MABIMS Sebagai Kriteria untuk Mengidentifikasi Awal Ramadan
Bagi umat Islam, penentuan awal Ramadan dan Syawal sangat penting karena berkaitan dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Allah ï·» berfirman dalam surat Al-Baqarah:
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa(183)(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui(184)
Negara-negara di Asia Tenggara seperti Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura telah setuju untuk menggunakan kriteria yang ditentukan oleh majelis antar menteri agama negara-negara tersebut yang disebut MABIMS. Untuk membuatnya lebih akurat dalam menentukan awal bulan Hijriah kriteria ini terus diupdate. Artikel ini akan membahas secara singkat bagaimana Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura bersatu untuk menentukan standar penentuan Ramadhan dan apa saja ketentuan Ramadhan dalam standar tersebut.
Sejarah Kriteria MABIMS dan Perkembangannya
MABIMS telah menetapkan standar untuk menentukan awal bulan Hijriah sejak tahun 1992. Untuk memenuhi masuknya bulan baru, hasil pengamatan hilal harus memiliki ketinggian minimal 2 derajat, ketinggian 3 derajat elongasi (jarak antara bulan dan matahari) dan 8 jam umur bulan setelah konjungsi (ijtimak). Di negara-negara anggota kriteria ini digunakan untuk mengatur kapan Ramadan dan Syawal dimulai. Para ahli dan ulama dari MABIMS melakukan evaluasi ulang terhadap kriteria tersebut seiring berkembangnya ilmu astronomi dan meningkatnya kebutuhan untuk penentuan awal bulan Hijriah yang konsisten.
Setelah melakukan riset tersebut, MABIMS mengusulkan revisi pada tahun 2016 yang dimulai pada tahun 2022 dengan perubahan berikut: Hilal harus minimal 3 derajat tinggi. minimal 6,4 derajat elongasi. Tujuan pembaruan ini adalah untuk meningkatkan keakuratan dalam menentukan awal bulan hijriah dengan menggunakan lebih dari 700 observasi hilal yang dikumpulkan selama beberapa dekade.
Baca juga:Sepenting Itu Menjaga Shalat Tarawih Setiap Malam?
Penerapan Kriteria MABIMS di Indonesia
Sebagai anggota MABIMS Indonesia mulai menerapkan kriteria baru ini pada tahun 2022. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama dan berbagai organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggunakan pendekatan hisab (perhitungan astronomi) dan rukyatul hilal (pengamatan langsung) untuk menentukan awal bulan Hijriah. Diharapkan dengan penerapan kriteria baru MABIMS bahwa ketidaksesuaian dalam penentuan awal Ramadan dan Syawal dapat dikurangi .
Namun sejumlah kelompok Islam seperti Muhammadiyah terus menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal yang tidak sepenuhnya memenuhi standar MABIMS. Akibatnya meskipun standar MABIMS telah ada dan diimplementasikan, tanggal awal Ramadan dan Idul Fitri masih dapat berbeda di kalangan masyarakat muslim Indonesia.
Baca juga:Mengubah Bekerja Menjadi Sumber Pahala di Bulan Ramadhan
Keuntungan dan Kekurangan dari Kriteria MABIMS
Keuntungan dari standar MABIMS adalah sebagai berikut:
- Akurasi lebih tinggi—Kriteria ini memberikan hasil yang lebih presisi dalam menentukan kapan bulan Hijriah dimulai menurut penelitian astronomi terbaru.
- Keseragaman regional—Perbedaan dalam tanggal awal Ramadan dan Syawal dapat dikurangi dengan kriteria yang disepakati oleh empat negara.
- Kombinasi hisab dan rukyat—Kriteria ini menerima metode hisab dan rukyatul hilal yang membuat metode ini lebih inklusif.
Sementara tantangan yang dihadapi oleh penerapan standar MABIMS adalah sebagai berikut:
- Implementasi mengalami kendala: Perbedaan metode di berbagai organisasi Islam—Beberapa organisasi masih menerapkan metode yang berbeda yang dapat menyebabkan perbedaan dalam tanggal awal bulan.
- Kondisi cuaca dan geografis: Faktor alam seperti mendung dapat mengganggu rukyatul hilal sehingga hasil pengamatan tidak selalu sesuai dengan hisab.
- Perbedaan kalender Islam internasional—Karena beberapa negara di luar MABIMS menggunakan kriteria yang berbeda ada perbedaan dalam kapan Ramadan dimulai di seluruh dunia.
Baca juga:Membantu Orang Lebih Mulia dari I’tikaf, Kok Bisa?
Kesimpulan
MABIMS telah berkembang menjadi standar penting untuk menentukan kapan Ramadan dan Syawal dimulai di Asia Tenggara. Diharapkan penetapan awal bulan Hijriah menjadi lebih akurat dan konsisten setelah revisi kriteria. Meskipun demikian masih ada beberapa masalah yang harus diselesaikan terutama dalam hal menggabungkan berbagai strategi yang digunakan oleh organisasi Islam dan komunitas Muslim di berbagai negara. Akibatnya untuk membuat umat Islam semakin bersatu dalam menjalankan ibadah sesuai tuntunan agama diperlukan upaya dialog dan kerjasama yang berkelanjutan.

Let’s Visit, Zeed and join for halal investment with Zeed.
Referensi
- Darul Huffaz. (2023). Kriteria MABIMS. Diakses dari https://www.darulhuffaz.sg/wp-content/uploads/2023/05/Kriteria-MABIMS.pdf
- Medcom. (2023). Penetapan Awal Ramadan dan Idulfitri: Ini Kriteria Baru MABIMS. Diakses dari https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ZkeayEOk-penetapan-awal-ramadan-dan-idulfitri-ini-kriteria-baru-mabims
- Tempo. (2023). Mengenal MABIMS: Kriteria Baru Penentuan 1 Ramadan dan 1 Syawal. Diakses dari https://www.tempo.co/ramadhan/mengenal-mabims-kriteria-baru-penentuan-1-ramadan-dan-1-syawal-196762