Fiqih I’tikaf: Yuk Pahami Sebelum 10 Malam Akhir Ramadhan!
Salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan adalah i’tikaf terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Ibadah ini memiliki keutamaan besar dan membantu Anda mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Untuk melakukan ibadah i’tikaf dengan benar dan sesuai dengan syariat penting untuk memahami fiqih i’tikaf sebelum melakukannya. Pengertian, hukum, syarat, rukun, adab dan hal-hal yang membatalkan i’tikaf berdasarkan referensi akan dibahas dalam artikel ini.
Definisi I’tikaf
I’tikaf dalam bahasa Arab berarti berdiam diri atau menetap. Secara syari i’tikaf berarti berdiam diri di masjid dengan tujuan beribadah kepada Allah ﷻ. Ini adalah ibadah yang dilakukan dengan tinggal di masjid untuk waktu tertentu baik siang maupun malam dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas spiritual. Salah satu waktu yang sangat dianjurkan untuk I’tikaf adalah pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan karena pada saat itu terdapat Lailatul Qadar yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Baca juga:Bagaimana Mengatur Tidur di Bulan Ramadan?
Hukum I’tikaf
Hukum I’tikaf adalah sunnah terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
Rasulullah ﷺ biasa beri’tikaf elama sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga dia meninggal dunia. (HR. Al-Bukhari).
Selain itu jika seseorang bernadzar untuk melakukannya i’tikaf juga dapat menjadi wajib. Nadzar adalah janji seseorang kepada Allah ﷻ untuk melakukan suatu ibadah. Jika berkaitan dengan i’tikaf maka hukumnya wajib.
Dalam beberapa kondisi I’tikaf juga bisa menjadi sesuatu yang memiliki hukum lainnya. Contohnya I’tikaf bisa menjadi haram jika seseorang memiliki penyakit menular yang mematikan.
Syarat I’tikaf
Untuk melakukan i’tikaf Anda harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, seseorang harus beragama Islam untuk beri’tikaf. Kedua, ia harus dalam keadaan berakal yang berarti tidak gila atau tidak menyadari apa pun. Ketiga, seseorang yang beri’tikaf harus suci dari hadats yang signifikan seperti menstruasi atau nifas bagi wanita. Keempat, syarat sah i’tikaf adalah niat. Sebelum memulai i’tikaf niat harus dibuat dan harus ditujukan semata-mata karena Allah ﷻ. Kelima, i’tikaf harus dilakukan di masjid, bahkan beberapa ulama mensyaratkan i’tikaf untuk dilakukan di masjid yang digunakan untuk shalat Jumat.
Baca juga:Membantu Orang Lebih Mulia dari I’tikaf, Kok Bisa?
Rukun I’tikaf
Dalam i’tikaf ada tiga rukun yang sangat penting. Pertama, niat untuk beri’tikaf karena Allah ﷻ. Niat beri’tikaf harus dibuat sebelum memulai i’tikaf dan harus dijaga selama i’tikaf. Kedua, bertahan di masjid. Selama i’tikaf seseorang harus tetap berada di masjid dan tidak boleh keluar kecuali untuk kebutuhan mendesak seperti buang hajat, mandi wajib, mencari makan jika tidak disediakan atau memenuhi kebutuhan dasar lainnya. Ketiga, waktu untuk i’tikaf. I’tikaf dapat dilakukan kapan saja tetapi pada sepuluh malam terakhir Ramadhan karena terdapat Lailatul Qadar itu adalah yang paling penting.
Adab I’tikaf
Ada beberapa adab yang harus diperhatikan agar i’tikaf lebih bermakna. Pertama, lakukan lebih banyak ibadah. Selama i’tikaf shalat membaca Al-Quran berdzikir dan berdoa. Kedua menjaga kesucian. Pastikan Anda selalu dalam keadaan suci dengan wudhu’ . Ketiga, jangan terlalu banyak berbicara. Jangan terlibat dalam percakapan yang tidak berguna atau mengandung ghibah. Keempat, konsumsi makanan dan minuman secukupnya. Untuk tetap fokus dalam beribadah hindari konsumsi berlebihan makanan dan minuman. Kelima, memastikan bahwa masjid tetap bersih. Masjid harus tetap bersih dan suci sebagai tempat ibadah.
Baca juga:Mengubah Bekerja Menjadi Sumber Pahala di Bulan Ramadhan
Faktor-faktor yang Membatalkan I’tikaf
Keluar dari masjid tanpa alasan syari seperti untuk mencari makan yang tidak mendesak adalah salah satu contoh pelanggaran i’tikaf. Keluar dari masjid untuk keperluan mendesak seperti buang hajat atau mandi wajib tidak membatalkan i’tikaf. Selain itu bersetubuh tidak hanya membatalkan i’tikaf tetapi juga haram. Oleh karena itu pasangan yang beri’tikaf harus menghindari hal-hal yang dapat mengganggu ibadah mereka. Wanita yang sedang haid atau nifas juga harus menghentikan i’tikafnya karena keduanya merupakan hadats besar yang menghalangi mereka untuk beribadah.
I’tikaf adalah keutamaan
Mendapatkan Lailatul Qadar adalah salah satu dari banyak keutamaan I’tikaf. Melakukan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan meningkatkan kemungkinan mendapatkan malam Lailatul Qadar yang memiliki nilai lebih besar daripada seribu bulan. I’tikaf juga dapat meningkatkan ketaqwaannya. Seseorang dapat mengurangi hasratnya untuk melakukan dosa dengan berdiam diri di masjid. Salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ adalah dengan melakukan i’tikaf yang juga merupakan bentuk pengabdian dan penyerahan diri kepada-Nya.
Kesimpulan
I’tikaf adalah ibadah yang membawa banyak manfaat khususnya jika dilakukan pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Kita dapat melakukan ibadah ini dengan benar dan maksimal dengan memahami fiqih i’tikaf. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita dan mendorong kita untuk mengambil keutamaan i’tikaf selama bulan Ramadhan yang mulia.

Yuk Investasi Halal di Nabitu.
Daftar Pustaka
- Alukah. (n.d.). Fiqh al-I’tikaf. Retrieved from https://www.alukah.net/spotlight/0/168584/%D9%81%D9%82%D9%87-%D8%A7%D9%84%D8%A7%D8%B9%D8%AA%D9%83%D8%A7%D9%81/
- Fiqh Islam Online. (n.d.). Al-I’tikaf: Fadhluhu wa Adabuhu wa Ahkamuhu. Retrieved from https://fiqh.islamonline.net/%D8%A7%D9%84%D8%A7%D8%B9%D8%AA%D9%83%D8%A7%D9%81-%D9%81%D8%B6%D9%84%D9%87-%D9%88%D8%A2%D8%AF%D8%A7%D8%A8%D9%87-%D9%88%D8%A3%D8%AD%D9%83%D8%A7%D9%85%D9%87/
- Alukah. (n.d.). Fiqh al-I’tikaf (1). Retrieved from https://www.alukah.net/sharia/0/3591/%D9%81%D9%82%D9%87-%D8%A7%D9%84%D8%A7%D8%B9%D8%AA%D9%83%D8%A7%D9%81-1/