AkhlaqAqidahKeuanganMuslim LifestyleRejeki

Larangan Gaya Hidup Boros dalam Islam

Islam adalah agama yang menganjurkan keseimbangan dan moderasi dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam cara seorang Muslim mengelola kekayaannya. Perilaku boros atau penghamburan harta adalah salah satu tindakan yang dilarang keras dalam Islam karena tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga berdampak buruk bagi masyarakat. Artikel ini akan membahas pandangan Islam tentang larangan boros, bahaya yang ditimbulkan oleh perilaku ini, dan bagaimana umat Muslim dapat menghindari sikap boros dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an dan hadits.

Pengertian Boros dalam Islam

Boros, yang dalam bahasa Arab disebut israf, merujuk pada pengeluaran harta yang melebihi kebutuhan atau dilakukan tanpa tujuan yang jelas. Dalam Islam, semua nikmat termasuk harta, dipandang sebagai amanah dari Allah Ta’ala yang harus digunakan dengan bijak dan tidak boleh disia-siakan. Penghamburan harta dipandang sebagai tindakan yang menunjukkan ketidaksyukuran terhadap nikmat Allah.

Dalam Surah Al-Isra, ayat 26-27, Allah Ta’ala berfirman:

وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا ۝ إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Al-Isra: 26-27)

Ayat ini dengan tegas melarang perilaku boros dan menyamakan orang-orang yang boros dengan saudara-saudara setan. Ayat ini menekankan bahwa pemborosan tidak hanya merupakan manajemen sumber daya yang buruk, tetapi juga kegagalan spiritual karena menunjukkan ketidakbersyukuran kepada Allah Ta’ala atas nikmat-Nya.

Baca juga: Memaknai Harta dan Kepemilikan dalam Islam

Bahaya Hidup Boros

Boros memiliki dampak negatif, baik secara pribadi maupun sosial. Dari segi pribadi, pemborosan dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan, utang, serta menjadikan seseorang tamak dan lupa diri. Di sisi lain, bagi masyarakat, perilaku boros dapat memperlebar kesenjangan ekonomi, di mana sebagian orang menikmati kemewahan berlebihan sementara yang lain kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sering kali memperingatkan umatnya agar tidak boros. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad (no. 23649), Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

كُلُوا وَاشْرَبُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا مَا لَمْ يُخَالِطْهُ إِسْرَافٌ أَوْ مَخِيلَةٌ

“Makanlah, minumlah, bersedekahlah, dan pakailah pakaian yang baik, selama hal itu tidak melibatkan pemborosan atau kesombongan.”

Hadits ini mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendorong umatnya untuk menikmati karunia Allah Ta’ala dengan cara yang tidak berlebihan atau sombong. Hidup dengan moderasi membantu seseorang untuk menghindari keruntuhan finansial dan spiritual.

Baca Juga: Larangan Berlaku Boros

Boros dan Hubungannya dengan Setan

Islam memperingatkan bahwa perilaku boros dapat mendekatkan seseorang kepada setan. Pemborosan sering kali dikaitkan dengan perilaku yang penuh dosa, karena mengarahkan seseorang menjauh dari jalan yang benar. Dalam Surah Al-A’raf, ayat 31, Allah Ta’ala berfirman:

يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍۢ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ

“Wahai anak-anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf: 31)

Ayat ini menegaskan bahwa menikmati nikmat Allah Ta’ala itu diperbolehkan, namun berlebihan adalah sesuatu yang dilarang. Boros mengarah pada penghamburan yang tidak diridhoi oleh Allah Ta’ala dan menunjukkan kurangnya rasa syukur. Orang yang boros sering kali lupa akan kebutuhan orang lain, sehingga melahirkan kesombongan dan ketamakan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari (no. 2200), Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga memperingatkan:

إِنَّ اللهَ كَرِهَ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ

“Sesungguhnya Allah membenci tiga hal: gosip, banyak bertanya tentang hal yang tidak penting, dan membuang-buang harta.”

Hadits ini menekankan bahwa menyia-nyiakan harta adalah salah satu perbuatan yang dibenci Allah Ta’ala. Hadits ini mengingatkan kita bahwa harta yang dihamburkan tidak hanya berdampak buruk secara material, tetapi juga menunjukkan ketidakbijaksanaan dalam mengelola karunia Allah Ta’ala.

Baca juga: Kebebasan Finansial dan Ibadah dalam Islam

Cara Menghindari Boros dalam Islam

Islam mengajarkan umatnya untuk menjalani kehidupan yang sederhana dan seimbang. Berikut adalah beberapa prinsip yang dapat membantu seorang Muslim menghindari perilaku boros:

  1. Bersikap Moderat dalam Pengeluaran
    Al-Qur’an dan hadits secara konsisten menekankan pentingnya bersikap moderat. Seorang Muslim harus membelanjakan hartanya sesuai kebutuhan dan menghindari pengeluaran yang berlebihan atau tidak perlu.
  2. Memprioritaskan Sedekah
    Daripada membuang-buang uang untuk hal-hal mewah yang tidak penting, Islam mendorong umatnya untuk memberikan sedekah. Dengan membantu orang-orang yang membutuhkan, seorang Muslim tidak hanya memenuhi kewajiban agamanya, tetapi juga memastikan bahwa hartanya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.
  3. Selalu Bersyukur
    Bersyukur adalah nilai inti dalam Islam. Seseorang yang benar-benar bersyukur atas nikmat Allah Ta’ala tidak akan terlibat dalam perilaku boros, melainkan akan menggunakan hartanya dengan bijak dan bermanfaat bagi orang lain.
  4. Menghindari Kesombongan
    Perilaku boros sering kali berasal dari keinginan untuk memamerkan kekayaan atau meningkatkan status sosial. Islam mengajarkan kerendahan hati dan mengingatkan bahwa kesombongan dan pamer harta hanya akan menjauhkan seseorang dari nilai-nilai kesederhanaan dan syukur.
  5. Memenuhi Kewajiban Zakat dan Sedekah
    Islam menekankan pentingnya menunaikan kewajiban seperti zakat dan sedekah. Dengan memprioritaskan kewajiban ini dibandingkan dengan pengeluaran boros, seorang Muslim dapat tetap terhubung dengan tanggung jawab sosial dan keagamaannya.

Kesimpulan

Boros adalah perilaku yang sangat dikecam dalam Islam. Perilaku ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat merusak keseimbangan sosial. Islam mengajarkan pentingnya moderasi dan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal pengelolaan harta. Melalui ajaran Al-Qur’an dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, umat Islam diingatkan untuk menjauhi pengeluaran yang berlebihan, menjaga keseimbangan dalam hidup, dan menggunakan harta untuk hal-hal yang bermanfaat serta membantu orang lain. Dengan begitu, seorang Muslim akan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, yakni kesederhanaan, syukur, dan tanggung jawab.

Baca juga: Keseimbangan Dunia dan Akhirat Ala Rasulullah ﷺ

Larangan Gaya Hidup Boros dalam Islam
Larangan Gaya Hidup Boros dalam Islam

Referensi

Devin Halim Wijaya

Master student in IIUM (Institute of Islamic Banking and Finance) | Noor-Ummatic Scholarship Awardee

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button