Cara Mengelola Keuangan Pribadi Sahabat Nabi Muhammad ﷺ
Pernah merasa uang cepat habis tanpa tahu ke mana perginya? Atau mungkin ingin hidup lebih tenang secara finansial tapi bingung mulai dari mana? Tenang, kamu nggak sendirian! Para sahabat Nabi Muhammad SAW punya cara keren dalam mengatur keuangan mereka. Mau tahu rahasianya? Yuk, kita bahas satu per satu!
Cara Mengelola Keuangan Pribadi Para Sahabat
Gimana sih caranya biar keuangan kita nggak cuma cukup buat kebutuhan sehari-hari, tapi juga bisa bermanfaat buat orang lain? Nah, para sahabat Nabi Muhammad SAW punya cara keren dalam mengatur keuangan mereka. Nggak cuma soal pinter ngatur duit, tapi juga bagaimana harta bisa jadi jalan buat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mereka nggak melihat harta sebagai sekadar alat buat memenuhi keinginan duniawi, tapi juga sebagai sarana ibadah dan berbagi. Nah, gimana sih cara mereka mengelola keuangan? Yuk, kita bahas satu per satu!
1. Membagi Pendapatan dengan Prinsip Seimbang
Salah satu sahabat yang dikenal jago ngatur keuangan adalah Salman Al-Farisi. Dia punya trik keren buat ngelola pendapatan, yaitu pakai prinsip 1:1:1. Simpelnya, setiap kali dapat tiga dirham:
– Satu dirham digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
– Satu dirham disedekahkan kepada yang membutuhkan,
– Satu dirham diinvestasikan kembali sebagai modal usaha.
Cara ini menunjukkan keseimbangan antara kebutuhan pribadi, kepedulian, dan perencanaan keuangan jangka panjang. Pas banget dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” (QS. Al-Isra: 26-27)
Dengan trik ini, dia tetap bisa memenuhi kebutuhannya, berbagi dengan orang lain, dan siap menghadapi masa depan. Mantap, kan?
Baca juga : Manajemen Keuangan di Zaman Nabi Muhammad ﷺ
2. Menjauhi Sifat Boros dan Berlebihan
Siapa bilang kaya harus hidup mewah? Abdurrahman bin Auf, salah satu sahabat yang super tajir, tapi tetap hidup sederhana. Bahkan sebagian besar hartanya malah disedekahkan untuk membantu perjuangan Islam.
Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya hidup sederhana dan tidak berlebihan dalam membelanjakan harta. Hal ini sesuai dengan sabda beliau:
“Makanlah, minumlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah kalian dengan tidak merasa bangga dan sombong serta berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah bangga bila nikmat-Nya ada pada hamba-Nya diperlihatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari kisah Abdurrahman bin Auf, kita bisa ambil pelajaran bahwa punya banyak harta bukan berarti harus hidup mewah. Justru, kekayaan itu lebih baik dipakai buat hal-hal baik. Hidup hemat juga bukan berarti pelit, tapi lebih ke bijak dalam mengelola rezeki yang sebenarnya cuma titipan.
3. Menafkahkan Harta di Jalan Allah
Utsman bin Affan adalah saudagar sukses yang dermawan banget! Salah satu aksi kerennya adalah membeli sumur Raumah buat membantu umat Islam di Madinah yang kesulitan air. Awalnya, sumur ini milik seorang Yahudi yang menjual air dengan harga mahal. Tapi Utsman langsung turun tangan, membelinya, lalu menghibahkannya ke masyarakat Muslim supaya mereka bisa ambil air gratis. MasyaAllah, luar biasa banget!
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Dari kisah Utsman bin Affan, kita bisa belajar bahwa berbagi harta untuk kepentingan orang banyak bukan cuma bikin hidup lebih berkah, tapi juga mendatangkan pahala yang berlipat ganda. Kebaikan yang kita tanam, pasti bakal berbuah manis!
Baca juga: 7 Prinsip Transparansi untuk Perencanaan Keuangan Keluarga yang Islami
4. Menyiapkan Tabungan dan Investasi
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah sahabat yang pintar mengelola keuangan. Dia selalu menyisihkan sebagian hartanya untuk ditabung dan diinvestasikan ke usaha yang bisa terus berkembang. Suatu hari, saat sedang sakit, dia berniat menyedekahkan seluruh hartanya. Tapi Rasulullah SAW mengingatkan agar tetap menyisakan sebagian untuk keluarganya. Beliau pun bersabda:
“Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin lalu mengemis kepada manusia dengan menengadahkan tangan mereka.” (HR. Bukhari: 2537)
Dari kisah Sa’ad bin Abi Waqqash, kita bisa belajar betapa pentingnya punya rencana keuangan jangka panjang, bukan cuma buat diri sendiri, tapi juga buat keluarga. Biar hidup tetap seimbang dan berkah!
5. Menghindari Hutang yang Tidak Perlu
Bilal bin Rabah adalah contoh teladan dalam hidup sederhana dan bijak dalam mengelola keuangan. Dia selalu berhati-hati dalam berutang dan lebih memilih hidup sesuai kemampuannya, biar nggak terbebani di dunia maupun akhirat. Rasulullah SAW pun mengingatkan:
“Seorang mukmin itu terhalang dengan utangnya hingga dibayar utang tersebut” Abu Isa berkata, “Ini merupakan hadits hasan dan lebih sahih daripada yang pertama.” (HR. Tirmidzi: 999)
Dari kisah Bilal, kita belajar kalau menghindari utang yang nggak perlu itu salah satu cara jitu buat ngatur keuangan dengan bijak. Biar hidup lebih tenang dan nggak kepikiran terus!
Baca juga: 6 Tips Ampuh Persiapan Hadapi Keuangan Bulan Ramadhan dengan Lancar Tanpa Stress
6. Beramal dengan Ikhlas
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah sahabat yang selalu menomorsatukan kepentingan Islam dibanding hartanya sendiri. Buat beliau, harta cuma alat, tapi perjuangan dan kebaikan itu yang utama. Ketika Rasulullah SAW menggalang dana untuk perang Tabuk, Abu Bakar menyumbangkan seluruh hartanya. Ketika ditanya apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya, ia menjawab: “Aku meninggalkan Allah dan Rasul-Nya.”
Dari kisah Abu Bakar, kita belajar bahwa keikhlasan dalam beramal adalah kunci utama dalam mengelola harta agar menjadi berkah.
Baca juga: Manajemen Keuangan di Zaman Umar bin Khattab radhiyallahu anhu
Khatimah
Para sahabat Nabi Muhammad SAW ngasih contoh nyata soal cara mengatur keuangan dengan bijak. Mereka nggak cuma pakai harta dengan penuh tanggung jawab, tapi juga memastikan keberkahannya, nggak boros, rajin nabung, hati-hati sama utang, dan selalu berbagi buat kemanfaatan umat.
Kalau kita bisa meneladani prinsip keuangan mereka, tentu hidup bakal lebih seimbang antara kebutuhan pribadi, sedekah, dan masa depan pun lebih terencana.
Semoga kita semua diberikan rezeki yang berkah, hati yang lapang, dan kebijaksanaan dalam mengelola harta. Semoga setiap rupiah yang kita gunakan membawa manfaat, dan setiap sedekah yang kita keluarkan menjadi investasi untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin.

Yuk Investasi Halal di Nabitu.
Referensi
- Al Qur’an Al Karim
- Musnad Ahmad (HR. Ahmad: 6421) – https://hadits.in/ahmad/6421
- Shahih Bukhari (HR. Bukhari: 2537) – https://hadits.in/bukhari/2537
- Sunan Tirmidzi (HR. Tirmidzi: 999) – https://hadits.in/tirmidzi/999