Pada zaman kejayaan peradaban Islam, kaum Muslim memegang peran kunci dalam mendorong perkembangan sains dan teknologi. Di era itu, peradaban Islam menjadi pusat inovasi ilmu pengetahuan yang tak tertandingi. Terlebih lagi Eropa pada masa itu tengah mengalami era kegelapan di mana sains dikalahkan oleh doktrin institusi agama mereka.
Era Kegelapan Eropa merupakan hasil kolaborasi antara pihak institusi agama dan pemerintah. Doktrin institusi agama diberlakukan sebagai pandangan resmi negara, dan segala sesuatu yang berseberangan dengan doktrin ini dianggap sebagai pelanggaran dan pantas dihukum. Bahkan Galileo Galilei mengalami hukuman berat sebagai salah satu contoh dua ilmuwan Eropa yang mengalami hukuman oleh institusi agama karena pandangan saintifik mereka.
Galilei, pengikut Teori Copernicus, menyatakan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari (heliosentrisme), bukannya matahari yang mengelilingi bumi (geosentrisme) seperti yang ditekankan oleh institusi agama di eropa. Pandangan ini menyebabkan Galilei dituduh melakukan pelanggaran dan dihukum penahanan rumah hingga akhir hayatnya.
Namun, sementara Eropa terjebak dalam periode kegelapan, peradaban Islam justru melambung sebagai pemimpin dalam bidang sains dan teknologi. Umat Muslim menghasilkan berbagai penemuan revolusioner di berbagai bidang. Salah satunya adalah konsep Aljabar, yang pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad ibn Musa Al Khawarizmi dalam karyanya “Al Jabar wal Muqabalah”. Konsep ini masih digunakan hingga saat ini, memiliki aplikasi luas dalam pemecahan masalah matematis.
Badiuzzaman ibn Ismail Al Jazari, seorang ilmuwan dan penemu, merancang perangkat mekanik yang dapat dianggap sebagai leluhur sistem robotik pertama di dunia. Al Jazari juga mengembangkan kincir air yang beroperasi otomatis dengan menggunakan energi kinetik air. Prestasi lainnya adalah pengembangan jam kastil yang sebenarnya dapat dianggap sebagai komputer analog yang pertama kali diciptakan oleh manusia.
Hasan ibn Al Haytsam menjadi pelopor dalam fisika optik. Al Haytsam menciptakan model kamera obskura, yang kemudian berperan sebagai fondasi perkembangan fotografi dan kamera modern. Penemuan ini juga membantah teori kuno Yunani yang menyatakan bahwa mata memancarkan cahaya untuk melihat, sementara Al Haytsam membuktikan bahwa penglihatan terjadi melalui pantulan cahaya pada benda yang kemudian ditangkap oleh mata manusia. Selain itu, Al Haytsam juga mengembangkan metode ilmiah, yaitu pengujian hipotesis melalui eksperimen, lima abad sebelum ilmuwan Eropa mengadopsinya.
Dalam era keemasan peradaban Islam, masih banyak ilmuwan Muslim lain yang memberikan kontribusi besar dalam bidang sains dan teknologi. Misalnya, Ibn Sina dengan karyanya “Qanun fith Thibb”, yang menjadi landasan dalam bidang kedokteran selama lebih dari 800 tahun. Abu Qasim Az Zahrawi menjadi pionir dalam bidang operasi, mengidentifikasi hemofilia dan menemukan metode operasi katarak yang efisien. Abbas ibn Firnas juga menjadi manusia pertama yang mencoba terbang dengan menggunakan prinsip aerodinamika yang ia rancang, dan kemudian menjadi landasan desain pesawat terbang modern. Semua ini adalah sebagian contoh mengesankan kontribusi kaum Muslim dalam bidang sains dan teknologi.
Meskipun Eropa berada di masa kegelapan, bukan berarti Eropa tidak menghasilkan ilmuwan ternama, akan tetapi memang hanya di peradaban Islam sajalah penemuan sains dan teknologi benar-benar terasa dalam kehidupan masyarakat. Bahkan tidak hanya dalam negeri islam saja akan tetapi juga luar negeri negara islam juga ikut merasakannya. Tentu hal itu karena bangunan fisik dan kesejahteraan umat Islam saat itu berdiri kokoh dengan wasilah bantuan sains dan teknologi, sementara di Eropa pada masa yang sama, para ilmuwan nyaris tidak terasa kontribusi penemuannya dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Barang tentu ketika kita melihat pada masa lalu islam benar-benar berperan aktif dalam kontribusinya membangun sains dan teknologi. Akan tetapi hari ini islam terlihat berbeda, dengan menurunya kontribusi pembangunan sains dan teknologi, bahkan tidak jarang pula ada yang menganggap beberapa teknologi itu adalah hal yang tidak boleh digunakan karena pembuatnya orang kafir. Sungguh ini berbanding terbailk dengan keadaan islam pada masa lalu. Untuk itu perlulah kaum muslimin hari ini juga mengetahui kedudukan sains dan teknologi dalam islam agar tidak salah dalam mensikapinya. silahkan simak artikel berikut ini: Teknologi dalam Pandangan Islam. (https://blog.nabitu.id/teknologi-dalam-pandangan-islam-antara-hadharah-dan-madaniyyah/)
Barokallah fiikum
Refrensi :
Abu Nadzhifah,2020:”Hubungan Sains dan Teknologi dengan Politik dan Ideologi”
One Comment