Bisnis

Meraih Pahala Di Setiap Transaksi Bisnis, Bisakah?

Banyak yang memotivasi bisnis di luar sana yang sering menyampaikan bahwa menjadi pebisnis itu tidaklah terlalu sulit-sulit amat. Istilah mereka, hanya bermodal tekad dan nekad pun bisa jadi pebisnis. Namun, sebagai seorang yang beriman cukupkah hanya bermodalkan itu saja? Tentu tidak demikian, karena bagi seorang yang beriman ada hal-hal yang lebih utama dari sekedar menjalankan sebuah aktivitas, yaitu kesadaran bahwa setiap aktivitas harus selalu terikat dengan syariat islam. Agar Ridho Allah selalu menyertai setiap langkah dalam kehidupan. Serta menjadikan berkah apapun yang dihasilkan dari aktivitas yang dijalankan.

Oleh karena itu menjadi pebisnis pun semestinya bagi orang yang beriman haruslah selalu terikat dengan aturan dalam islam. Agar setiap transaksi bisnis pun dapat membuahkan pahala dan keberkahan bersama keuntungan yang didapatkan. Maka ini dia hal-hal penting agar transaksi bisnis kita selalu dapat membuahkan pahala dan keberkahan.

Berilmu sebelum berbisnis dan melakukan aktivitas di dalamnya.

Bisnis yang berkah dan diharapkan transaksinya meraih pahala di sisi Allah tentu saja bukan dengan asal-asalan tanpa mengetahui aturan yang berlaku dari Allah dan Rasul-Nya. Karena mustahil keberkahan dan pahala itu diraih, tanpa seseorang memahami aturan-aturan hal-hal yang berkaitan dengan bisnis dalam syari’at Islam. Maka, aturan-aturan harus dipelajari dan dipahami sebelum seseorang terjun ke dunia bisnis. Tujuannya adalah agar seseorang tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah dan tidak menzalimi sesama manusia.

Sejak masa keemasan Islam dahulu, para pejabat negara kala itu telah mewanti-wanti berkaitan dengan orang-orang yang akan berbisnis. Sebagaimana ‘Ali bin Abi Thalib mengatakan,

مَنْ اتَّجَرَ قَبْلَ أَنْ يَتَفَقَّهَ ارْتَطَمَ فِي الرِّبَا ثُمَّ ارْتَطَمَ ثُمَّ ارْتَطَمَ

“Barangsiapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus terjerumus.”

‘Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu juga memberikan peringatannya. Ia berkata,

لَا يَتَّجِرْ فِي سُوقِنَا إلَّا مَنْ فَقِهَ أَكْلَ الرِّبَا

“Janganlah seseorang berdagang di pasar kami sampai dia paham betul mengenai seluk beluk riba.” (Mughnil Muhtaj, 6/310)

Tentu sudah seharusnya setiap pebisnis menjadikan ilmu di depan segala aktivitas transaksi bisnisnya. Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ

“Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka ilmu menjadi paling penting sebelum aktivitas apapun termasuk bisnis, agar aktivitas transaksi bisnis kita selalu dapat membuahkan pahala dan keberkahan.

Ilmu-ilmu yang harus dimiliki seorang pebisnis agar aktivitasnya dapat membuahkan pahala.

Pertama, ilmu dasar yang sangat penting bagi seorang pebisnis adalah aqidah dan keyakinan yang benar. Karena aqidah merupakan prinsip utama yang harus dipegang seorang yang beriman. Jika aqidahnya rusak, mana mungkin amalan-amalan yang dikerjakan bisa baik dan bisa diterima di sisi Allah? Maka inilah yang harus seorang pebisnis ilmu terlebih dahulu.

Kedua, ilmu yang berkaitan tentang keyakinan-keyakinan yang berkaitan dengan takdir dan ikhtiar. Dengan benarnya pemahamannya mengenai takdir dan ikhtiar. Maka seorang pebisnis akan dapat memiliki sikap yang benar dalam memaknai hasil dari aktivitas bisnisnya, prioritas dalam amal, serta bersungguh-sungguh dalam berikhtiar hal-hal yang memang bisa dilakukan.

Ketiga, ilmu yang berkaitan dengan fiqih muamalah agar perdagangan atau bisnis yang ia jalankan tidak sampai membuatnya terjerumus dalam perkara-perkara yang haram oleh Allah Ta’ala. Ini adalah di antara sebab yang membuat bisnis atau perdagangan menjadi haram adalah apabila di dalamnya ada lima perkara ini:

[1] adanya gharar (ketidakjelasan, semisal dalam upah atau barang yang dijual) dan inilah yang banyak ditemukan dalam berbagai jual beli yang terlarang, di antaranya adalah jual beli sistem ijon; [2] ada unsur riba,  semisal jual beli kredit segitiga antara pembeli, dealer dan lembaga perkreditan; [3] ada unsur khida’ (pengelabuan) seperti jual beli najasy, yaitu seseorang pura-pura menawar untuk meninggikan harga barang namun tidak maksud membeli namun ingin membahayakan dan mengelabui pembeli yang lain, [4] merugikan orang banyak seperti menimbun barang, [5] jual beli barang haram (seperti jual beli darah, anjing, bangkai, minuman keras) atau untuk tujuan yang haram (seperti tembakau untuk dijadikan rokok).
Inilah yang mesti dimiliki oleh seorang pebisnis agar ia tidak terjerumus dalam perniagaan yang tidak diberkahi. Hingga akhirnya dalam setiap transaksi bisnis seorang pebisnis dapat meraih pahala-pahala yang akan menuntun pada Ridho Allah Ta’ala.

Sumber:

https://rumaysho.com/1036-meraih-berkah-menjadi-pebisnis-muda

Redha Sindarotama

Quranic Reciter living in Yogyakarta. Actively teaching and spreading the beauty of Islam

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button