-usia Muhammad ﷺ selanjutnya. Pada usia 16 tahun, Muhammad ﷺ ikut pamannya Zubair, adik Abu Thalib, dalam perjalanan kafilah dagang ke Yaman [2].

Kita lihat, baik Umar Humam maupun Muhammad ﷺ, telah terlatih melakukan hal-hal yang besar sejak usia dini. Tentu dengan bimbingan orang dewasa.

Melihat fenomena ini, tentu kita tidak boleh meremehkan kemampuan dan kapasitas seorang anak. Ternyata saat anak ‘baru’ berusia SD, anak sudah bisa melakukan banyak hal yang biasa dilakukan oleh orang dewasa.

Ya, mereka mungkin tidak sempurna, tapi mereka BISA.

Jadi, bagi sahabat Nabitu yang mungkin sedang menjadi orang tua atau calon orang tua, yuk mulai percaya pada kemampuan anak kandung atau anak didik kita.

Jika kita tidak percaya pada anak-anak kita, maka siapa lagi yang akan percaya? Tidak ada lagi yang bisa percaya penuh pada kemampuan anak kita selain kita sendiri sebagai orangtuanya.

Sobat, jangan kawatir melatih dan mendidik anak-anak kita untuk mulai melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar. Sertakan mereka pada kegiatan-kegiatan kita. Tentu disesuaikan dengan usia anak.

Mulai investasikan dana kita sebagai modal untuk dana pendidikan mereka. Investasikan diri untuk belajar ilmu-ilmu parenting Islam dan ilmu perkembangan anak. Tidak lupa investasikan waktu dengan meluangkan 2-3 jam saja fokus untuk mendidik dan melatih mereka setiap hari, tanpa TV, tanpa gadget.

Generasi selanjutnya adalah generasi yang melanjutkan perjuangan kita dalam bangkitnya agama dan syiar Islam. Yuk kita mulai berinvestasi di anak-anak kita.

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”

QS 4:9

REFERENSI

[1] Ibrahim Al-’ali, TT. Shahih Al-Sirah An-Nabawiyah, hal 58-59, riwayat tentang ini sudah ditakhrij oleh Tirmidzi dalam sunan dengan hadits no. 3260, Abi Syaibah dengan nomor 18390.

[2] Afzalurrahman, 1997. Muhammad sebagai Pedagang. Jakarta: Yayasan Swarna Bhumi, hal. 10.

Yuk #TumbuhTanpaRiba bersama Nabitu

Anbarsanti

Founder nabitu.id | Mahasiswa Ph.D., Nanyang Technological University, Singapura.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button