AkhlaqAqidahMuslim LifestyleUncategorized

Panduan I’tikaf di Bulan Ramadhan: Menyepi dalam Ketaatan 

Bulan Ramadhan adalah waktu yang istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selain sebagai bulan puasa, Ramadhan juga dikenal dengan praktik ibadah khusus seperti i’tikaf. I’tikaf merupakan tradisi spiritual yang melibatkan menyepi di masjid untuk fokus pada ibadah dan refleksi diri. Dalam artikel ini, kita akan membahas panduan lengkap untuk melaksanakan i’tikaf dengan baik dan bermanfaat. 

1.Definisi I’tikaf: 

I’tikaf dalam syariat berarti: 

لزم مسجد لطاعة الله تعالى من شخص مخصوص على صفة مخصوصة 

Tinggal di dalam masjid untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah ta’ala dari seseorang tertentu dengan sifat tertentu 

2.Dalil disyariatkannya I’tikaf: 

I’tikaf disyariatkan dengan dalil-dalil berikut: 

a.Surat Al-Baqarah ayat 187: 

وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ 

janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid.(QS Al-Baqarah:187) 

b.Surat Al-Baqarah ayat 125: 

وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ 

Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”.(QS Al-Baqarah:125) 

c.Hadits Aisyah radhiyallahu anha: 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172). 

Baca Juga:

Solat Tarawih dan Perannya Dalam Menjaga Persatuan Umat 
Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadan 

3. Hukum I’tikaf:

I’tikaf sendiri memiliki hukum sunnah dan tidak wajib kecuali dengan nadzar. 

4.Waktu I’tikaf: 

Pada asalnya I’tikaf disunnahkan kapanpun, namun I’tikaf sangat disarankan di bulan Ramadhan khususnya di 10 hari terakhir bulan Ramadhan 

Baca Juga:
Keutamaan Memberikan Buka Puasa di Bulan Ramadan
Pelajaran Akhlaq dari Puasa Ramadan

5.Berapa Lamakah Waktu Minimal Seseorang Tinggal di masjid Hingga Dianggap Sebagai Orang yang Beri’tikaf

Terdapat perbedaan pendapat ulama dalam minimal jangka waktu seseorang tinggal di masjid hingga dianggap beri’tikaf, namun pendapat mayoritas ulama adalah cukupnya sedikit momen(bahkan 5 menit saja cukup) saja orang itu tinggal di masjid dengan niat I’tikaf hingga ia dianggap sebagai orang yang beri’tikaf. Namun sangat disarankan untuk beri’tikaf paling sedikit semalaman agar mendapatkan esensi I’tikaf yaitu menyendiri untuk beribadah. 

Baca Juga:
6 Tips Ampuh Persiapan Hadapi Keuangan Bulan Ramadan dengan Lancar Tanpa Stress
Islamic Economic System and the Prohibition of Interest (Riba)

6.Tempat I’tikaf: 

I’tikaf harus dilaksanakan di masjid yang rutin dilaksanakan di dalamnya solat jama’ah. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Qudamah sebagai berikut: 
لا يجوز الاعتكاف إلا في مسجد تقام الجماعة فيه، لأن الجماعة واجبة واعتكاف الرجل في مسجد لاتقام فيه الجماعة يفضي إلى أحد أمرين: إما ترك الجماعة الواجبة وإما خروجه إليها فيتكرر ذلك منه كثيراً مع إمكان التحرز منه وذلك مناف للاعتكاف إذ هو لزوم المُعتكف والإقامة على طاعة الله 

Tidak boleh beri’tikaf kecuali di mesjid yang di dalamnya terdapat (solat) jamaah, karena (solat) berjamaah itu wajib, dan I’tikafnya seorang laki-laki di masjid yang tidak di dalamnya terdapat solat jamaah, menyebabkan salah satu dari dua hal: apakah ia meninggalkan (solat) jamaah yang wajib. atau ia keluar (pergi) ke menuju solat jamaah dan itu banyak berulang darinya padahal hal itu bisa dihindari, dan itu menafikan I’tikaf, karena I’tikaf adalah tinggalnya orang yang beri’tikaf dan melakukan ketaatan kepada Allah.(Al-Mughni 2/156) 

Baca Juga:
Implementation of The Zakat System in The Modern Era
Essence Hablumminnallah and Hablumminnas During Ramadhan 

7.Keluar dari masjid selama I’tikaf: 

Terdapat 3 keadaan dalam kasus keluar dari masjid selama I’tikaf: 
a.Keluar dari masjid untuk melakukan hal yang harus dilakukan seperti buang air dan membeli makanan jika tidak ada makanan di masjid, maka ini diperbolehkan  

b.Keluar dari masjid untuk ibadah yang tidak wajib, seperti menjenguk orang sakit atau mengurus jenazah dan lain sebagainya. Hal ini membatalkan I’tikaf kecuali jika hal ini sudah diniatkan di awal I’tikaf seperti jika seseorang memiliki teman yang sakit dan ia sudah meniatkan untuk menjenguk di hari tertentu di awal I’tikaf. 

c.Keluar dari masjid untuk hal-hal yang tidak perlu seperti belanja, maka ini membatalkan I’tikaf. 

Patut diperhatikan bahwa ketika seseorang yang beri’tikaf keluar dari masjid untuk melakukan hal yang diperbolehkan seperti makan dan buang air maka ia harus segera kembali ke masjid setelah melaksanakan hajatnya di luar masjid jika ia tidak ingin I’tikafnya terputus. 

Baca Juga:
Nurturing Wealth: Tips for Saving and Investing During the Holy Month of Ramadan
Preparing for Ramadan and Insights from the Month of Sha’ban 

8.Ibadah yang utama dilakukan selama I’tikaf: 

Diutamakan melakukan ibadah-ibadah yang bersifat ritual seperti solat, baca al-qur’an, berdzikir, berdoa, dan lain sebagainya selama beri’tikaf. Hal ini disebabkan karena I’tikaf adalah waktu khusus dimana seorang hamba menyendiri untuk mendedikasikan waktu dan tenaganya dalam mendekat kepada Allah ta’ala, dan hal ini lebih efektif dilakukan dengan ibadah yang ritual dan murni seperti solat dan membaca al-qur’an dibandingkan dengan ibadah yang memilik dimensi lain atau melakukan hal mubah dengan niat ibadah seperti belajar atau bekerja. 

Demikian beberapa hal yang harus diketahui oleh seorang muslim yang ingin melakukan I’tikaf dalam bulan Ramadhan khususnya di 10 hari terakhirnya. Semoga Allah ta’ala senantiasa memudahkan dan menerima amal ibadah kita selama beri’tikaf dan menjadikan kita menemui lailatul qadar ketika beri’tikaf. 

Wallahu a’lam 

Referensi:

  1. Surat Al-Baqarah Ayat 125. (n.d.). Tafsir AlQuran Online. Retrieved March 12, 2024, from https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-125 
  2. Surat Al-Baqarah Ayat 187. (n.d.). Tafsir AlQuran Online. Retrieved March 12, 2024, from https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-187 
  3. MSc, M. A. T. (2013, July 27). I’tikaf di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan. Rumaysho.com. https://rumaysho.com/3506-i-tikaf-di-sepuluh-hari-terakhir-ramadhan.html 
  4. ST, M. N. I. M. (2011, August 19). Fiqih Ringkas I’tikaf (1). Muslim.or.id. https://muslim.or.id/6745-fiqih-ringkas-itikaf-1.html 

Devin Halim Wijaya

Master student in IIUM (Institute of Islamic Banking and Finance) | Noor-Ummatic Scholarship Awardee

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button