Awal Puasa Ramadhan: Metode Penentuan yang Benar
Pernah nggak sih, bingung kenapa awal puasa Ramadhan kadang berbeda-beda? Ada yang mulai duluan, ada yang belakangan. Sebenarnya, ini bukan sekadar perbedaan pendapat, tapi karena ada metode yang berbeda dalam menentukan awal Ramadhan. Biar nggak bingung, yuk kita bahas bareng!
Kenapa Awal Ramadhan Bisa Berbeda?
Setidaknya ada tiga faktor utama yang bikin awal puasa Ramadhan bisa berbeda:
- Metode yang dipakai – Ada yang pakai rukyat hilal (melihat bulan sabit langsung), ada juga yang pakai hisab (perhitungan astronomi).
- Kriteria visibilitas hilal – Beberapa negara mengharuskan hilal terlihat dengan mata telanjang, sementara yang lain cukup pakai perhitungan.
- Faktor geografis dan zona waktu – Perbedaan lokasi bikin kemungkinan melihat hilal juga beda. Seperti yang dijelaskan dalam hadits dari Kuraib:
حَدَّثَنِيْ كُرَيْبٌ أَنَّ أُمَّ الْفَضْلِ بِنْتَ الْحَارِثِ بَعَثَتْهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بِالشَّامِ، قَالَ: “فَقَدِمْتُ الشَّامَ، فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا وَاسْتَهَلَّ عَلَيَّ هِلالُ رَمَضَانَ، وَأَنَا بِالشَّامِ، فَرَأَيْتُ الْهِلالَ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، وَرَآهُ النَّاسُ وَصَامُوا وَصَامَ مُعَاوِيَةُ، فَقَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فِي آخِرِ الشَّهْرِ، فَسَأَلَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ، ثُمَّ ذَكَرَ الْهِلالَ، فَقَالَ: مَتَى رَأَيْتَ الْهِلالَ؟ فَقُلْتُ: رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، قَالَ: أَنْتَ رَأَيْتَهُ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ؟ فَقُلْت: نَعَمْ رَأَيْتُهُ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، وَرَآهُ النَّاسُ وَصَامُوا وَصَامَ مُعَاوِيَةُ، فَقَالَ: لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ، فَلا نَزَالُ نَصُومُ حَتَّى نُكْمِلَ ثَلاثِينَ أَوْ نَرَاهُ، فَقُلْتُ: أَوَلا تَكْتَفِي بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَةَ وَصِيَامِهِ؟ فَقَالَ: لا هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Aku pernah diberitahu Kuraib bahwa Ummu Fadhal binti al-Haris telah mengutus dirinya kepada Muawiyah di Syam. Kuraib berkata, “Aku telah tiba di Syam, aku telah menunaikan hajatnya (Ummu Fadhal). Aku pun mendapati hilal Ramadan ketika aku masih di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jumat. Orang-orang pun melihatnya. Mereka berpuasa, Muawiyah juga sama. Aku lalu tiba di Madinah pada akhir bulan. Aku ditanya oleh ‘Abdullah bin ‘Abbas, kemudian beliau menyebut hilal, lalu bertanya, ‘Kapan kamu melihat hilal?’ Aku jawab, ‘Kami telah melihat hilal malam Jumat.’ Beliau bertanya, ‘Kamu melihatnya malam Jumat?’ Aku jawab, ‘Benar. Aku melihatnya malam Jumat. Orang-orang juga sama. Mereka telah berpuasa. Muawiyah pun sama.’ Beliau berkata, ‘Namun, kami (di Madinah) melihat hilal malam Sabtu sehingga kami tetap berpuasa hingga menggenapkan bulan menjadi 30 hari, atau kami melihat hilal (1 Syawal).’ Aku bertanya, ‘Apakah tidak cukup dengan rukyat dan puasa Muawiyah?’ Beliau menjawab, ‘Tidak begitu yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. kepada kami.’” (HR Khamsah, kecuali Ahmad. Hadis ini disahihkan oleh At-Tirmidzi).
Dari hadits ini, kita bisa lihat bahwa perbedaan wilayah juga pernah berpengaruh dalam penentuan awal Ramadhan.
Baca juga: Keutamaan Bulan Ramadhan: Saatnya Panen Pahala!
Bagaimana Cara Menentukan Awal Ramadhan yang Benar?
Metode yang sering digunakan
1. Metode Rukyat Hilal
Metode ini dilakukan dengan melihat bulan sabit pertama secara langsung, baik dengan mata telanjang atau pakai alat bantu optik. Dasarnya adalah hadits Rasulullah ﷺ:
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ
“Berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya. Jika terhalang awan, maka genapkanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari & Muslim)
Kalau hilal nggak kelihatan karena mendung atau faktor lain, maka bulan Sya’ban digenapkan jadi 30 hari.
2. Metode Hisab
Berbeda dengan rukyat hilal, metode hisab menggunakan perhitungan astronomi buat menentukan kapan hilal muncul. Seiring berkembangnya teknologi, metode ini semakin akurat dan sering dijadikan acuan.
Mana yang Seharusnya Digunakan?
Menurut banyak ulama, metode yang paling sesuai dengan sunnah Nabi ﷺ adalah rukyat hilal, karena Rasulullah ﷺ sendiri mencontohkan cara ini. Di beberapa wilayah seperti Arab Saudi, metode rukyat hilal masih jadi dasar utama dalam penetapan awal bulan hijriah.
Baca juga: Belum Qadha Puasa Hingga Ramadhan Tiba? Begini Solusinya!
Pentingnya Persatuan dalam Menentukan Awal Ramadhan
Perbedaan dalam menentukan awal Ramadhan kadang bikin umat Islam jadi bingung dan terpecah. Padahal, kalau ada satu keputusan yang ditaati bersama yang berdasarkan standar hukum syariat yang paling kuat, tentu lebih mudah dan harmonis.
Dulu, di masa kekhalifahan, penetapan awal Ramadhan dilakukan oleh khalifah, sehingga umat Islam bisa berpuasa serentak. Hal ini menunjukkan bahwa persatuan dalam penentuan awal Ramadhan itu mungkin dan pernah terjadi dalam sejarah Islam.
Baca juga: Utsman bin Affan, Saudagar Kaya yang Menjadi Khalifah
Khatimah
Menentukan awal Ramadhan bukan hal sepele. Ada dua metode utama, rukyat hilal dan hisab, yang masing-masing punya kelebihan dan tantangan. Namun, yang paling sesuai dengan sunnah Nabi ﷺ adalah rukyat hilal.
Perbedaan metode inilah yang sering menyebabkan awal puasa berbeda di berbagai wilayah. Kalau ada satu pemimpin yang menetapkan keputusan, umat Islam bisa lebih kompak dalam menjalankan ibadah sesuai syariat Nabi ﷺ.
Jadi, sekarang nggak perlu bingung lagi, ya. Segera tentukan pilihan hukum syariat dari yang paling kuat saja saat ini! Semoga Ramadhan tahun ini membawa berkah untuk kita semua!
Baca juga: Laris Manis Jual Kurma, Peluang Bisnis di Bulan Ramadhan

Yuk Investasi Halal di Nabitu.
Referensi
Muslimah News. (2024). Penentuan Awal Ramadhan dan Metode yang Digunakan. Diakses dari https://muslimahnews.net/2024/02/17/27158/.
Imam Taqiyuddin an-Nabhani. (1994). Asy-Syakhshiyyah al-Islamiyyah. Beirut: Dar al-Ummah.
Bukhari & Muslim. (n.d.). Shahih Bukhari & Shahih Muslim. Di akses dari https://www.hadits.id/hadits/muslim/1809