AkhlaqBisnis

Pentingnya Punya Sparring Partner Dalam Kebaikan

Kita tahu bahwa pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam banyak sahabat yang hidup dengan karunia harta yang berlimpah. Dan dari semua sahabat tersebut, mereka secara ringan mengeluarkan harta mereka untuk kepentingan dakwah islam, juga untuk membantu kebutuhan hidup sahabat lainnya. Sebuah dasar yang perlu dicontoh oleh masyarakat di zaman ini.

Kisah ini terjadi pada tahun Sembilan hijriah, tepatnya pada bulan Rajab. Kala itu, menjelang peristiwa perang tabuk, Rasulullah mengumpulkan para sahabat kemudian meminta mereka untuk mempersiapkan perbekalan dengan apa yang mereka miliki. Perang tabuk atau Perang ‘usrah menjadi salah satu perang yang dilalui dengan kesulitan, oleh karena nya butuh perbekalan yang besar.

Maka setelah itu, para sahabat bergegas untuk mengambil harta mereka lalu dikumpulkan dan deiserahkan untuk perbekalan perang. Yang menarik adalah saat Sayyidina Umar bin Khattab menyerahkan miliknya. Beliau membawa separuh lebih dari harta yang dimiliki. Dengan jumlah yang banyak itu, Rasulullah bertanya, berapa jumlah yang ditinggalkan untuk kebutuhan keluarga, jika Sayyidina Umar membawa sebanyak itu? Dijawablah oleh Umar bin Khattab bahwa ia meninggalkan harta untuk keluarganya dengan jumlah yang sama.

Tak lama, Abu Bakar Ash Shiddiq tiba. Beliau membawa harta yang ternyata tak kalah banyak dari harta bawaan Umar bin Khattab sebelumnya. Rasulullah menghampiri Abu Bakar dan menanyakan pertanyaan yang sama. Berapa banyak harta yang ditinggalkan oleh Abu Bakar untuk mencukupi keluarga selama perang nanti. Abu Bakar Ash Shiddiq menjawab, Allah dan Rasul Nya yang akan menjadi pemenuh kebutuhan keluarganya. Maksud dari pernyataan ini adalah terkait keyakinan Abu Bakar akan kelangsungan hidup keluarganya dijamin oleh Allah sang maha pemberi rezeki.

Umar bin Khattab yang melihat kejadian ini pun merasa cemburu, beliau mengatakan dirinya tak akan mampu melampaui kemampuan sedekah Abu Bakar Ash Shiddiq. Kecemburuan beliau bukan karena rasa iri dengki, akan tetapi iri dengan loyalitas dan kebaikan Sahabat nya. Kita bisa lihat, sebuah contoh betapa besarnya rasa tanggung jawab Umar terhadap keluarganya, juga totalitas Abu Bakar dalam memberikan apa yang dimilikinya demi kelangsungan dakwah.

Dalam berdakwah dan mengerjakan kebaikan beragama, kita perlu memiliki rekan yang saling mendukung. Sahabat yang satu visi tentu akan memudahkan langkah dan proses kita. Sebagai seorang muslim, sudah pasti kita harus mengikuti Sunnah Rasulullah, meneladani apa yang sahabat beliau lakukan. Seperti tertuang dalam hadits Rasulullah.

اقتدوا باللذين من بعدي من أصحابي أبي بكر وعمر

“Ikutilah orang- orang yang sesudahku dari para sahabatku, yaitu: Abu Bakar dan Umar” dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’

Melalui hadits tersebut, apa yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah, sudah tentu baik dan perlu dicontoh. Kita tahu bahwa mereka hidup berdampingan dengan Rasulullah, maka rutinitas kesehariannya juga mengikuti anjuran Rasulullah.

Kisah perlombaan Umar bin Khattab dan Abu Bakar di atas pun, terdapat hikmah terkait penekanan keimanan sebagai pondasi dalam mengolah dan mengeluarkan harta. Kedua sahabat dekat Nabi Muhammad ini saling menolong dan melindungi dalam mengerjakan tugas keberlangsungan umat islam kala itu.

Keduanya sama-sama orang yang paling sigap dalam berinfak dan menjaga ketentraman saudaranya yang lain. Hidayah islam dan persahabatan yang dilandasi ketaqwaan kepada Allah adalah harta paling mahal yang belum tentu dimiliki oleh setiap orang. Tapi lihatlah, bagaimana seorang Umar bin Khattab yang sebelumnya bahkan hamper membunuh Rasulullah kemudian Allah tetapkan hal yang sebaliknya, menjadi seorang yang akan maju paling depan untuk melindungi sang kekasih Allah.

Kisah lainnya tentang persahabatan Umar bin Khattab dengan Abu Bakar Ash Shiddiq adalah ketika Umar mengadu pada Rasulullah terkait sahabatnya yang lewat di depan dirinya tanpa mengucap salam. Umar gelisah dan bingung, apakah ada salah yang ia lakukan pada Abu Bakar, maka saat proses tabayyun, Abu Bakar menjelaskan bahwa saat itu, ia ingin Umar yang mengucap salam lebih dahulu, karena ia tahu bahwa siapa yang lebih dahulu mengucap salam kepada saudaranya, Allah akan membangun istana disurga untuknya, dan Abu Bakar ingin istana tersebut untuk Umar bin Khattab.

Referensi:

Syarhus Sunnah: Keutamaan Umar bin Al-Khatthab. Rumaysho.com

Buku Sifat Hamba Allah yang Sejati, karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr (terj. Indonesia)

Redha Sindarotama

Quranic Reciter living in Yogyakarta. Actively teaching and spreading the beauty of Islam

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button